Cari Berita berita lama

Republika - Hijrah Kalbu adalah Berbagi

Jumat, 19 Januari 2007.

Hijrah Kalbu adalah Berbagi






Intsospeksi diri disertai tekad untuk berubah menjadi lebih baik adalah awal yang bagus untuk membuka lembaran baru di tahun 1428 H.





Tahun baru Islam, 1 Muharram 1428 H merupakan momentum bagi setiap Muslim untuk berhijrah ke jalan Allah. Penulis dan motivator Amelia Naim Indrajaya menyebutkan, salah satu hijrah tersebut adalah hijrah kalbu. Apakah hijrah kalbu itu? ''Hijrah kalbu adalah berbagi,'' tandasnya saat sharing pada pengajian bulanan yang diadakan oleh Pengajian Harmoni di Jakarta, pekan silam.
Penulis buku best seller berjudul Bila Nurani Bicara ini mengatakan setidaknya ada lima aplikasi dan ciri hijrah kalbu. Pertama, bersangka baik. ''Kita harus selalu bersangka baik kepada orang lain maupun kepada Allah. Apa pun ketentuan Allah, itu adalah yang terbaik bagi kita,'' paparnya.
Kedua, memahami dan berempati terhadap orang lain. ''Rasulullah adalah orang yang sangat tegas kalau orang menghujat Islam, namun kalau dirinya sendiri yang dihina orang, Beliau bersabar dan lebih suka mengalah,'' tuturnya.
Ketiga, tidak sombong atau takabur. Keempat, tidak mementingkan diri sendiri. Kelima, orientasi jangka panjang. Intinya, kata Amelia, setiap Muslim harus berusaha menjadi orang yang berguna bagi orang lain. ''Seorang Muslim itu harus menjadi rahmat bagi seluruh alam,'' tegasnya.
Momentum untuk lebih baik
Menjelang tahun baru Hijriyah 1428, umat dan masyarakat dalam suasana keprihatinan yang mendalam baik lahiriyah maupun batiniyah karena beruntunnya bencana sosial dibarengi bencana alam dan telah berjalan bertahun-tahun. Sampai saat ini belum ada tanda-tanda peredaan. Bila diperhitungkan dengan akal sehat, akan sangat berat untuk ditanggung oleh kemampuan manusia tanpa pertolongan Allah SWT.
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mengajak agar momen tahun baru Hijriyah dijadikan sebagai momentum untuk menjadi lebih baik, sesuai semangat hijrah. Dalam seruan yang dibacakan Ketua PBNU Hasyim Musyadi, umat diimbau untuk melakukan puasa sunah, dimulai dengan puasa sunah mutlaq dari tanggal 1-10 Muharram 1428 H atau 20-30 Januari 2007. 'Dengan sebanyak mungkin beristighfar mohon ampun kepada Allah dab membaca hauqolah (laa haula wala quwwata illa billah) memohon kekuatan kepada Allah,' ujarnya.
Kedua, kata Hasyim, menjauhi perbuatan-perbuatan yang langsung atau tidak langsung menyebabkan murka Allah seperti kezaliman, kepalsuan atau kepura-puraan. Juga menghindari kebohongan, pengrusakan kehormatan da martabat manusia, pengrusakan keseimbangan alam, korupsi, keserakahan, pengkhianatan (jual beli) hukum, pengkhianatan amanat, menelantarkan penderitaan rakyat kecil, dan sebagainya.
Ketiga, mendekatkan diri kepada Allah dengan tobat, kejujuran, peningkatan ibadah, zikir, dan sedekah, penyantunan terhadap korabn bencana. 'Juga melakukan sholat ghaib setiap ada korban meninggal akibat bencana atau kecelakaan untuk kaum Muslim,' ujarnya.
Memperbanyak tafakur
Bagi peragawati senior Okky Asokawati, tahun baru Hijriyah harus disertai perenungan. 'Kenapa ujian dan cobaan dari Allah SWT datang secara bertubi-tubi,' ujarnya.
Ia mengaku akan mengisi datangnya tahun baru 1 Muharram 1428 Hijriyah ini dengan melakukan ibadah puasa pada hari pertama hingga hari ketiga atau tanggal 20,22 dan 23 Januari. 'Ini semata-mata untuk introspeksi bagi diri saya atas berbagai peristiwa yang terjadi,' ujar perempuan yang belum lama ini berhijrah dengan mengenakan busana Muslimah ini.
Dengan instrospeksi ini dai berharap makin memahami hakekat sebagai khalifatullah di muka bumi, sebagai bekal untuk menghadap Sang Khalik di akherat kelak. 'Alhamdulillah, sejak lama almarhum suami saya Nono Padmodimulyo memberikan bimbingan agar saya bisa melakukan ibadah puasa pada setiap awal, tengah, dan akhir bulan Hijriyah,' ujarnya.
Seperti di sebutkan dalam berbagai literatur, hijrah itu sudah dirancang Allah SWT sebagai sebuah pola mempertahankan keimanan, menghindar dari keganasan kelompok kafir, dan sebagai upaya melanjutkan perjuangan Islam. Iman, hijrah, dan berjuang di jalan Allah harus berjalan secara berurut, pada gilirannya akan menentukan mutu keimanan. Firman Allah SWT, ''Dan orang-orang yang beriman, berpindah, dan berjuang di jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat perlindungan (kepada orang-orang yang berpindah itu) dan memberikan pertolongan, itulah orang-orang yang sebenarnya beriman. Mereka beroleh ampunan dan rezeki yang berharga.'' (Al-Anfal: 74). Jadi, hijrah merupakan kewajiban, bukan pilihan.

Prinsip hijrah seperti itu berlaku juga buat Muslim di belakang Rasulullah SAW, meski tidak lagi dalam bentuk pindah dari Makkah ke Madinah. Tapi, sesuai dengan sebuah hadis sahih, ''Orang yang hijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah kepadanya.''

Hijrah mengharuskan setiap Muslim bersikap tegas dan jelas meninggalkan daerah kekafiran. Tidak boleh ada alasan akan mengamalkan Islam atau alasan perjuangan untuk berada dalam arena maksiat. Hijrah adalah satu pengorbanan untuk membawa perubahan. Tidak ada perubahan yang tidak memerlukan pengorbanan. Perubahan adalah suatu tuntutan hidup. Berubah dari suatu yang buruk kepada yang baik, dari yang baik kepada yang terbaik.

Setiap orang Islam mesti ada semangat dan cita-cita untuk berubah. Berubah dari segala sifat yang mazmumah kepada mahmudah. Ihdina shirattal mustaqiem..., Ya Allah, Tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus.

(ika/dam/rto )

No comments:

Post a Comment