Selasa, 10 April 2007.
Memulai Bisnis dengan Sesuatu yang Berbeda
Menempatkan posisi perusahaannya sebagai bagian dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi bangsa ini merupakan filosofi yang dipegang pengusaha bernama lengkap Tri Harsono Mukti Wibowo dalam meneruskan bissnis keluarganya. Di tengah ancaman krisis ekonomi yang akan melanda bangsa ini akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di penghujung 2005 lalu, pria kelahiran Surabaya, 5 Juli 1971, ini memanfaatkan momentum tersebut. Ia bertekad mengembalikan bisnis yang telah dirintis oleh kedua orang tuanya di sektor perdagangan internasional (international trading) sejak 1978 dari keterpurukan akibat peristiwa Bom Bali tahun 2000 silam. `'Kita juga ikut membantu negara ini dalam menghadapi krisis, sebagai dampak kenaikan BBM dengan berbagai program yang mengurangi konsumsi BBM,'' papar Tri. Sebagai bentuk kepeduliannya terhadap persoalan bangsa kala itu, Tri mendatangkan moda transportasi umum, yakni bus, yang tidak menggunakan BBM sebagai bahan bakarnya melainkan mengg!
unakan gas (BBG) dari Jepang. Bisnis impor otomotif ini dilakoninya dengan menggunakan bendera perusahaan ritel yang lebih dulu digelutinya, yakni PT Bali Dufree Indonesia. Tidak hanya mengimpor bus dalam bentuk utuh, Tri juga mengimpor komponen chassis khusus untuk kendaraan bus berbahan bakar gas. Hingga kini alumnus Universitas Airlangga (Unair) program Magister Management (MM) ini telah memasok sekitar 200 unit chassis CNG (Compressed Natural Gas) terpasang untuk memenuhi kebutuhan proyek busway koridor dua hingga tujuh. `'Kita masih impor (chassis CNG) karena kebutuhan itu belum bisa dipenuhi oleh industri di dalam negeri,'' ujarnya. Untuk memenuhi kebutuhan chassis CNG ini, Tri mengandeng dua pabrikan otomotif asal Korea Selatan, Hyundai, dan Daewoo. Bersamaan dengan makin besarnya jumlah order yang datang ke perusahaannya dari proyek busway tersebut, bisnis ritel yang sebelumnya ia geluti pun turut menuai berkah dan mulai bangkit kembali. Seperti halnya bisnis peng!
adaan chassis dan bus CNG yang masih jarang digeluti orang, di!
sektor
ritel pun perusahaan keluarga ini merambah ke segmen pasar yang sedikit sekali dibidik pengusaha lain, yakni segmen pasar bagi para diplomat dan warga negara asing yang tinggal dan bekerja di Indonesia (expatriate). Pilihan segmen pasar yang berbeda dengan pengusaha ritel lain pada umumnya itu, menurut Sekjen Asosiasi Toko Bebas Bea Indonesia (Indonesia Duty Free Shop Association) ini dikarenakan masih rendahnya tingkat persaingan yang dihadapi. Saat ini Tri sudah memiliki dua gerai duty free shop. Dan pada pertengahan tahun ini, jumlah gerai duty free shop akan ditambah satu yakni di kawasan perkantoran Mega Kuningan, Jakarta. `'Kita melihat segmen pasar diplomat dan expatriate ini masih menjanjikan. Jadi kita melakukan bisnis itu sesuatu yang berbeda, ini kunci juga. Sekarang kalau kita lakukan bisnis itu seperti umumnya akhirnya kompetitifnya tinggi dan hambatannya juga rendah. Jadi think difference itu satu poin untuk kita membuka usaha,'' ujarnya memberi alasan. Meski!
pun segmen pasar yang dibidik olehnya masih rendah tingkat persaingannya, namun Tri tidak menampik kalau bisnis ritel yang dijalankannya ini sangat bergantung pada perkembangan sektor industri pariwisata di dalam negeri. Berbeda dengan dua negara tetangga kita, Malaysia dan Thailand, ungkap Tri, pemerintah masih mengesampingkan sektor industri pariwisata. Untuk memenuhi kebutuhan konsumennya, Tri harus mendatangkan produk-produk consumer goods dengan kualitas bagus dari berbagai negara di kawasan Asia Pasifik, Eropa, Amerika. Namun, ungkap dia, tidak seluruhnya produk yang dijual di duty free shop merupakan produk impor. Kadangkala komposisi produk impor dan produk lokal, jelas Tri, 60 berbanding 40. Namun tidak jarang komposisi yang ada justru kebalikannya, 40 persen produk impor dan 60 persen produk lokal. Dalam memenuhi pasokan produk-produk buatan dalam negeri yang berkualitas, duty free shop mengandeng sentra-sentra usaha kecil dan menengah (UKM) di seluruh Indonesi!
a. Kerja sama dengan kalangan industri UKM ini, menurut Ketua !
Komparte
men Bina UKM dan Koperasi Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) ini akan terus dikembangkan melalui kerja sama jangka panjang dengan PT UKM Indonesia.
(dia )
No comments:
Post a Comment