Kamis, 9 Maret 2006.
Onderdil Asli lebih Tahan Lama?
Sebanyak tujuh dari 10 pemilik kendaraan bermotor lebih memilih onderdil imitasi.
''Yang imitasi, disikut sajalah.'' Demikian salah satu ungkapan seorang konsumen dalam sebuah iklan yang sering kita dengar di media televisi, ketika membandingkan kualitas spare parts (suku cadang) asli (genuine) dan palsu. Pada bagian lain, seorang pemuda juga mengungkapkan, bahwa suku cadang asli, merupakan nyawa (ruh) dari kendaraan bermotor. ''Genuine Parts, nyawanya motor ..... (menyebutkan nama salah stau merek produsen sepeda motor, {red}),'' ujar pemuda bersangkutan. Seperti umum diketahui, saat ini banyak beredar komponen (suku cadang) palsu atau imitasi. Konsumen kesulitan membedakan komponen yang benar-benar asli dan komponen yang imitasi (palsu). Bahkan, kendati mengetahui produk bersangkutan bukan produk asli (genuine parts), banyak juga konsumen yang memilih produk imitasi sebagai bagian dari komponen yang dipasang pada kendaraannya, baik mobil maupun motor. Bagaimanakah sebenarnya kualitas antara produk asli dan imitasi? Apakah, onderdil (komponen) asl!
i benar-benar memberikan jaminan pemakaian komponen akan tahan lama, agar mesin tidak meraung-raung, atau karena prestige dan gengsi? Direktur PT Astra Otoparts, Mochamad Koeswono mengatakan, setiap onderdil (komponen) asli yang dipergunakan pada mobil maupun sepeda motor, pasti memberikan jaminan pemakaian lebih awet. ''Sudah pasti, setiap komponen yang asli, membuat pemakaian komponen bersangkutan menjadi tahan lama,'' tegas Koeswono kepada Republika di Jakarta, Selasa (7/3). Menurut Koeswono, lamanya pemakaian komponen asli tersebut, karena kualitas produk yang dihasilkan sama persis dengan komponen yang terpasang pada kendaraan saat pertama kali dibeli. ''Wajar kalau onderdil asli lebih tahan lama. Karena barang tersebut, dibuat oleh produsennya beserta jaringannya. Sehingga, kualitasnya tidak perlu diragukan lagi,'' ujar Koeswono. Ia menegaskan, dibandingkan dengan produk imitasi, onderdil asli selain menghasilkan pemakaian komponen menjadi tahan lama, juga dapat membu!
at penggunanya lebih tenang. ''Kalau menggunakan produk imitas!
i, akan
memberikan ketidaknyamanan pemiliknya saat membawa kendaraannya,'' kata Koeswono. Hal yang sama juga diakui Wagino, seorang mekanik di Bengkel Intan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Menurut pria kelahiran Solo (Jateng) ini, dengan menggunakan komponen asli, maka kemungkinan terjadinya kerusakan pada komponen bersangkutan, tak perlu dirisaukan. ''Biasanya, yang genuine parts selalu ada jaminan (garansi) dari pabriknya. Sehingga, jika konsumen mengalami hal-hal yang kurang memuaskan, maka produk yang sudah dibeli bisa diganti dengan yang baru,'' ujarnya. Sementara, lanjutnya, jika menggunakan produk imitasi, konsumen akan selalu merasa was-was mengenai komponen yang digunakannya. Lebih parahnya lagi, kata Wagino, jika menggunakan produk imitasi, dapat membahayakan dan merusak bagian mesin lainnya. ''Jika menggunakan yang imitasi, risiko harus siap ditanggung sendiri. Dan jika kendaraan yang dipakai mengalami kerusakan tambahan karena adanya komponen imitasi, maka jangan salahka!
n bengkel dan produsen. Tapi salahkan diri sendiri yang menggunakan produk imitasi tersebut,'' tegas Wagino. Obet, seorang mekanik salah satu bengkel di Mangga Besar, Jaksel mengungkapkan, komponen asli kualitasnya sama dengan produk sebelumnya. Jika mobil atau motor yang dibeli diberikan garansi tiga tahun oleh pabriknya, maka kualitas komponen asli juga tahan dipakai hingga tiga tahun.''Komponen asli biasanya baru akan mengalami keretakan pada usia tiga tahun. Namun, ia bisa dipakai hingga lima tahun lamanya. Nah, jika produk penggantinya tidak sama persis (genuine parts) dengan produk aslinya, maka baru pemakaian beberapa bulan sudah kelihatan retaknya,'' papar Obet. Sementara itu, Edi, salah satu pedagang spare parts di pasar loak Pasar Minggu, mengatakan, walaupun mengetahui kualitas onderdil palsu lebih rendah dibandingkan dengan onderdil asli, masih banyak konsumen yang menggunakan onderdil asli untuk menggantikan komponen kendaraan yang sudah aus. Edi menyebutkan, t!
ujuh dari 10 konsumen yang datang membeli onderdil di tempatny!
a, memil
ih onderdil imitasi. ''Umumnya mereka menggunakan komponen imitasi. Alasannya, tentu saja mereka menyesuaikan dengan kemampuan keuangannya,'' ujar Edi. Ia menjelaskan, harga komponen asli (genuine parts) memang lebih mahal dari harga komponen imitasi. Perbedaannya mencapai 3-4 kali lipat. ''Jika yang imitasi harganya katakan sebesar Rp 100 ribu, yang asli bisa Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu,'' jelasnya. Head Department Customer Service PT Astra Komponen Indonesia (ASKI), Angelika Susanti menegaskan, suku cadang imitasi merupakan suku cadang dengan kualitas terbawah (KW2). Ditinjau dari segi harga memang sangat murah, namun dampak yang ditimbulkannya dapat mengganggu performa kendaraan seperti bocor, rusak, patah dan lainnya. Hal yang sama juga disampaikan Obet. Menurutnya, harga komponen asli bisa mencapai lima kali lipat dibandingkan yang imitasi. Sebab produk yang asli dijamin kualitasnya. ''Harganya memang mahal. Sebab, kualitas produk bersangkutan memang bagus,'' ujarnya!
. Obet mengatakan, perbandingan konsumen yang menggunakan produk asli pada kendaraan bermotor tujuh berbanding tiga. ''Tujuh dari 10 orang konsumen yang membeli komponen, memilih yang imitasi. Sementara yang tiga lainnya menggunakan yang genuine parts,'' papar Obet. Namun, berapa lama jangka waktu masing-masing komponen yang digunakan pada kendaraan, kata Wagino, semuanya tergantung pada jenisnya. ''Sulit menentukan berapa lama waktu penggunaan untuk satu komponen asli dibandingkan dengan yang imitasi. Tetapi, komponen asli pemakaiannya bisa lebih lama,'' jelas Wagino. Yang Asli untuk Bagian Mesin Bahkan pengguna komponen imitasi pun tak mau selamanya memakai komponen palsu. ''Walaupun konsumen memilih produk imitasi, tidak semuanya yang dipilih yang imitasi. Ada bagian tertentu yang mereka tetap menggunakan genuine parts (asli, {red}), yakni bagian mesin,'' ujar Wagino. Konsumen, kata dia, tidak berani menggantikan komponen dalam mesin dengan komponen imitasi. Pasalnya, j!
ika digantikan dengan yang imitasi, dikhawatirkan akan menggan!
ggu perf
orma mesin dan dapat menyebabkan kerusakan yang lebih parah. Memerangi Pemalsu Onderdil dengan Brand Sendiri Peredaran komponen atau onderdil palsu sudah sangat mewabah di masyarakat. Namun, untuk memberantasnya, ternyata cukup sulit. Buktinya, masih banyak produk imitasi ini dijual di pasar secara bebas, sebagaimana diutarakan beberapa pedagang. Manager Promotion & Advertising PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI), Herry Setyanto mengatakan begitu sulitnya memberantas peredaran komponen palsu. Karena itu, kata dia, daripada kesulitan memberantasnya, maka lebih baik para pemasok komponen palsu ini direkrut untuk bergabung menghasilkan produk-produk komponen yang berkualitas. ''Jadi akan lebih baik lagi. Mereka juga akan makin bisa menghasilkan produk yang berkualitas dan kita juga bisa memberikan pembinaan lebih lanjut,'' jelas Herry. Direktur PT Astra Otoparts (AOP), Mochammad Koeswono mengatakan, pihaknya akan tetap konsisten melakukan penelitian dan penelusuran jejak-!
jejak para pembuat komponen palsu (khususnya yang berkenaan dengan produk yang dihasilkan grup AOP). ''Kita tetap memerangi peredaran komponen palsu ini dengan melaporkannya pada pihak yang berwenang,'' tegas Koeswono. Ia mengakui, peluang bagi pembuat onderdil palsu untuk mendistribusikan produknya setiap tahun terus meningkat. Pasalnya, produksi dan volume penjualan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat juga terus meningkat. Karena itu, lanjut Koeswono, harus ada upaya-upaya konkret untuk membatasi peredaran komponen palsu tersebut. ''Kami akan terus berupaya meningkatkan kualitas produk komponen yang kami buat di PT AOP. Termasuk mengembangkan brand tersendiri,'' ujarnya. Head Department Customer Service PT Astra Komponen Indonesia (ASKI), Angelika Susanti menambahkan, pihak ASKI terus berupaya melawan pemalsuan ini dengan cara legal action untuk melindungi produk Aspira. Koeswono menegaskan, produk yang dikembangkan PT AOP untuk brand tersendiri (mandiri) !
ini adalah merek Aspira. ''Melalui produk yang kita buat sendi!
ri, maka
kita akan memberikan jaminan bahwa produk yang kita buat benar-benar bisa dipertanggungjawabkan,'' ujarnya. Untuk membuktikan kualitas produk yang dihasilkan, lanjut Koeswono, pihaknya juga mengembangkan outlet tersendiri, yakni shop & drive. Melalui outlet penjualan shop & drive ini pihaknya optimis, masyarakat akan banyak yang menggunakan produk-produk Aspira. Wagino, seorang mekanik di Bengkel Intan, Pasar Minggu, mengatakan, produk Aspira kualitasnya memang tidak sama dengan produk yang dihasilkan pabrikan (produsen). ''Kualitasnya belum setangguh genuine parts, namun cukup bagus,'' jelasnya. Namun, pihak ASKI menegaskan, suku cadang Aspira merupakan suku cadang genuine yang kualitasnya dijamin oleh Astra. Ditambahkan Obet, mekanik di kawasan Mangga Besar, kualitas Aspira dengan Indopart dari Indomobil, hampir setara. ''Kualitasnya hampir sama. Mana yang bagus, semuanya tetap kembali ke konsumen juga,'' elak Obet. Mocin Kehadiran produk seperti Aspira dan Indomobil, kat!
a Obet, justru menguntungkan konsumen pengguna sepeda motor China (mocin). Ketika komponen asli mocin mengalami keausan, justru yang menjadi pilihan konsumen kendaraan mocin adalah produk Aspira dan Indopart. ''Sebab, untuk mendapatkan suku cadang asli mocin cukup sulit, karena harus impor. Makanya, konsumen memilih produk Aspira atau Indopart,'' jelasnya. Pasar Turun, Kejar Ekspor Kondisi makro Indonesia yang belum menentu di awal tahun 2006 ini, diperkirakan akan terus berlanjut hingga awal semester II. Banyak kalangan pesimistis, industri otomotif Indonesia (khususnya), bisa lebih baik dibandingkan tahun 2005 lalu. Bahkan, bisa menyamai rekor penjualan tahun 2005 sebesar 530.000 unit (mobil) dan 5,1 juta (sepeda motor), sudah merupakan angka yang cukup fantastis. Beberapa waktu lalu, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), Bambang Trisulo mengatakan, setidaknya ada tiga skenario bagi pelaku pasar (industri otomotif) menyikapi makro ekonomi yang belum !
stabl paska kenaikan BBM awal Oktober 2005 silam. Pertama, kat!
a Bamban
g, skenario pesimis, artinya volume penjualan kendaraan bermotor (mobil) hanya mencapai 400 ribu unit. Kedua, moderat, artinya volume penjualan mencapai 450 ribu unit. Ketiga, optimis, volume penjualan sama dengan yang diraih tahun 2005. ''Melihat makro ekonomi awal tahun sudah seperti ini, kita realistis saja. Pencapaian diperkirakan antara 400 ribu hingga 450 ribu unit. Ini saja sudah bagus,'' ujar Bambang. Kondisi ini juga dialami PT Astra Otoparts (AOP) Tbk -- salah satu anak perusahaan Astra International (AI). Seperti dikatakan Direktur PT AOP, Ir Mochammad Koeswono, tahun 2006 diperkirakan perkembangan industri otomotif Indonesia turun hingga 30 persen dibandingkan tahun lalu. ''Mungkin turun hingga 30 persen. Dan Juli diperkirakan baru bisa recovery (mengalami perbaikan). Karena itu, kemungkinan produksi AOP pun akan turun juga,'' ujar Mochammad Koeswono. Menurut dia, penurunan ini disebabkan kondisi ekonomi Indonesia yang belum menentu pascakenaikan BBM tahun lalu. !
Sepanjang tahun 2005 lalu, PT AOP sebagai produsen komponen otomotif terkemuka nasional, berhasil menjual atau mengekspor 550.000 baterai (accu) merek Incoe di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Keberhasilan menembus pasar di Dubai ini merupakan rangkaian keberhasilannya merambah pasar Timur Tengah sekaligus juga keberhasilan dari proses pengembangan riset dan pendekatan pemasaran yang dilakukan putra-putri Indonesia di AOP. ''Dengan kondisi dalam negeri yang belum menentu, kita akan menggenjot pasar ekspor,'' tegas Koeswono. Tujuan ekspor AOP adalah negara-negara di Timur Tengah seperti Dubai, Iran, Kuwait dan Bahrain. Negara lainnya yang menjadi tujuan ekspor komponen AOP adalah Afrika, Eropa, Asia (kawasan ASEAN) dan Rusia. Produk yang dieskpor antara lain meliputi aki, shock absorber, kanvas rem, dan filter mobil. ''Kita akan terus mengembangkan ekspor ke sejumlah negara yang memiliki peluang pasar yang baik dan menjanjikan,'' jelas Koeswono. Khusus di Timur Tengah, negara-n!
egara lain yang dituju selain Uni Emirat Arab (UEA) adalah Bah!
rain den
gan produk baterai merek Quantum, Iran (Quantum, GS dan suku cadang kendaraan bermotor), Lebanon (Quantum, GS, Incoe, dan Ohayo), Iraq (Quantum), Kuwait (Quantum dan GS), Qatar (GS, Incoe, dan sejumlah suku cadang kendaraan bermotor). Selain itu, Oman (Incoe dan GS), Yaman (Quantum, Filter, Ohayo, GS dan Incoe), serta Arab Saudi (suku cadang kendaraan bermotor). Penguatan ekspor ke Benua Afrika, terutama ditujukan ke Libya (baterai merek GS), Ghana (Ohayo dan GS), Kamerun (Incoe, Quantum, Ohayo, dan GS), Sudan (Incoe dan GS), Uganda (Quantum, GS, dan Incoe) dan Tanzania (GS dan Incoe). Pasar ASEAN Beberapa waktu lalu, Direktur Humas PT AOP, Eko D Haryanto mengatakan, AOP juga akan mengembangkan pasar komponen di kawasan ASEAN seperti Thailand dan Malaysia. Berbagai produk komponen otomotif produksi AOP telah masuk ke pasar ASEAN melalui Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) setempat seperti Suzuki dan Honda. ''Beberapa suku cadang produk AOP kini telah digunakan sebagai spare p!
arts OEM (Original Equipment Manufacture) ATPM. Sebagai contoh melalui Aspira kita memiliki brand sendiri Honda Genuine parts,'' ujar Eko D Haryanto.
( )
No comments:
Post a Comment