Selasa, 13 November 2007.
Peta Sinergi Asia-Eropa
Didin S Damanhuri Guru Besar Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB Pertemuan para pemimpin Asia dan Eropa yang lebih dikenal sebagai ASEM atau Asia-Europe Meeting pertama kali dilakukan pada tahun 1996. Forum ini kemudian dilanjutkan dengan pertemuan puncak ASEM di Kopenhagen, Denmark tahun 2002, di Hanoi, Vietnam tahun 2004, dan di Hesinki, Finlandia tahun 2006. Pilar-pilar kesepakatan yang ada selama ini, yaitu pilar politik, ekonomi dan budaya yang menjadi acuan perundingan dalam pertemuan ASEM, masih harus dilengkapi dengan pilar lainnya yang berdimensi sosial. Kalangan serikat buruh memandang perlu adanya pilar sosial dalam ASEM. Hal ini berlaku dalam masalah iklim dan lingkungan hidup, penyediaan energi dan bahan baku, pasar tenaga kerja, maupun pendidikan dan ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, Eropa dengan Asia harus bersama-sama menciptakan globalisasi yang lebih mengutungkan rakyatnya. Pada ASEM tingkat menteri luar negeri ke-8 yang diselenggarakan !
di Hamburg, Dewan Uni Eropa bersama Sekretariat ASEAN menyambut anggota baru dalam Kerja Sama ASEM, yang terdiri dari India, Pakistan, Rumania, Bulgaria, dan Mongolia. Jumlah anggota ASEM dalam dua tahun terakhir telah meningkat dari awalnya 26 negara kini telah menjadi 45 negara, dan selain itu kerja sama dalam 'tema-tema baru' seperti energi, perubahan iklim, pekerjaan, serta pendidikan dan ilmu pengetahuan juga telah meningkat. ASEM merupakan proses yang dinamis dan ditujukan untuk masa depan. Dalam kerangka itu, politik dapat bereaksi secara fleksibel dan pragmatis terhadap keadaan aktual. Sudah dapat dilihat dari luasnya berbagai tema yang dibahas, menunjukkan bahwa untuk bekerjasama dalam perkembangan-perkembangan internasional yang aktual dan perkembangan-perkembangan global. Hubungan Asia-Eropa mencapai kemajuan signifikan selama ini. Hubungan ekonomi kian kuat. Perdagangan di antara kedua wilayah lebih dari 43 persen dari total perdagangan barang dunia, dan mitra A!
SEM secara bersama membentuk 52 persen dari PDB dunia. Cakupan!
isu Di
bidang ekonomi, masih dijajagi usaha meningkatkan perdagangan bilateral dan penjajagan pembentukan pasar bersama. Pembahasan hubungan perdagangan kedua benua juga digelar terkait dengan potensi Asia dan Eropa. Dengan penduduk sekitar 2,4 miliar atau 40 persen dari total penduduk dunia, kedua kawasan menguasai lebih dari 50 persen produk domestik bruto global dan menguasai 60 persen perdagangan dunia. ASEM yang dibentuk tahun 1996 merupakan forum dialog antara Asia dan Eropa. Kemiskinan juga merupakan salah satu masalah sosial-ekonomi yang menjadi perhatian negara-negara di kawasan Asia dan Eropa. Terutama Asia, sejak krisis ekonomi yang melanda pada 1997 sampai sekarang, jumlah penduduk miskinnya makin bertambah terutama di Asia. Di Indonesia misalnya, sebelum terjadi krisis keuangan di Asia, angka kemiskinan mengalami penurunan drastis dari 56 persen di tahun 1970 menjadi 13 persen pada tahun 1996. Namun setelah krisis angkanya meningkat lagi. Hingga 2002, jumlah penduduk m!
iskin di Indonesia mencapai 37,7 juta jiwa atau sekitar 17,9 persen total populasi. Tahun 2006 jumlah orang miskinnya malahan mendekati 20 persen. Isu spesifik yang ditawarkan Indonesia dalam pertemuan yang dihadiri 31 perwakilan tahun 2004, adalah Bali Initiative. Inisiatif ini merupakan rancangan untuk menjawab kebutuhan pengembangan SDM di sektor keuangan. Melalui Bali Initiative diharapkan negara-negara Asia dan Eropa akan saling mendukung pertukaran staf dari departemen keuangan maupun sektor keuangan lainnya untuk bekerja di kementerian keuangan, perusahaan asuransi, badan pengawasan bank, badan pengawas pasar modal, dan unit intelijen keuangan. Upaya yang tak kalah pentingnya adalah menjajagi pembuatan pasar obligasi Asia (Asian Bond Market). Pasar obligasi di Asia merupakan titik kelemahan, sehingga bila ingin memperkuat sistem keuangan di Asia secara keseluruhan setelah krisis terjadi, pasar ini mutlak dibutuhkan. Juga penting menjalin kerja sama yang lebih erat an!
tara Asia dan Eropa. Dengan demikian, dalam upaya memperkuat p!
asar obl
igasi tersebut, Asia bisa belajar dari Eropa. Upaya dibentuknya pasar saham Asia ini berangkat dari pemikiran perlunya sebuah pasar yang mampu menangani pembelian saham/obligasi dalam jumlah besar. Keuntungan dari pembentukan pasar ini nantinya adalah kemampuan menyediakan dana-dana jangka panjang yang bersumber dari negara-negara di Asia, bukan lagi berasal dari AS atau negara-negara Eropa, seperti yang sekarang terjadi. Selain itu, perlu diupayakan meningkatkan kualitas SDM di Indonesia khususnya dan Asia pada umumnya, terutama di bidang keuangan dan perbankan. Dalam rangka kerja sama ekonomi, komitmen ASEM adalah mengusahakan pemenuhan ketentuan-ketentuan yang diatur oleh World Trade Organization (WTO), prinsip-prinsip pasar bebas, sistem perdagangan multilateral yang terbuka, liberalisasi ekonomi yang non-diskriminatif, dan regionalisme ekonomi yang terbuka. Peningkatan kerja sama ekonomi Asia dan Eropa ini menandakan bahwa dialog ekonomi menjadi semakin penting di anta!
ra dua kawasan. Eropa merupakan pasar bagi ekspor Asia Timur dan sumber modal juga teknologi. Begitu pula, Asia Timur merupakan pasar bagi Eropa, terutama produk-produk manufaktur. Gagasan ASEM ini timbul karena tuntutan kepentingan strategis untuk membangun kerangka kerja sama dalam bidang ekonomi bebasiskan ilmu pengetahuan dan teknologi di tengah proses perubahan begitu cepat yang melanda dunia. Masyarakat Eropa dan Asia mempunyai kepentingan bersama untuk membangun masa depan, membentuk tata hubungan dunia baru yang lebih adil, dan mengidentifikasi apa yang bisa dilakukan bersama dalam sebuah cara baru yang dapat memberi keuntungan timbal balik. Peningkatan kerja sama ekonomi antara kedua benua diperkirakan akan memberi kontribusi yang positif bagi kemajuan umat manusia. Indikator keberhasilan Pertanyaannya, sampai sejauh mana ASEM dapat dijadikan sebuah instrumen untuk membangun saling percaya sehingga mampu memberi kontribusi bagi perbaikan ekonomi negara-negara peser!
ta ASEM khususnya dan situasi ekonomi dunia yang lebih baik um!
umnya? U
ntuk itu pelbagai hasil KTT ASEM, menteri-menteri ASEM berikutnya serta senior officer meeting ASEM hendaknya segera ditindaklanjuti sehingga benar-benar bemanfaat bagi negara-negara peserta ASEM. ASEM yang telah 12 tahun berjalan, tercatat cukup banyak membawa hasil. KTT, pertemuan menteri-menteri teknis dan senior officer meeting dari ASEM, khususnya di bidang ekonomi yang membawa kesepakatan di soal perdagangan, perbankan, pasar modal, asuransi, SDM, pencegahan pencucian uang, pengurangan kemiskinan, dan sebagainya. Namun hasil-hasil ASEM tersebut belum secara kongkret memperlihatkan dampaknya terhadap peningkatan ekonomi ASEAN dan Indonesia khususnya. Oleh karena itu diperlukan indikator keberhasilan khususnya dalam bidang ekonomi. Setidaknya ada dua indikator keberhasilan yang harus dibuat untuk meningkatkan ekonomi ASEAN dalam rangka mempererat kerja sama ASEM, yakni memperkuat tingkat daya saing secara global di pelbagai bidang, dan mengurangi kemiskinan, penganggura!
n serta ketimpangan di masing-masing negara ASEAN. Ikhtisar - Forum kerja sama Asia-Eropa (ASEM) memiliki posisi dan kekuatan yang sangat strategis dalam perkembangan ekonomi dunia. - Eropa merupakan pasar bagi ekspor Asia Timur dan sumber modal juga teknologi, sebaliknya Asia Timur merupakan pasar bagi Eropa, terutama produk-produk manufaktur. - Kerja sama ini juga bisa menjadi alat kontrol agar era perdagangan bebas bisa memakmurkan semua manusia. - Banyak kesepakatan dalam forum tersebut, cuma dampaknya belum terlihat secara kongkret bagi Indonesia maupun ASEAN.
( )
No comments:
Post a Comment