Cari Berita berita lama

KoranTempo - CGI Siap Kucurkan Pinjaman US$ 2,5-3 Miliar

Selasa, 9 Desember 2003.
CGI Siap Kucurkan Pinjaman US$ 2,5-3 MiliarJAKARTA -- Negara-negara donor yang tergabung dalam Consultative Groups on Indonesia (CGI) menyatakan komitmennya untuk memberikan dana pinjaman kepada pemerintah Indonesia tahun depan sebesar US$ 2,5-3 miliar (Rp 21,3- 25,5 triliun).

Perkiraan pinjaman ini masih bisa berubah tergantung pada pembahasan antara pemerintah Indonesia dengan seluruh negara donor dalam sidang CGI yang akan berlangsung 11 Desember mendatang.

Ekonom utama Bank Dunia Bert Hofman yakin, komitmen pinjaman untuk tahun depan akan lebih kecil dibanding tahun ini, yakni besar US$ 2,7 miliar. Penyebabnya, "Kondisi makroekonomi Indonesia sudah semakin membaik," kata Hofman kepada pers saat menyampaikan laporan ringkas Bank Dunia mengenai Indonesia kepada CGI di Jakarta kemarin.

Hofman juga mengatakan, komitmen pinjaman untuk Indonesia tahun ini lebih tinggi ketimbang tahun depan karena kondisi ekonomi masih terpuruk akibat kejadian bom Bali.

Meski begitu, kata dia, tidak tertutup kemungkinan jumlah komitmen yang diberikan tahun depan akan lebih tinggi. Sebab, negara donor akan tetap mempertimbangkan berapa besar kekurangan dana pemerintah Indonesia.

Dia menambahkan, mood negara-negara donor atas pemerintah Indonesia pun tahun ini cukup baik. "Artinya komitmen pinjaman bisa saja bertambah," katanya. "Itu tergantung pada negara donor itu sendiri."

Hofman menyatakan, tahun lalu--saat menentukan besarnya pinjaman untuk tahun ini--negara-negara donor sangat dipengaruhi oleh kejadian bom Bali. Bahkan dia mengakui, hingga Januari 2003 negara donor pesimistis bisa memberikan komitmen pinjaman kepada Indonesia.

Terkait dengan ini, Pejabat Sementara Kepala Badan Analisa Fiskal Departemen Keuangan Anggito Abimanyu mengatakan, total komitmen pinjaman CGI diperkirakan mencapai Rp 26-27 triliun. Terdiri dari pinjaman proyek sebesar Rp 19,1 triliun, pinjaman proyek Rp 8,5 triliun, dan hibah (grant) sebesar Rp 0,1 triliun.

Ia yakin tidak ada masalah dengan besarnya pinjaman itu. Hanya saja, setelah diskusi dengan negara-negara donor baru bisa dipastikan berapa besar alokasi untuk jenis-jenis pinjamannya. "Sejak awal negara-negara donor sudah punya komitmen yang bagus untuk Indonesia." Karena itu, "Saya kira total komitmen itu sudah pasti bisa terpenuhi," katanya.

Dia juga memperkirakan, penyerapan pinjaman program dan pinjaman proyek untuk tahun ini akan lebih rendah dari tahun sebelumnya karena ada keterlambatan dimulainya tahun anggaran proyek. Selain keterlambatan itu, penyerapan pinjaman yang lebih rendah juga disebabkan oleh konflik masalah pertanahan dan tender proyek.

Ekonom Bank Dunia kantor perwakilan Jakarta Yoichiro Ishihara mengatakan, dari pencairan pinjaman program sebesar US$ 1,1 miliar, yang direalisasikan mencapai US$ 0,2 miliar. Sedangkan untuk pinjaman proyek, dari pencairan pinjaman sekitar US$ 1,6 miliar, realisasinya sebesar US$ 1,4 miliar.

White paper
Di sisi lain, Hofman memuji kondisi ekonomi Indonesia saat ini sudah jauh lebih bagus karena pemerintah telah memiliki paket kebijakan ekonomi menjelang dan sesudah berakhirnya program IMF (white paper).

"White paper merupakan kunci untuk mempertahankan kepercayaan pada tahun mendatang karena Indonesia telah keluar dari IMF," katanya.

Dia mengatakan, buku putih yang merupakan inisiatif pemerintah untuk membuat komitmen terhadap rencana tindak pelaksanaan kebijakan harus dijalankan secara konsisten. "Ini penting untuk mempertahankan kepercayaan dari internasional." Selain itu, kata Hofman, "Sangat berpengaruh pada iklim investasi."

Bank Dunia dalam laporannya mencatat, iklim investasi di Indonesia masih parah dengan tidak berubahnya tingkat investasi negara ini yang masih pada kisaran 20 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Buruknya iklim investasi ini mendapat perhatian yang cukup baik dari pemerintah. "White paper merupakan permulaan yang baik untuk menanggulangi masalah investasi, antara lain pembentukan tim investasi," demikian tertulis dalam laporan itu.

Yoichiro menambahkan, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk jangka menengah diperkirakan bisa melampaui 5 persen. Indonesia membutuhkan pertumbuhan yang lebih tinggi untuk mengurangi jumlah pengangguran. "Pelaksanaan reformasi yang lebih pesat tentu akan meningkatkan pertumbuhan," katanya. yuyuk andriati/setri yasra

No comments:

Post a Comment