Cari Berita berita lama

Republika - 'Muhammadiyah Dibayangi Kerancuan Pemikiran'

Selasa, 12 Pebruari 2008.

'Muhammadiyah Dibayangi Kerancuan Pemikiran'












MALANG -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Dien Syamsudin MA menyatakan, ada agenda besar yang harus diselesaikan Muhammadiyah menghadapi era global dan modernisasi sekarang ini. Agenda itu adalah bagaimana merumuskan posisi teologis Muhammadiyah ke depan. ''Apakah kita akan meninggalkan konsep pemikiran para pendahulu untuk mengahadpi tantangan zaman? Apakan pemikiran yang dulu itu harus kita bakukan dan kita bawa dalam menghadapai persoalan-persoalan di abad 21 ini? Ini agenda kita bersama dan tentunya juga menjadi tugas berat majelis tarjih untuk merumuskannya,'' papar Din Syamsuddin saat membuka Kolokium Nasional Pemikiran Islam di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), kemarin (11/2). Din menilai dengan alasan itu, agenda kolokium ini menjadi sangat penting. Apalagi, kata Din, saat ini telah terjadi kerancuan pemikiran di kalangan internal Muhammadiyah. Kerancuan itu meliputi serjumlah aspek strategis. Menurutnya, kerancuan pemikiran itu sudah s!
ampai pada tingkat ambiguitas dan bahkan absurditas. ''Ini terjadi terutama dalam konteks ketika kita harus menghadapi dunia luar dan persoalan-persoalan mikro,'' ujarnya. Masalah itu, kata Din, sebenarnya merupakan konsekuensi logis yang harus dihadapi Muhammadiyah. Tetapi, kalau dicermati dan diseriusi, persoalan itu akan menjadi kontraproduktif terhadap Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharu. ''Saya pribadi sebenarnya pernah menggagas perlunya forum dialog pemikiran dari kalangan pemikir-pemikir muhammadiyah dari berbagai mazhab. Mereka bisa berasal dari pemikir yang menganut mazhab liberalisasi, konservatif, maupun radikal,'' terangnya. Kebutuhan akan adanya forum dialog itu, lanjut Din, sangat mendesak dan urgen. ''Sehingga gejala menguatnya dikotomi dan dialektika pemikiran yang terjadi di kalangan Muhammadiyah akhir-akhir ini bisa kita ubah menjadi dialog,'' sambungnya. Selama ini, lanjut dia, Muhammadiyah yang juga berpegang pada salafiah telah gagal untuk merumuska!
n kerangka metode kembali pada Alquran dan Hadits. Ini akibat !
terbatas
nya khazanah, ruang pergaulan maupun referensi keilmuan di kalangan warga Muhammadiyah. '' Majelis tarjih mempunyai tugas besar untuk merumuskan masalah tersebut,'' imbuhnya. Menurutnya, dikotomi dan dialektika pemikiran itu sebenarnya merupakan fenomena yang baik. Kalau masalah tersebut bisa diluruskan dan dijembatani dengan adanya management of idea, perbedaan itu bisa menjadi potensi besar bagi Muhammadiyah. ''Sehingga fungsi dialog menjadi upaya mendekatkan pemikiran, dan menjadi sebuah prosses mencari kenaran kreatif dan inovatif. Sebab, jika dialektika itu semakin mengkristal akan menimbulkan konflik dan membawa dampak di dalam persyarikatan,'' tuturnya. Din memandang perlu adanya sebuah kelompok kekuatan baru, yang bisa menjadi kekuatan penengah di dalam tubuh Muhammadiyah. Kelompok ini diharapkan mampu menjembatani dialektika pemikiran yang muncul. Sehingga peran Muhammadiyah tidak menjadi sebuah organesasi yang inferior, tetapi sebenarnya masih jauh dari tujuan. Dia!
kui Din, Muhammadiyah memang konsisten dalam upaya menggali sumber- sumber nilai tentang Alquran dan Assunah, tetapi upaya menggali persoalan-persoalan pemikiran tentang muamalah belum maksimal. ''Ini merupakan masalah yang harus kita hadapi bersama,'' ujarnya.
(ghu )

No comments:

Post a Comment