Cari Berita berita lama

Republika - Fukara dan Masakin yang Terbiasa Berdo'a

Jumat, 30 Maret 2007.

Fukara dan Masakin yang Terbiasa Berdo'a





Prof. DR. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc.
Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional
Di dalam sebuah hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah Saw. menyatakan, bahwa dunia itu adalah ibarat sebuah taman yang indah, yang dihiasai oleh lima ornamem, yaitu: ilmu para ulama, adil para umara (pemimpin), kejujuran para pegawai, kepemurahan orang-orang yang kaya, dan do’a dari orang-orang fakir dan miskin.

Hadits tersebut memberikan pelajaran berharga bagi kita, betapa banyak faktor yang saling terkait dalam membangun tatanan kehidupan sosial kemasyarakatan secara lebih baik. Perpaduan antara adil, ilmu, kepemurahan, kejujuran dan do’a dengan tekanan pada masing-masing pihak dan bidang.

Khusus mengenai do’a yang dialamatkan para orang-orang fakir dan miskin, mengisyaratkan bahwa kelompok ini tidak boleh diabaikan, tidak boleh dipinggirkan dan dimarginalkan. Kepedulian, empati, dan simpati yang dalam, yang ditujukan kepada mereka, disertai pertolongan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, adalah merupakan sebuah keniscayaan, disamping perintah agama. Rasulullah Saw. bersabda: 'Sesungguhnya kalian akan mendapatkan pertolongan dan rizki dari Allah, apabila kalian selalu memperhatikan kaun dhu’afa.”

Fakir-miskin yang mampu berdo’a, tentu bukan sembarangan fakir. Mungkin secara materi, mereka berkekuarangan, tapi tidak demikian halnya dengan hati dan mental serta sikap hidupnya. Mereka memiliki aqidah yang kuat, akhlaq yang mulia dan ibadah yang benar, bahkan berusaha untuk memberikan kebaikan kepada orang lain.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 273: '(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.”

Oleh karena itu, salah satu tugas yang mulia dari para amil zakat, adalah bukan semata-mata memberikan modal materi kepada para mustahiK, memberikan bagian dari zakat, infaK, dan sedekah pada mereka yang membutuhkan. Tetapi juga terlibat dalam pembentukan kepribadian mereka, sehingga orang-orang fakir ini, walaupun secara lahiriah mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki harta, akan tetapi mereka memiliki akhlaq yang mulia (akhlaqul karimah); mereka punya izzah dan harga diri, mereka dapat bedo’a, ruku’ dan sujud, serta memohon pertolongan kepada Allah SWT.

Tentu sangat berbahaya, apabila sudah fakir secara materi, fakir pula secara rohani. Kemiskinan yang bergandengan dengan kemaksiatan, dan kefakiran yang dililit dengan kekufuran. Rasulullah Saw. bersabda: 'Hampir saja kefakiran itu akan membawa pada kekufuran.”

()

No comments:

Post a Comment