Cari Berita berita lama

Republika - Lumbung Padi di Bogor Kekeringan

Senin, 17 Juli 2006.

Lumbung Padi di Bogor Kekeringan






Pemkab siap memberikan bantuan berupa mesin pompa air dan mengganti panen yang gagal





BOGOR -- Sejumlah daerah lumbung padi di Kabupaten Bogor mengalami kekeringan. Di daerah ini sekurangnya ada 389 hektare lahan persawahan yang sudah kekeringan sementara sebagian lainnya terancam puso. Di Kecamatan Jonggol dan Cariu, para petani setempat mengaku sudah lebih satu bulan dilanda kekeringan yang mengakibatkan gagal panen. Daerah-daerah yang mengalami puso di antaranya Desa Tegal Panjang (Cariu), Desa Sukamaju, Sirnagalih, dan Sukamanah (Jonggol). Sebagian besar petani menuturkan, sawah-sawah yang kering menyebabkan mereka mengalami kerugian karena hasil panennya tidak optimal. Khairu Zaman (51 tahun), petani di Kampung Nyomot RT 11/04, Desa Tegal Panjang, Kecamatan Cariu, mengaku, hanya bisa menikmati 25 persen hasil sawah garapannya pada panen kali ini. Padahal, dengan sawah seluas empat hektare, biasanya dipanen dua kali dengan hasil empat ton. ''Sekarang hasil benar-benar turun, cuma satu ton,'' ujarnya. Pengamatan Republika, walaupun sawah-sawah di Jo!
nggol dan Cariu tidak serentak melakukan panen, namun sebagian besar yang memanen sawahnya memperoleh hasil jauh dari potensi produksi sawah mereka. Kepala Desa Tegal Panjang, Kecamatan Cariu, Mansyur, sebanyak 319 hektare areal pertanian yang ada di desa itu, kini dilanda kekeringan. Padahal, 75 persen dari 4.280 warganya mengandalkan pertanian sebagai mata pencahariannya. "Kasihan mereka kini banyak yang gagal panen," ungkapnya. Mansyur mengungkapkan, sudah hampir 50 hari hujan tidak turun di daerah mereka yang hampir separuhnya lahan persawahan. "Padahal sistem pengairan di desa ini tidak memakai irigasi, selama ini warga hanya mengandalkan air hujan." Dikatakan, petani yang biasanya mampu memanen padi sampai 7 ton per hektare, kini hanya beberapa ton saja atau bahkan tidak lebih dari 2 ton. Kepala Desa Sukamaju, Kecamatan Jonggol, Dul Ghafar, juga mengungkapkan kekeringan yang melanda daerahnya. "Sekitar 50 hektare lahan pertanian kini kondisinya mengkhawatirkan, seper!
ti di Kampung Cisaat Lebak, Sukamaju, para petani saat ini tid!
ak bisa
panen." Di Desa Cidokom dan Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, sekitar 20 hektare sawah dilaporlan rawan kekeringan. Pasalnya, Sungai Jaletrang yang terletak di blok Batu Tapak yang biasa digunakan sebagai sarana irigasi sudah mengalami penurunan debit air. Hal itu diungkapkan Kepala Unit Pelaksanan Teknis Dinas Pertanian dan Kehutanan Gunung Sindur, Bambang Sulistiyo. Menurutnya, penurunan debit air dari Sungai Jaletrang disebabkan penyumbatan sampah dan penurunan curah hujan. "Bogor kini telah memasuki musim kemarau, dan mungkin stok air yang ada saat ini hanya mencukupi untuk pengarian sekitar 1-2 minggu lagi," ujarnya. Namun demikian, kata Bambang, pihaknya masih melakukan upaya guna mengantisipasi kekeringan sawah di dua desa tersebut. Caranya, dengan memperbaiki jaringan irigasi dan menggunakan pompa dari Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. Kahumas Pemkab Bogor, M Syahuri menyatakan, mengatakan, dalam waktu dekat Pemkab Bogor akan memberikan bantuan berupa ganti rugi b!
agi para petani yang gagal panen. "Selain itu kita akan memberikan mesin pompa untuk mengambil air dari dalam tanah," ujarnya seraya mengakui pemkab sudah menerima laporan dari sejumlah kecamatan yang terkena kekeringan. Khusus untuk wilayah Jonggol, pemkab sudah memberikan perhatian khusus dengan memberikan mesin diesel untuk mengambil air dari Sungai Sipamungkis. Sementara bagi para petani yang gagal panen, pemkab akan memberi ganti rugi berupa bibit. "Pemkab hanya bisa mengganti bibit padi bagi yang gagal panen,". Fakta angka 389 Hektare Areal persawahan di Kabupaten Bogor terancam puso
(c42 )

No comments:

Post a Comment