Cari Berita berita lama

Republika - Pertumbuhan Ekspor Malaysia Diperkirakan Melemah

Senin, 6 Agustus 2007.

Pertumbuhan Ekspor Malaysia Diperkirakan Melemah






Penurunan ekspor itu diperkirakan akan terus berlangsung selama semester kedua.





KUALA LUMPUR -- Pertumbuhan ekspor Malaysia pada Juni 2007 tampaknya melemah. Penurunan ekspor Malaysia dipicu oleh berkurangnya permintaan terhadap produk-produk elektronika di pasar elektonik Amerika Serikat (AS). Para ekonom yang disurvey Business Times memperkirakan pertumbuhan ekspor pada Juni hanya mencapai 3,28 persen dan impor tumbuh 4,03 persen. Dengan perkiraan seperti itu, Malaysia hanya mencatat surplus perdagangan sebesar 8,21 miliar ringgit Malaysia. Pada Mei 2007, pertumbuhan ekspor Malaysia berhasil melampaui perkiraan pasar. Bulan itu, ekspor tumbuh sebesar 2,7 persen didorong oleh harga minyak mentah, peralatan optik dan saintifik serta sektor gas alam cair (LNG). Sementara Impor tercatat melonjak 3,5 persen dibanding tahun lalu. Ekonom dari DBS Bank, Irvin Seah menyatakan peningkatan ekspor pada Maret merupakan pertumbuhan yang luar biasa terutama ekspor gas alam dan minyak kelapa sawit. " Bulan itu, Malaysia menjadi eksportir minyak kelapa sawi!
t terbesar dunia dan produsen gas dan minyak terbesar kedua di Asia Tenggara," ujar Seah. Menurut dia, Malaysia sangat diuntungkan oleh meningkatnya permintaan komoditas dari Cina dan wilayah lainnya yang berkembang sangat cepat. "Harga minyak kembali ke level tinggi seperti tahun lalu, sedangkan harga minyak sawit mencatat rekor tertinggi pada kisaran 2.715 ringgit per ton pada bulan Juni,"ungkap Irvin Seah. Hal itu, papar dia, akan membuat pertumbuhan ekspor pada Junia akan tetap tinggi, meski permintaan produk barang-barang elektronika dari AS berkurang. ��Secara keseluruhan, surplus perdagangan masih tetap sehat yakni sebesar 8,02 miliar ringgit," tuturnya. Sementara itu, Direktur Analisisi pasar dan ekonomi Citigroup untuk kawasan Asia-Pasifik, Dr Chua Hak Bin, memperkirakan pertumbuhan ekspor Malaysia pada paruh kedua tahun ini akan melemah. " Penurunan ekspor produk teknologi saat ini masih akan tetap berlangsung hingga semester kedua, ini akan berpengaruh pada se!
retnya pertumbuhan produk domestik bruto,"ungkapnya. Menurut !
dia, kon
sumsi dalam negeri sepertinya tak akan mampu menutupi anjloknya ekspor. Sehingga, tutur dia, target pertumbuhan PDB yang dipatok pemerintah Malaysia akan sulit tercapai. ��Kami memperkirakan pertumbuhan PDB sebesar 5,7 persen dan manufaktur masih tetap seret,�� imbuh Chua. Ekspor elektronik Malaysia terus menyusut sejak Februari tahun ini. Bahkan, pada Mei lalu ekspor produk-produk elektronik dari negeri jiran itu tercatat menurun hingga negatif 2,1 persen. Namun, secara keseluruhan manufaktur tumbuh 0,7 persen pada dua bulan pertama di kuartal kedua. Pada kuartal pertama hanya tumbuh 0,3 persen. Kamar dagang industri elektronika AS yang berbasis di Kuala Lumpur baru-baru ini menurunkan target ekspor produk elektronika Malaysia ke negara Adidaya itu. Tahun ini, mereka hanya mematok pertumbuhan sebesar 7,0 persen. Padahal, pada tahun 2006 pertumbuhan ekspor mencapai 10,9 persen. Chua juga memperkirakan ekspor produk teknologi dari 17 perusahaan elektronika AS yang berinvest!
asi di Malaysia akan turun dari 26 persen menjadi 13 persen pada tahun ini atau mencapai 1,96 miliar ringgit. Pihaknya juga mengigatkan berlarut-larutnya penurunan ekspor bisa juga membatasi penguatan ringgit. Namun, otoritas di negeri jiran menyatakan penguatan ringgit tak akan terganggu ekspor. Sementara itu, Pemerintah Malaysia optimistis ekspor minyak sawit tahun ini bakal melonjak 10 persen. Melambungnya harga minyak sawit di pasar dunia, menjadikan nilai ekspor produk agrobisnis itu melampaui 35 miliar ringgit Malaysia (RM). Laporan Malaysian Palm Oil Board (MPOB) menyebutkan, semester pertama 2007 total ekspor minyak sawit Malaysia mencapai 17,43 miliar RM. ''Ekspor minyak sawit tahun ini dengan mudah naik 10 persen. Nilai 35 miliar RM merupakan target yang dapat dicapai,'' kata Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas, Datuk Peter Chin, pekan lalu. Akhir pekan lalu, harga minyak sawit untuk kontrak Oktober di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup naik 47 !
RM atau 1,9 persen, menjadi 2.568 RM per ton. ''Dari Januari h!
ingga se
karang, harga minyak sawit terus melambung karena didukung meningkatnya permintaan dari Cina, Pakistan, dan India,'' jelas Chin. Sepanjang enam bulan pertama, Cina praktis menjadi konsumen terbesar minyak sawit Malaysia. Posisi Cina disusul Belanda, Pakisatan, Amerika Serikat, Jepang, India, Singapura, Uni Emirat Arab, Afrika Selatan, dan Korea Selatan. Rupa Damodaran
( )

No comments:

Post a Comment