Senin, 1 Maret 2004.
Larangan Berjilbab di PrancisPemerintah Prancis mengimbau kepada umat Islam Indonesia untuk memahami Rancangan UU Laicite yang melarang pemakaian simbol agama secara mencolok, termasuk jilbab. "Laicite merupakan sikap netralitas negara terhadap semua warga negara," ujar Penasihat Kebudayaan Kedutaan Besar Prancis di Jakarta, Gilles Garachon, dalam acara jumpa pers di kantornya, Kamis (5/2) sore (Tempo Interaktif, 5 Februari 2004).
Siapa bisa menjamin kenetralan dan kemurnian sebuah UU setelah terlaksana dan dijalankan di suatu negara menurut hakikat dan makna yang sebenarnya?
Apakah Komisi Stazi (badan yang menggodok RUU Laicite) juga membuat suatu badan pengawas, semacam kontrol untuk pelaksanaannya dalam jangka panjang? Jangan-jangan apa yang dikatakan Bapak Gilles Garachon semacam pemanis mulut, untuk meredam agama tertentu.
Secara historis, dibuatnya UU Laicite dikarenakan adanya dominasi gereja Katolik dan sistem pemerintahan monarki yang mengakibatkan munculnya revolusi Prancis pada 1879. Apakah sejarah itu dapat dijadikan argumen yang kuat untuk menjaga munculnya dominasi gereja Katolik di Prancis dengan UU Laicite?
Jangan-jangan ada sesuatu di balik itu dalam jangka waktu yang panjang. Apakah Prancis ingin memelopori suatu revolusi baru terhadap agama tertentu untuk Uni Eropa? Semoga UU Laicite benar-benar menjaga sikap netral dan bijak negara terhadap semua warga.
Buvinohasan
Medan, Sumatera Utara
Pemerintah Lambat Tangani Demam Berdarah
Bapak Wakil Presiden Hamzah yang saya hormati, ijinkanlah saya menanggapi komentar Bapak yang mengakui bahwa pemerintah Republik Indonesia lambat dalam memberi bantuan terhadap rakyat kecil yang menderita demam berdarah.
Sebetulnya pemerintah tidak lambat dalam upaya pencegahan, melainkan tidak peduli sama sekali terhadap rakyat Indonesia yang miskin dan menderita. Para pejabat dan keluarga bisa saja mendapat fasilitas kesehatan yang paling hebat di dunia, termasuk pergi berobat jantung di Houston Medical Center, Amerika Serikat. Tetapi, apakah Bapak sebagai pemimpin bangsa tega melihat anak-anak dari keluarga yang sangat miskin meninggal dunia tanpa ada respek sama sekali?
Kalau saya sebagai pemimpin bangsa, saya akan meminta maaf terhadap Allah SWT atas ketidakpedulian dan meminta maaf yang sebesar-besarnya terhadap rakyat Indonesia yang sangat miskin dan menderita.
Penyakit demam berdarah ini sudah terjadi tiap tahun. Apakah ada upaya dan kepedulian lewat Menteri Kesehatan untuk memperbaiki sistem kesehatan guna mencegah masalah yang sangat disesalkan ini?
Insya Allah, Bapak bisa tidur nyenyak tiap malam kalau memikirkan anak-anak Indonesia yang mati akibat kelalaian pemerintah Indonesia lewat Departemen Kesehatannya.
Deddy Mansyur
Founder/Chief Instructor University of Houston Shotokan Karate-Do Houston, Texas
Kecewa dengan Isi Pulsa Otomatis Satelindo
Dua pekan lalu, Minggu (15/2), saya melakukan pengisian pulsa Mentari di ATM BCA Bandara Soekarno-Hatta. Saat uang sudah didebit Rp 100 ribu ditambah pajak Rp 10 ribu dan struk pembayaran keluar, saya mendapat pesan dari operator bahwa "pengisian pulsa gagal dan harap dicoba lagi". Saya langsung menelepon operator untuk meminta penjelasan dan mengembalikan uang yang telah saya bayarkan.
Namun, operator hanya menjawab, sedang ada masalah pengisian pulsa untuk beberapa saat. Adapun dana yang sudah saya bayarkan akan dikembalikan ke rekening saya dalam waktu lima hari kerja. Pada hari yang dijanjikan, ternyata tidak ada pengembalian dana dalam catatan rekening saya. Lalu, saya kembali menelepon operator pada Minggu (22/2) dan kembali dijanjikan dana akan dikembalikan dalam waktu tiga hari kerja.
Pada Kamis saya melakukan pengecekan saldo, ternyata tidak ada dana pengembalian yang dijanjikan. Kamis siang saya kembali menelepon operator. Operator hanya menjawab bahwa masalah saya sedang diurus tanpa berani menjanjikan waktu pengembalian dana. Hingga Jumat pagi, ketika saya cek ke BCA, ternyata tidak ada pengembalian dana.
Perlu diketahui, untuk bisa berbicara dengan operator saya harus menunggu online di telepon hingga 15 menit, bahkan lebih. Mesin penjawab selalu mengatakan, operator sibuk dan meminta untuk menunggu. Artinya, saya pun menanggung kerugian pulsa yang tidak sedikit selama tiga kali menelepon itu.
Harapan saya, dana yang telah didebit segera dikembalikan dan peristiwa seperti ini tidak berulang lagi, karena hanya merusak citra Satelindo. Sebaiknya, dana yang telah didebit langsung diganti tanpa menunggu hari untuk menjaga kepuasan dan kepercayaan pelanggan, sementara urusan administrasi diselesaikan kemudian oleh Satelindo. Pelanggan tidak perlu dihukum dengan mengorbankan waktu, pulsa, dan kesabaran untuk menunggu proses administrasi karena yang bersalah bukan pelanggan.
Adek Media Roza
Jakarta Pusat
No comments:
Post a Comment