Selasa, 13 Juni 2006.
Qatar Minta Dana Pendamping 30 Persen
JAKARTA -- Pemerintah Qatar meminta Indonesia untuk menyediakan dana pendamping berkisar 15 hingga 30 persen atas dana hibah sebesar 1 miliar dolar AS dari Qatar Investment Authority. Ketentuan tersebut juga diterapkan pemerintah Qatar bagi negara-negara lain. ''Bagi Indonesia kan baru kali ini. Makanya kita perlu berdialog dan negosiasi tentang syarat-syarat yang diajukan mereka,'' ujar Menteri Negara (Menneg) BUMN, Sugiharto, di sela-sela rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, kemarin (12/6). Dana pendamping tersebut, menurut Sugiharto, tidak memungkinkan diambil dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), karena akan memberatkan keuangan negara. Yang paling memungkinkan saat ini, kata dia, berasal dari dana BUMN. ''Kalau itu diambil dari BUMN saya kira dana sebesar itu tidak terlalu masalah. Jadi dana pendamping itu kecendrungannya (akan) dari BUMN, tapi ini masih dalam kajian dan pembahasan dengan pihak Qatar,'' paparnya. Tim pemerintah sendiri, jela!
snya, masih berada di Timur Tengah untuk menjajaki semua peluang investasi yang ada. BUMN yang diharapkan dapat menghimpun dana pendamping tersebut, menurut Menneg BUMN, tergantung dengan jenis proyek yang ditangani. Dirinya optimistis dana pendamping itu akan diperoleh dari BUMN, mengingat dana pendamping tersebut akan menguntungkan bagi BUMN. Kemungkinan dana pendamping tersebut, jelas Sugiharto, akan berasal dari sumber dana-dana jangka panjang yang ada di BUMN, seperti dana pensiun dan dana Jamsostek. ''Kalau dana pensiun yang ada di BUMN itu dikumpulkan jumlahnya akan lebih dari Rp 100 triliun. Jadi alangkah indahnya kalau BUMN tersebut ikut dalam pengadaan dana pendamping ini,'' tandasnya. Menneg BUMN menuturkan, pihak Qatar Investment Authority juga menginginkan adanya fix income serta variabel income. ''Jumlahnya relatif, menurut saya tidak terlalu besar,'' katanya. Dana tersebut, tambah Sugiharto, terutama akan digunakan untuk proyek infrastruktur, yang bero!
rientasi ekspor, yang menyerap tenaga kerja, dan infrastruktur!
di sekt
or migas seperti refinery (kilang). Di luar itu, sambung dia, adalah proyek-proyek infrastruktur yang ada di negara Timur Tengah saat ini seperti beberapa proyek yang ditangani PT Adhi Karya. Saat ini Adhi Karya, jelasnya, sedang menggarap proyek monorail di sekitar Kota Mekkah sepanjang 60 kilometer. ''Proyeknya sekitar 2 sampai 3 miliar dolar AS,'' tambahnya.
( dia )
No comments:
Post a Comment