Cari Berita berita lama

Republika - DIALOG JUMAT BUKU YANG MENCERAHKAN

Jumat, 8 Pebruari 2008.

DIALOG JUMAT BUKU YANG MENCERAHKAN


Tanggapan Pembaca









Seperti biasa, setiap hari Jumat, Harian Umum Republika menyisipkan Tabloid Dialog Jumat. Namun, tidak seperti biasa, Jumat lalu (1/1), tema yang diangkat memiliki getaran emosional tersendiri buat saya. 'Buku pelajaran yang mencerdaskan', itulah judul yang terpancang di halaman muka tabloid suplemen tersebut. Kontan saya terhenyak membaca judul tersebut. Sekilas saya menangkap, judul itu berarti selama ini buku pelajaran yang ada tidak mencerdaskan. Terbersit dalam pikiran saya, bukankah buku pada dirinya mengandung makna ajakan untuk menjadi cerdas (bacalah aku, biar kamu cerdas). Lalu, apa pasal tabloid itu membuat judul demikian? Halaman demi halaman tabloid itu saya baca. Setelah selesai, saya mulai menarik kesimpulan. Ternyata, yang dimaksud buku pelajaran yang mencerdaskan adalah buku yang harus memenuhi sedikitnya tiga kriteria. Pertama, sebuah buku pelajaran harus mampu berdialog dengan siswa. Layaknya dialog yang dilakukan dengan pakar ilmu pengetahuan, buku !
juga harus punya jiwa, mampu menggetarkan emosi, dan mendekatkan siswa dengan konteks (lingkungan alam dan budaya). Kedua, buku pelajaran harus mampu menceritakan kebenaran secara jujur dan faktual. Misalnya, di buku-buku yang diulas tersebut, dimunculkan tokoh-tokoh ilmuwan Muslim yang memberi kontribusi besar terhadap ilmu pengetahuan modern. Karena itu, seolah-olah buku-buku tersebut bercerita kepada para pembacaanya bahwa dalam gugusan sejarah ilmu pengetahuan terdapat nama-nama besar dari kalangan kaum Muslimin. Hal seperti ini tampaknya amat sulit didapatkan di banyak buku pelajaran yang digunakan siswa. Ketiga, buku pelajaran harus mampu membangkitkan rasa keagamaan (sense of Religiousity) pembacanya. Maksudnya, buku tidak sekedar mengajak pembacanya untuk cerdas secara intelektual, tetapi juga mampu meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Jika tiga kriteria di atas ada pada semua buku pelajaran, saya kira sudah cukup untuk membuat para pembaca tercerahk!
an, baik secara intelektual, emosional maupun spiritual. Hal l!
ain yang
membuat saya kaget, ternyata ulasan buku MIPA pada Dialog Jumat tersebut adalah telaah tentang buku pelajaran MIPA terbitkan Departemen Agama. Dalam hal ini saya melihat Depag menyadari sepenuhnya kondisi muramnya dunia perbukuan nasional. Karena itu, upaya membuat buku pelajaran mencerdaskan yang dilakukan Depag ini seharusnya mampu menginspirasi banyak pihak untuk mulai memikirkan bagaimana agar buku pelajaran yang dibaca oleh siswa adalah buku yang berkualitas. Sebagai salah seorang warga negara, tidak salah jika saya punya harapan seyogyanya para pengambil kebijakan dan penerbit mulai memikirkan nasib anak bangsa kita, agar membuat buku pelajaran yang mencerdaskan siswa. Aldy Ahmad Kelurahan Pisangan RT. 08/03 No. 93A Ciputat 15419, Tengerang
( )

No comments:

Post a Comment