Cari Berita berita lama

Republika - 'Destroy Syaitan' di Sanlat Anak Muslim Brisbane

Senin, 1 Oktober 2007.

'Destroy Syaitan' di Sanlat Anak Muslim Brisbane






Berinteraksi langsung mempermudah penyampaian materi.





Ramadhan bagi kaum minoritas Muslim di Australia memang memiliki tantangan tersendiri. Pasalnya, di negeri ini, tak bakal dijumpai suasana Ramadhan yang begitu meriah seperti di Tanah Air, baik melalui siaran televisi maupun kondisi di sejumlah pasar. Keluarga Muslim di negeri ini menjalani kehidupan seperti biasa dan menentukan sendiri saat berbuka dan bersahur, berpatokan pada selebaran jadwal shalat yang dibagikan organisasi-organisasi Muslim atau mengambil jadwal dari internet. Namun, ada sebagian lainnya yang justru memberikan bimbingan kepada anak-anak Muslim yang usianya relatif masih belasan tahun. Tengok seperti yang belum lama ini dilakukan dua relawan pengajar Pesantren Kilat Ramadhan IISB, sebuah Perhimpunan Masyarakat Muslim Indonesia di Brisbane. Kepada anak-anak didiknya mereka meminta menuliskan motto maupun harapan dari kegiatan pesantren mereka. Jawabannya, sungguh mengesankan. Seperti 'Destroy Syaitan!', 'We want to be smart Muslims', and 'Learning !
Islam is Fun'. Ketiga pesan dalam Bahasa Inggris itu dituliskan oleh tangan-tangan kecil delapan orang anak Muslim berusia sekitar lima hingga 11 tahun. Di ruang depan sebuah rumah milik Universitas Queensland (UQ), St Lucia, yang selama bertahun-tahun difungsikan mahasiswa Muslim setempat sebagai mushala itulah, keenam anak perempuan dan dua anak lelaki itu tekun mengikuti kegiatan sepanjang Ahad pagi hingga petang. Dua relawan Perhimpunan Masyarakat Muslim Indonesia di Brisbane (IISB), Edy Idris Syahrial dan Syarif, mahasiswa UQ asal Mataram dan Malang, mendampingi anak-anak itu selama Pesantren Kilat Ramadhan. Keduanya berupaya menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang menggelitik logika anak-anak didiknya dalam Bahasa Inggris dan Indonesia. ''How do you destroy the syaitan, Teguh and Dino (bagaimana kalian menghancurkan setan, Teguh dan Dino)?'' tanya Edy Idris Syahrial mencoba menggali pemahaman kedua anak itu. ''Dengan ayat-ayat AlQuran,'' kata Teguh dan diamini Dino s!
epontan. Jawaban-jawaban spontan seperti itu tampak menghidup!
kan suas
ana belajar-mengajar tentang dasar-dasar keislaman yang disampaikan Edy Idris Syahrial. Dengan cara berinteraksi langsung, maka pemahaman dasar ilmu keislaman akan lebih mudah dipahami oleh anak-anak seusia Dino dan Teguh. ''Tak ada beban pikiran pada diri mereka untuk mengungkapkan sesuatu ketika kami mencoba melontarkan pertanyaan-pertanyaan seputar dasar-dasar ilmu keislaman. Dan mereka pun tampak senang dengan kegiatan pesantren kilat seperti ini,'' kata Edy Idris Syahrial. Target yang ingin dicapai sudah bukan lagi pada banyaknya lembaran Alquran yang dibaca, tapi lebih pada berusaha memahami arti ayat-ayat Alquran. Selain belajar iqra dan Alquran, santri-santri kecil itu juga diajarkan bacaan shalat dan doa sehari-hari. Pesantren kilat anak yang diberikan dua kali, yakni pada Ahad ketiga dan keempat Ramadhan, itu merupakan bagian dari kegiatan syiar Islam IISB selama bulan suci Ramadhan 1428 H. Selain itu, organisasi yang dipimpin para mahasiswa Muslim di Brisbane itu!
, juga mengisi kegiatan Ramadhan mereka dengan acara berbuka puasa bersama, serta pengumpulan dan penyaluran zakat fitrah, zakat mal, infaq dan shadaqah oleh seksi sosialnya. ''Melalui kegiatan ini, kami pun ingin berbagi ilmu dengan mereka yang memang membutuhkannya,'' katanya. Berdasarkan keteragnan, jumlah Muslim di Australia sekitar 300-an ribu orang. Mereka berasal Turki, Irak, Iran, Afghanistan. Malaysia maupun Idonesia. ant/yul
( )

No comments:

Post a Comment