Jumat, 26 Juli 2002.
Nasional
Jelang 5 Agustus: Aceh Kembali Memanas, 14 Tewas
26 Juli 2002
TEMPO Interaktif, Lhokseumawe:Menjelang penetapan status Aceh, apakah darurat sipil atau militer, 5 Agustus mendatang, situasi keamanan di wilayah paling barat Indonesia itu semakin panas. Sedikitnya, 14 orang tewas dalam baku tembak antara pihak keamanan dengan gerilyawan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Kabupaten Bireuen dan Aceh Besar, sepanjang Jumat (26/7) ini.
Baku tembak pertama terjadi di desa Plimbang, Kecamatan Jeunieb, Kabupaten Bireun-- 80 kilometer arah barat Lhokseumawe-- sekitar pukul 06.00 WIB. Sebanyak 15 prajurit TNI dari Yonif 328 Cilodong di bawah pimpinan Sersan Satu TNI Gultom L. Toruan melakukan penyergapan ke sebuah markas GAM.
"Penyergapan dilakukan berdasar informasi dari masyarakat bahwa pihak GAM di sana sering melakukan pemerasan dan sweeping terhadap kendaraan umum," ungkap Mayor Inf. Zaenal Mutaqin, Komandan Satgas Penerangan Komando Operasi TNI di Lhokseumawe, kepada wartawan, Jumat.
Informasi itu kemudian ditindaklanjuti intelijen untuk memetakan kekuatan GAM. Setelah diyakini kebenarannya, sekitar pukul 02.00 WIB pagi, aparat TNI melakukan penyergapan ke sasaran yang dicurigai sebagai markas GAM itu. "Selama 4 jam, pasukan kita melakukan pengendapan sambil menunggu hari terang," kata Mutaqin.
Selepas itu, pertempuran terbuka tak dapat dihindari. Tembak-menembak berlangsung dalam beberapa gelombang selama 30 menit. Hasilnya, aparat TNI berhasil menewaskan 8 anggota GAM, serta menyita 6 pucuk senjata api laras panjang AK-47 dan 1 pucuk senjata laras pendek jenis Remington. Hingga pukul 14.30 WIB, korban dari pihak GAM belum berhasil diidentifikasi. Tapi, seluruh korban sudah diserahkan ke kepala desa setempat untuk dikebumikan. Sementara itu, di pihak TNI, Sertu Gultom tewas. Jenazah korban telah dievakuasi dari Junieb ke Lhokseumawe untuk diterbangkan ke Medan dengan menggunakan helikopter.
Kontak senjata kedua, masih menurut Mutaqin, terjadi di desa Maisaleh, Kecamatan Indrapuri, Aceh Besar, pada Jumat pukul 07.30 WIB. Sebanyak 44 prajurit TNI dipimpin Letnan Satu Infantri Erosik melakukan penyergapan ke markas GAM di desa tersebut. Namun, kedatangan pasukan itu diketahui sehingga mendapat penghadangan dari 5 anggota GAM.
Hasilnya, dalam kontak senjata selama 15 menit itu, 4 anggota GAM dinyatakan tewas. Mereka adalah Arifin, 30 tahun, penduduk desa Makmur Indrapuri; Muhayat, 37 tahun, dari Cut Bagoe; Nazaruddin, 23 tahun, penduduk Cot Keueng; dan Marjani, 30 tahun, asal Maysaleh. Kali ini, barang bukti yang disita adalah 2 pucuk pistol AK-56, satu senjata SS1, 404 butir peluru AK-56, 50 butir peluru SS1, 4 buah magazin AK-56, 1 magazin SS1 dan 1 buah tabung pelontar granat.
Sementara itu, jauh dari lokasi kontak senjata, di desa Meunasah Blang Cruem, Kecamatan Muara Dua, Aceh Utara, seorang lelaki ditemukan meninggal dunia pada Jumat, sekitar pukul 06.00 WIB. Di tubuh korban ditemukan sejumlah luka bekas penyiksaan. Korban dievakuasi relawan TNI dari Jl. Raya Negara Medan - Banda Aceh ke RSUD Cut Meutia untuk divisum. Hingga kini, tidak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan lelaki tak dikenal itu.
Hingga berita ini diturunkan, kelompok GAM belum bisa dikonfirmasi tentang adanya 2 kali kontak senjata dengan TNI, plus korban-korban yang jatuh di pihaknya. (Zainal Bakri - Tempo News Room)
No comments:
Post a Comment