Rabu, 25 Januari 2006.
Wanginya Sukar Dilukiskan
Umrah memang sering 'memancing' seseroang untuk akhirnya pergi menunaikan ibadah haji. Hal itu pun dialami oleh Ratna Indaryani (40). Wanita yang pernah bekerja di sejumlah perusahaan dan kini menjadi PR Manager Palyja PAM Lyonnase itu sudah sejak 1993 diajak oleh ibunya, Rosna Said, untuk pergi berhaji. Namun ia selalu menolaknya dengan alasan belum siap, dan takut balasan Tuhan. Maklum, ia sering mendengar kisah-kisah 'seram' dari mereka yang sudah pulang haji. Namun, tahun 2004, tepatnya bulan September, tiba-tiba ingin umrah. Tetapi prosesnya ternyata tidak mudah. Banyak kendala yang menghadangnya. Salah satunyanya, visanya tidak keluar, sehingga ke keberangkatannya tertunda. Akhirnya Ratna sadar, ''Kita tidak boleh mengatur Allah. Semua sudah diatur oleh-Nya,'' tegas kelahiran Jakarta, 28 Januari 1966. Setelah menyerahkan semua urusan kepada Allah, semua lancar. Akhirnya ia bisa berumrah bersama suaminya, Muhammad Budi Suryadi. ''Setelah di Tanah Suci, saya baru !
sadar, bahwa sadar bahwa cobaan/hambatan itu merupakan bukti kasih sayang Allah kepada saya. Semua ada jawabannya di sana. Ternyata saya dimudahkan dan disayang oleh banyak orang,'' paparnya. Di depan Multazam, Ratna berdoa. Ia minta dengan sangat, semoga tahun depan bisa kembali ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji. Sampai awal 2005, niatnya untuk berhaji sangat kuat, meskipun belum jelas dananya dari mana. Awal Juni 2005, ia mendapat bonus relatif besar dari perusahaan tempatnya bekerja ketika itu, yakni Riau Pulp and Paper (RAPP) di Riau. ''Ketika itu tidak ada pikiran lain dalam diri saya, itu pasti rezeki dari Allah untuk biaya haji. Maka uang tersebut langsung saya setorkan untuk pergi haji berdua dengan suami,'' papar ibu Rifky Aryadi Putra itu. Menjelang musim haji, ia pindah kerja ke Palyja. Umumnya, di berbagai perusahaan, karyawan baru tidak boleh cuti, apalagi cuti haji yang lamanya sebulan lebih. Namun tak disangka, bosnya memberinya cuti 40 hari. Padaha!
l ia orang Barat dan non-Muslim pula. ''Saya mengartikan semua!
ini, ka
lau memang sudah kehendak-Nya pasti terjadi,'' tegasnya. Kalaupun ada halangan dan permasalahan, kata Ratna, hanya membuatnya berpikir bahwa pasti ada sesuatu hikmah di balik peristiwa itu. ''Sekarang setiap ada cobaan saya berusaha mencari hikmahnya. Saya jadi lebih sabar,'' tuturnya. Ia menambahkan, sebagai manusia biasa, emosi tentu saja ada. ''Tapi saya jauh lebih sabar. Kini saya melihat segala sesuatu sederhana saja.'' Ia bersyukur mendapatkan travel haji yang sangat perhatian kepada jamaahnya, yakni Noorhana Pertiwi. ''Mereka sangat care kepada jamaah. Mereka selalu bisa mencarikan waktu yang tepat untuk melakukan amalan haji. Datang pas sepi, begitu selesai langsung ramai. Kami tidak perlu berdesak-desakan dengan jamaah lain,'' paparnya. Selama berada di Makkah, tiap malam mereka tawaf sunnat dan Tahajjud pada sekitar pukul 01.00. Begitu pula saat berada di Madinah, mereka rutin melakukan Tahajjud. Kebetulan pembimbing haji Noorhana Pertiwi adalah mantan imam masjid !
di Madinah. Ia seorang qori yang sangat baik bacaan Alqurannya. ''Tiap kali ia memimpin Tahajjud berjamaah dan melantunkan ayat-ayat suci Alquran, semua jamaah pasti menangis,'' ungkap Ratna. Banyak pengalaman menarik yang dipetiknya saat berhaji. Misalnya, ketika ia ingin shalat di Raudah, di Masjid Nabawi. Tiba-tiba ada seorang askar bertanya kepadanya dalam bahasa Indonesia, ''Ibu sudah shalat?'' Dijawab. ''Belum.'' ''Mari saya tunjukkan.'' Askar itu lalu menarik tangan Ratna dan mengusir orang-orang yang sedang berada di Raudah. ''Ini Raudah, Bu, tempat yang sangat mulia. Silakan Ibu shalat di sini.'' Ratna lalu shalat dan berdoa di Raudah, sementara askar itu menjaga dia. Pada waktu yang lain, Ratna sedang melaksanakan tawaf. Ia betul-betul tidak tahan oleh bau tubuh/keringat sebagian jamaah. Begitu mencium bau tersebut, ia langsung istigfar. ''Ajaib, bau menyengat itu seketika berubah menjadi wangi. Saya melihat ada pria Arab berjubah putih. Pakaiannya luar biasa wang!
i.''Kejadian serupa terjadi saat ia shalat di Masjid Nabawi. '!
'Ketika
mencium bau menyengat, saya langsung mengucapkan istigfar. Subhanallah, tiba-tiba tercium bau wangi yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Seperti perpaduan wangi Paris dan Arab. Rasanya enak sekali, saya seperti terbuai dan melayang.''
( irwan kelana )
No comments:
Post a Comment