Cari Berita berita lama

detikcom - Jilbab Gadis Kecil Maroko Bikin Heboh Spanyol

Minggu, 7 Oktober 2007.
Jilbab Gadis Kecil Maroko Bikin Heboh Spanyol
Iqbal Fadil - detikcom
Catalonia - Gara-gara jilbab gadis kecil imigran asal Maroko bernama Shaima Saidani (9), perdebatan seru antar politisi, wakil pemerintahan dan anggota parlemen bikin heboh Spanyol. Ada apa?

Kejadian ini bermula ketika dua pekan lalu sebuah sekolah negeri di Kota Gerona, sebelah timur laut Catalonia, Spanyol, melarang Shaima masuk kelas. Pihak sekolah beralasan, jilbab yang dipakai Shaima melanggar norma setempat.

Namun Shaima akhirnya bisa kembali bersekolah pada Rabu 3 Oktober lalu. Pemerintah Catalonia menyatakan hak Shaima untuk mendapat pendidikan lebih utama daripada norma di sekolah tersebut yang cenderung diskriminasi.


"Saya tidak mengerti. Saya sama saja dengan teman-teman perempuan yang lain. Saya tidak menyakiti siapa pun," jawab Shaima kepada harian El Periodico ketika ditanya apakah dia mengerti mengapa dilarang bersekolah seperti dikutip AFP, Minggu (7/10/2007).

Shaima yang bercita-cita menjadi dokter itu menceritakan, selama ini dia tinggal dengan neneknya di Maroko yang sangat kuat mengajarkan nilai-nilai Islam. Orang tuanya pun tidak pernah melarang Shaima ketika memutuskan memakai jilbab.

Kasus yang menimpa Shaima ini mendapat perhatian luas dari politisi dan perwakilan pemerintah. Perdana Menteri dari Partai Sosialis Jose Luis Rodriguez Zapatero menyatakan tidak setuju atas pelarangan jilbab di sekolah negeri.

Namun politisi dari dua partai oposisi berpengaruh di Spanyol menegaskan harus segera dibuat aturan hukum dari penggunaan jilbab di tempat publik.

"Semua orang yang tinggal di Spanyol punya kewajiban untuk menghormati aturan yuridis, hukum, dan nilai-nilai kami," tegas Ketua Partai Popular Mariano Rajoy.

Pernyataan lebih keras dilontarkan partai Komunis Kiri Bersatu. Pemerintah Spanyol didesak untuk meniru Prancis yang mengeluarkan aturan penggunaan simbol-simbol agama di sekolah negeri.

Namun, Sosiolog Universitas Complutense Madrid, Fermin Bouza, mengatakan pengaruh kuat agama Katolik Roma di Spanyol tidak akan membuat pemerintah Spanyol meniru langkah Prancis yang sudah menjalankan tradisi sekuler sejak lama.

"Selama itu hanya berupa kerudung, yang merupakan simbol yang kecil tak akan ada masalah. Anda harus ingat, 30 tahun yang lalu banyak wanita di Spanyol yang mengenakan selendang," tutur Bouza.

"Saya pikir tidak ada alasan untuk meningkatnya ketegangan disini karena banyak orang Katolik yang juga punya kebiasaan menggunakan medali keagamaan," imbuhnya.

Di Spanyol, isu jilbab merupakan isu yang relatif baru. Jumlah imigran di negara tersebut terus meningkat sejak tahun 1996 yang tercatat 4,48 juta orang dari total populasi 45.12 juta penduduk Spanyol.

Imigran asal Maroko yang berjumlah 576 ribu orang merupakan komunitas terbesar dari total jumlah imigran di Spanyol.
(bal/fay)

No comments:

Post a Comment