Jumat, 7 Maret 2003.
Panser Biru Tolak Kehadiran PasoepatiSemarang, 7 Maret 2003 14:58Paguyuban suporter PSIS Semarang "Panser Biru" menolak kehadiran tim suporter Persijatim Solo FC "Pasoepati" pada saat kedua tim itu bertanding di partai lanjutan Kompetisi Sepakbola Liga Indonesia (LI) IX di Stadion Jatidiri Semarang, Minggu (9/3).
"Kami sudah menerima permohonan suporter Persijatim untuk datang Minggu depan, tetapi kami tidak berani menjamin keamanan suporter tim tamu," kata Pjs Ketua Panser Biru, Andi Putra Alam kepada wartawan di Semarang, Jumat.
Alasan penolakan tersebut adalah peristiwa di Stadion Manahan Solo pada saat Liga Indonesia (LI) VI, tiga tahun lalu.
"Kami umpamakan sebuah luka, untuk penyembuhan perlu waktu. Sebenarnya kami dan Pasoepati ingin rujuk kembali, tetapi perlu proses untuk menemukan obatnya supaya luka itu cepat sembuh," katanya.
Ketika PSIS Semarang bertanding melawan Pelita Solo di LI VI yang berlangsung di Stadion Manahan Solo, terjadi kerusuhan antara pemain dan penonton, bahkan pertandingan sempat ditunda sehari dan dilanjutkan di lapangan sepakbola lain.
Tetapi begitu wasit meniup peluit panjang sebagai tanda pertandingan tunda itu dimulai, pemain bukannya menendang bola tetapi justru saling pukul satu sama lain dan diikuti para suporter kedua belah pihak.
Bahkan, hasil pertandingan tersebut menjadikan PSIS yang juara bertahan LI V terkena degradasi dari LI VI dan harus berjuang kembali mulai dari Divisi I PSSI.
Bukan hanya itu, begitu pertandingan di Kompetisi Sepakbola Divisi I PSSI 2002 dimulai, Bonggo Pribadi dan kawan-kawan terpaksa memainkan partai kandang di Stadion Sapta Marga Magelang karena mendapat sanksi dari Komdis PSSI, berupa pertandingan usiran sebanyak dua kali.
Tak bisa apa-apa
Menyinggung aksi kerusuhan saat PSIS menjamu tamunya, PSS Sleman di Stadion Jatidiri Semarang, ia mengatakan, sebagai ketua ia tidak bisa berbuat apa-apa kalau sampai ada anggota Panser Biru yang emosi.
Semua itu, katanya, di luar jangkauannya karena mereka datang hanya untuk mendukung PSIS, tetapi ternyata tim yang didukung tidak seperti yang diharapkan.
"Mereka masuk stadion membeli tiket, dukungan sepenuhnya hanya untuk PSIS, tetapi kenyataan di lapangan seperti itu. Dalam tempo satu menit, gawang I Komang Putra bisa kebobolan dua gol. Jadi kami tidak bisa berbuat apa-apa, tahu-tahu muncul emosi seperti itu," katanya.
Dia menjelaskan, dalam situasi yang memanas seperti itu, semua koordinator lapangan (korlap) langsung bergerak untuk mengamankan suporter tamu "Slemania". Sekitar 500 suporter Slemania langsung ditarik ke tengah lapangan sehingga tidak ada satupun yang terluka.
Mahasiswa semester XI STIE Stikubank Semarang itu tidak tahu menahu tentang bentrok yang terjadi di luar stadion. Sekelompok orang yang melempari bus yang mengangkut pemain PSIS, bukan anggotanya.
"Jadi kejadian di depan pintu gerbang GOR Jatidiri itu bukan tanggungjawab Panser Biru, karena justru suporter kami yang mengawal pemain kembali ke penginapannya di Hotel Gracia Semarang," demikian Andi Putra Alam. [Tma, Ant]
No comments:
Post a Comment