Cari Berita berita lama

Republika - Wilayah Udara Ibu Kota akan Dikawal Rudal

Selasa, 21 November 2006.

Wilayah Udara Ibu Kota akan Dikawal Rudal












JAKARTA -- Wilayah udara sekitar Ibu Kota Negara, Jakarta, tak akan lagi dibiarkan telanjang tanpa pengawalan alat pertahanan militer. Sebab jika Jakarta yang merupakan titik vital jatuh ke tangan musuh di zaman imperialisme modern ini, Indonesia bisa dianggap kalah perang. Maka TNI AU, untuk tahun anggaran 2007, berencana membeli peluru kendali (rudal) pertahanan udara (hanud) jarak menengah dan jarak jauh. ''Kalau ada pesawat datang kita kirim pesawat tempur. Intinya jangan sampai musuh bisa masuk wilayah udara kita,'' kata Kepala Staf TNI AU (KSAU), Marsekal Herman Prayitno, usai konferensi pers mengenai Asean Air Chief Conference atau Pertemuan KSAU se-Asean, di Halim Perdanakusuma, Senin (20/11). Herman tidak merinci berapa besar kebutuhan rudal pertahanan udara untuk TNI AU, khususnya bagi kepentingan perisai Ibu Kota. Namun, tiga negara yaitu Swedia, Cina, dan Polandia sudah menawarkan rudal antipesawat darat ke udara (surface to air missile) buatan mereka. ''Sw!
edia menawarkan Oerlikon, yaitu gabungan rudal dan meriam antipesawat. Kalau dari Cina dan Polandia saya tidak ingat. Tapi itu nanti yang menentukan tim dan akan kita tender,'' kata Herman. Pada dekade 1960-an, TNI AU pernah memiliki batere rudal hanud SA-2 buatan Rusia yang juga ditempatkan di sekitar Jakarta dan bermarkas di Purwakarta, Jawa Barat. Tiga area pertahanan Herman menambahkan, pertahanan udara Indonesia yang menangani rudal darat ke udara atau pertahanan titik berada di bawah kendali Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas). Sementara pertahanan udara dengan pesawat tempur ditangani Komando Operasi (Koops) TNI AU. Pertahanan udara Indonesia dibagi menjadi tiga area. Arez pertama yaitu di wilayah perbatasan yang menjadi tanggung jawab pesawat tempur. Bila pesawat tempur TNI AU kalah, maka pertahanan lapis kedua adalah rudal jarak jauh dan menengah yang selama ini ditangani jenis Rapier milik TNI AD di bawah koordinasi Kohanudnas. Namun TNI AD sudah menggu!
dangkan rapier sejak empat tahun lalu untuk diganti rudal Grom!
dari Po
landia. Pertahanan terakhir adalah meriam antipesawat yang bisa menjangkau sasaran sejauh 3,5 km serta rudal panggul antipesawat dengan daya jelajah bisa mencapai 5 km. Sebelumnya, Panglima Kohanudnas, Marsekal Muda Eris Herryanto, mengakui sudah saatnya TNI AU memiliki satuan rudal pertahanan udara. Eris tak menyebut rudal jenis apa yang diminati TNI AU. Dia hanya menyebutkan spesifikasi rudal jarak jauh yang mampu menjangkau sasaran hingga 100-200 kilometer dan jarak menengah hingga 25 kilometer. ''Kita akan pelajari dulu rudal yang ada di dunia. Kita butuh dua-duanya (rudal jarak jauh dan menengah),'' kata Eris. Menurut penuturan seorang perwira Kohanudnas, pertahanan udara TNI AU kini hanya mengandalkan rudal panggul QW-3 buatan Cina. Rudal jarak pendek ini merupakan pengembangan SA-7 Soviet. Namun QW-3 lebih merupakan rudal untuk pertahanan pangkalan udara.
(rto )

No comments:

Post a Comment