Jumat, 3 September 2004.
Jawa Tengah
Giliran Agen Bus Sinar Jaya Banjarnegara Dimintai Keterangan
Jum'at, 03 September 2004 | 18:14 WIB
TEMPO Interaktif, Banyumas: Setelah memeriksa istri tersangka pelaku mutilasi Sutirah, Polres Banyumas meminta keterangan Hasan Gunawan alias Acun, pengusaha agen bus Sinar Jaya Banjarnegara yang oleh Agus Santoso, salah satu tersangka mutilasi, disebut-sebut sebagai pemberi perintah pembunuhan.
Pemeriksaan terhadap Hasan dilakukan Kamis sore (2/9)
mulai pukul 17.00-20.00 WIB. Sayangnya polisi tidak
tidak bersedia mengungkap hasil pemeriksaan. "Dia masih
dimintai keterangan dan statusnya sebagai saksi.
Intinya, untuk cross check pernyataan para tersangka yang menyebut Hasan sebagai orang yang memberi order pembunuhan," ujar seorang polisi, Jumat (3/9).
Hasan sendiri adalah salah satu orang yang memberi informasi kepada polisi mengenai pembunuhan itu. "Dia
menelpon polisi dan mengaku terancam setelah Mukti
Wibowo, salah satu tersangka, memperlihatkan kepala
Heri Best," ujar Kapolres Banyumas Ajun Komisaris
Besar Polisi (AKBP) Erwin Triwanto, beberapa hari
lalu. Berdasarkan keterangan Agus Santoso, Hasan juga
menyuruh Agus membunuh seorang agen bus bernama Dedi.
"Pernyataan itu yang akan kami telusuri," kata
Kapolres.
Sementara itu, keempat tersangka yakni Soni Darsono, 62
tahun, Agus Santoso, 28 tahun, Ruslan Abdul Gani, 22
tahun dan Mukti Wibowo, 16 tahun, yang saat ini
mendekam di ruang tahanan Polres Banyumas, sejak Jumat
(3/9) mulai menjalani pemeriksaan kejiwaan.
Pemeriksaan kejiwaan terhadap bapak dan tiga anak
pelaku mutilasi itu ditangani tim dokter dari Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyumas.
Pemeriksaan diprioritaskan terhadap Ruslan Abdul Gani,
22 tahun, anak kedua pasangan Soni Darsono-Sutirah.
Soni sendiri menjadi salah satu tersangka dalam
perkara itu. Gani, nama panggilan Ruslan Abdul Gani,
menurut keterangan Sutirah, memiliki kelainan jiwa
yang diderita sejak kecil. "Terjadi sejak dia jatuh
dari pohon dan kepalanya terluka," kata Sutirah. Akibat peristiwa itu Gani sering marah-marah, jika sakit kepalanya kambuh. "Saya sendiri dibentak-bentaknya kalau dia lagi marah. Dalam keadaan biasa dia pendiam," kata Sutirah.
Ketika peristiwa berlangsung, keluarga Soni-Sutirah
baru dua bulan menempati rumah tempat mutilasi
dilakukan. Selain Sutirah, Soni dan tiga anak lelaki
yang menjadi tersangka, di rumah itu tinggal pula
Yuli, istri Agus Santoso dan dua anaknya berusia di
bawah sepuluh tahun. Selain itu juga tinggal dua adik
para tersangka yakni Ugi, 14 tahun dan seorang bungsu,
bocah perempuan berusia 12 tahun. Para tersangka
mengaku, ketika pemotongan tubuh Heri Best dilakukan,
Yuli dan anak-anaknya serta dua adiknya sudah tidur
sehingga tidak tahu menahu mengenai pembunuhan keji
itu.
Sebelum tinggal di Banyumas, keluarga ini menetap di
Purbalingga, sepulang dari Muna, Provinsi Sulawesi
Tenggara, dua tahun lalu. Seorang ibu-ibu yang tinggal
berseberangan jalan dengan keluarga Soni menyatakan,
selama ini, meski sudah dua bulan menetap, mereka
jarang bersosialisasi dengan para tetangganya. "
Mereka jarang keluar rumah dan sering menghidupkan
musik keras-keras," katanya sembari minta namanya
tidak disebut.
Dia juga menceritakan, Sutirah pernah bercerita,
dirinya pernah menyiramkan air accu ke seseorang di Purbalingga. "Dia juga cerita anak-anaknya pernah
ikut perang di Ambon dan membunuh orang di sana.
Pantes saja kelakuannya seperti itu," kata tetangganya
itu.
Seorang tetangga yang lain menyebut, perilaku keluarga
itu memang dikenal aneh di sekitar lingkungan tempat
tinggalnya. "Anak-anaknya bertingkah liar. Saya yakin
mereka sering mabuk-mabukkan di rumahnya," kata
bapak-bapak itu. Mukti Wibowo, anak ketiga berusia 16
tahun yang menjadi salah satu tersangka juga jarang
berkumpul dengan para pemuda di kampungnya. "Dia
sering nongkrong di tempat lain, ngumpul sana remaja
liar lainnya," ujar bapak-bapak itu.
Ari Aji HS - Tempo News Room
INDEKS BERITA LAINNYA :
No comments:
Post a Comment