Cari Berita berita lama

Republika - Bertemu via Chatting, Menikah via Internet

Sabtu, 14 Januari 2006.

Bertemu via Chatting, Menikah via Internet












Benarlah pepatah yang mengatakan, cinta tak mengenal jarak, waktu dan ruang. Asalkan dua orang saling mencinta, di mana pun dan kapan pun, pernikahan bisa dilangsungkan -- dengan seizin Allah SWT. Hal itu dibuktikan oleh Rita Sri Mutiara Dewi (50 tahun) yang dinikahi oleh Wiriyadi Sutrisna (52 tahun) dengan bantuan teknologi teleconference. Rita yang berstatus janda dan Wiriyadi yang berstatus duda terpisah ribuan mil. Rita berada di Kota Bandung, Jawa Barat dan Tris, sapaan akrab Wiriyadi, berada di California, Amerika Serikat. Rabu (11/1) pagi itu, Rita yang mengenakan kebaya berwarna coklat, didandani laiknya mempelai perempuan dalam sebuah pernikahan. Di ruangan kantor Kandatel Bandung itu, juga hadir wali nikah dan penghulu. Di hadapan mereka, ada sebuah layar yang menunjukkan gambar Tris. Saat penghulu dari Kantor Urusan Agama (KUA) Andir, Sohidin Efendi, menanyakan apakah Tris sudah tahu teks ijab kabulnya, ayah beranak empat itu mengatakan belum tahu. Sohidin !
pun meminta agar Tris mencatat ijab kabul yang harus diucapkannya. Setelah semua persiapan selesai, ijab kabul sakral ''Saya terima nikahnya Rita dengan mas kawin perhiasan 25 gram dibayar tunai'' pun diucapkan oleh Tris, tepat pukul 08.30 WIB dan terdengar jelas di Ruang Video Conference Plasa Telkom, Jl Setiabudi, Bandung. Hanya dalam waktu 25 menit saja, Rita dan Tris yang berada di ruang berbeda dan negara yang berlainan, dinyatakan sah dan resmi menjadi suami-istri. ''Ya udah, sampai ketemu bulan depan ya mas,'' ujar Rita kepada suaminya, usai acara ijab kabul pertama di Indonesia yang memanfaatkan teknologi telekonferens itu. Dipaparkan Rita, dirinya dan Tris sudah tiga bulan berkenalan. Perkenalan itu 'dicomblangi' oleh manajer pemasaran North Top Rice USA, mantan atasan Rita. Selama tiga bulan itu, Rita belum pernah bertemu dengan Tris. Perkenalan dan komunikasi selama ini dibangun melalui chatting (mengobrol di internet) dan email (surat elektronik). Wajah Tris, !
ungkap Rita, diketahuinya via foto dan web-cam saat chatting. !
''Sebelu
m Idul Fitri tahun 2005 lalu, Mas Tris melamar saya melalui email,'' katanya mengenang. Lebih lanjut Rita mengungkapkan, selama ini, dirinya menjadi pengajar di salah satu universitas di Kuala Lumpur, Malaysia. Kepulangannya ke Bandung untuk akan nikah itu, hanya satu hari saja karena ia tak libur. Artinya, kata dia, akah nikah itu memang harus berlangsung Rabu (11/1) itu dengan waktu yang sudah ditetapkan. ''Saya hanya punya waktu satu hari, jadi sudah diperhitungkan lamanya akad nikah dan jadwal pesawat pulang ke Malaysia. Bagi saya yang terpenting pernikahan ini sah,'' ujarnya. Rita menjelaskan, Tris bekerja sebagai psikiater di Hope Hospital California dan sudah enam tahun bermukim di Amerika. Karena tidak memungkinkan untuk kembali ke Indonesia, sambung dia, maka pernikahan pun dilakukan dengan menggunakan teknologi telekonferens. ''Saya akan ke Amerika pada 8 Februari 2006 nanti. Alhamdulillah, visa ke Amerika sudah selesai,'' ungkap Rita dengan wajah berseri-seri. U!
sai melangsungkan akad nikah pun, laiknya pengantin yang lain, pasangan berbahagia itu menyelenggarakan resepsi pernikahan di rumah orang tua Rita yang berlokasi di Jl Katelina II No 9 Cibeureum, Bandung. Yang membedakan dengan acara resepsi pernikahan yang lain, tentu saja, ketidakhadiran mempelai pria. Dikatakan General Manager Kandatel Bandung, Bambang Triwinarko, pada akad nikah tersebut, pihaknya menggunakan teknologi video konferens via SLI dan internet. Data dikirimkan via Voice over Internet Protocol (VoIP) dengan menggunakan 017 dan suara dengan menggunakan 007. Menurut Bambang, agar suara dan gambar lebih jelas, seharusnya menggunakan teknologi virtual private network. Namun biayanya sangat mahal, Rp 6 juta per jam. Karena itu, pihaknya menggabungkan SLI dan internet yang delay (penundaan) antara gambar dan suaranya hanya empat detik. ''Untuk acara pernikahan itu kami sudah menyiapkan selama seminggu,'' katanya. Persiapan itu, sambung dia, dengan melakukan uji cob!
a di Telkom Supratman, Lembong, dan Setiabudi. Jika menggunaka!
n web-ca
m, ungkap Bambang, maka delay antara suara dan gambarnya sangat lama. ''Padahal, kan ijab kabul tidak boleh ada jeda,'' katanya. Kakak ipar Rita yang memfasilitasi pernikahan telekonferens itu, Jatmiko Edi, bersyukur karena acara akad nikah itu berjalan dengan baik. Untuk menggelar acara pernikahan melalui telekonferens itu, ia menghubungi banyak pihak yang memahami teknologi tersebut. Dikatakan Jatmiko, proses pencariannya dilakukan sekitar dua pekan. ''Akhirnya ada yang memberi tahu untuk menghubungi Telkom,'' katanya. Sedangkan untuk mengetahui keabsahan pernikahan secara Islam, ia bertanya pada Departemen Agama dan Ponpes Daarut Tauhiid Bandung.
(kie )

No comments:

Post a Comment