Selasa, 26 Pebruari 2002.
Runtuhnya Keperkasaan Tank, Anjloknya Kredibilitas SharonPekan ini, situasi buruk konflik Israel-Palestina kian tak terkendali. Berlanjutnya pengurungan Yasser Arafat di Ramallah dibalas dengan penghentian semua kontak dengan Israel oleh pimpinan Palestina.
Israel, yang marah oleh terbunuhnya Menteri Pariwisata Rehavam Zeevi pada Oktober silam, kian kalap dengan hancurnya tank canggih Merkava beserta tiga dari empat awaknya oleh serangan aktivis Palestina.
Praktis, hanya dalam sepekan sejak penghancuran tank di Beit Hanoun, Jalur Gaza, pada 15 Februari, Israel meningkatkan serangannya dan menewaskan sedikitnya 70 orang. Selain mengerahkan lebih banyak tank, gelombang serangan udara dengan pesawat tempur F-16 terus bergerak ke sasaran-sasaran Palestina.
Sehari setelah pukulan di Beit Hanoun, militer Israel kembali dipermalukan oleh kesalahannya sendiri saat membuldoser bangunan-bangunan Palestina di Desa Saida, dekat Tulkarem, Tepi Barat. Letnan Kolonel Eyal Weiss, 34 tahun, komandan pasukan elite rahasia Israel, tewas tertimpa reruntuhan tembok.
Hancur leburnya tank Merkava, tulis koresponden bidang pertahanan BBC Jonathan Marcus, sangat mengejutkan publik Israel. Inilah untuk pertama kalinya orang Palestina sukses meremukkan kendaraan lapis baja "paling aman" milik Israel. Selama ini, Israel memandang Merkava sebagai lambang keperkasaan militernya.
Terlebih lagi, yang menjadi korban adalah versi 3 Merkava, yang disebut-sebut sebagai salah satu tank paling modern dan paling aman di dunia bagi penumpangnya. Ledakan itu--menurut Israel, memakai 100 kilogram lebih bahan peledak--mampu menembus badan tank, menjungkirkannya dan menerbangkan menara meriamnya yang berat. Daya ledak seperti itu diyakini hanya bisa diakibatkan dari amunisi yang ditanam di dalam tank.
Marcus menyimpulkan serangan ini sangat cerdik dan terencana. Jelas, ini akan memaksa militer Israel untuk lebih cermat menelisik taktik yang dipakai guna menghadapi pejuang Palestina. Tapi, dia yakin dampak psikologisnya jauh lebih besar ketimbang dampak teknisnya, misalnya soal peningkatan kemampuan para aktivis Palestina dalam menghadapi militer Israel.
Marcus percaya, kredibilitas PM Ariel Sharon dengan kebijakan garis kerasnya yang mengandalkan agresi militer digerogoti dari dalam. Tak sedikit perwira cadangan yang terang-terangan menolak ditugaskan di wilayah jajahan.
Selain itu, menurut jajak pendapat yang diterbitkan koran Yediot Aharonot Jumat lalu, kredibilitas Sharon di mata rakyat Israel turun dari 70 persen pada Desember 2001 menjadi 54 persen Februari tahun ini. afp/reuters/bbc/yanto musthofa
No comments:
Post a Comment