Cari Berita berita lama

Republika - Buku Menanam

Minggu, 9 Desember 2007.

Buku Menanam












Beberapa hari yang lalu, dalam kaitan dengan Gerakan Indonesia Menanam, saya mendapatkan seri buku-buku mungil bertajuk Kecil Menanam Dewasa Memanen (KMDM), dari Pusat Bina Penyuluhan Kehutanam Dephut RI. Buku untuk anak-anak ini terdiri dari lima seri. Seri pertama tentang manfaat hutan, seri kedua tentang pencanangan KMDM, buku ketiga tentang pembibitan, buku keempat tentang penanaman dan pemeliharaan, dan buku kelima tentang panen dan manfaatnya. Mungkin karena ditujukan untuk anak-anak, buku itu membawa ingatan saya ke kenangan indah masa kecil di kampung. Ketika masih kelas tiga sekolah dasar, saya pernah membaca buku berjudul Gemar Berkebun. Saya lupa pengarang dan penerbitnya, tapi buku itu sangat mempengaruhi minat saya dalam mengisi masa kanak-kanak, dari kegemaran main layang-layang di sore hari berubah menjadi gemar menanam pohon di halaman. Sesekali saya memang masih bermain layang-layang, terutama pada hari minggu, kalau sedang musim. Tapi, waktu luang pa!
da sore hari, lebih banyak saya habiskan untuk mengurus beraneka tanaman di halaman depan dan belakang rumah kami yang tak seberapa luas. Ada jambu air, ada jambu kelutuk, ada mangga golek dan harumanis, ada pula belimbing dan delima. Di antara pohon-pohon buah itu saya tanami cabe dan tomat serta berbagai macam bunga. Kegemaran saya itu tampaknya cukup mempengaruhi kawan-kawan kecil saya sekampung. Maka, tiap sore, ramailah di deratan halaman rumah kanan-kiri rumah kami anak-anak yang sibuk merawat dan menanam berbagai macam tanaman. Rumah-rumah tetangga di kampung kami jadi seperti rumah-rumah kebun yang asri, sejuk dan segar, karena halaman depannya dipenuhi berbagai macam tanaman. Kami gembira sekali ketika melihat tanaman kami tumbuh subur setelah kami beri pupuk kandang dan kami siram tiap sore. Kami saya dan kawan-kawan biasa saling menengok untuk melihat pertumbuhan pohon kami masing-masing dan bertukar pikiran �ala anak-anak� bagaimana agar pohon-pohon itu dapat tu!
mbuh dengan cepat dan sehat serta cepat berbunga dan berbuah. !
Saya pun
membayangkan bahwa pohon itu seperti tubuh saya, yang akan tumbuh sehat jika makan makanan bergizi dan dirawat secara teratur. Puncak kegembiraan kami rasakan ketika melihat tanaman cabe dan tomat kami mulai berbunga. Tiap saat saat saya melihat bunga-bunga itu, mengamati kalau-kalau terserang hama. Tak sabar rasanya menunggu proses perubahan dari bunga menjadi buah, hingga matang dan siap dipetik. Begitu juga, sekitar tiga tahun kemudian, ketika melihat pohon-pohon buah kami mulai berbunga, kemudian menjelma buah-buah segar yang bergelantungan di tangkainya. Pada mulanya, sayalah yang menikmati penan dulu, karena paling dulu menanam. Tapi, tahun-tahun berikutnya, kami bisa panen bersama. Maka, saat penan tomat, di sebagian halaman rumah kami dipenuhi tomat-tomat yang ranum kemerahan. Begitu pula saat panen cabe, jambu air merah atau mangga. Pada mulanya, kami nikmati sekeluarga buah-buah itu, dan membagi dengan kawan-kawan yang belum panen. Tapi, lama-lama ada juga tengkul!
ak buah yang datang, sehingga beberapa tetangga kami menjual sebagian buah mangga dan jambu air ke mereka. ��Wah, hasilnya lumayan. Bisa untuk beli sepatu dan bayar uang sekolah,�� kata seorang kawan saya ketika itu. Hidup di lingkungan yang hijau di masa kecil, di tengah aneka warna bunga dan buah-buahan, adalah masa yang sangat indah dan membahagiakan. ''Masa panen adalah masa yang paling membahagiakan. Kalian akan memperoleh manfaat dan hasil dari apa yang kalian tanam dan pelihara,'' tulis penyusun buku KMDM itu. Karena itu, ketika mendengar buku tersebut telah disebarkan ke daerah-daerah kabupaten dan kota di Indonesia, saya membayangkan akan banyak anak-anak yang termotivasi untuk gemar menanam seperti saya. Bayangkan saja, kalau semua anak SD di seluruh Tanah Air bisa segera menanam pohon di lingkungan masing-masing, berapa juta pohon yang tertanam. Bayangkan pula, jika kegemaran menanam itu juga menular pada kakak-kakak dan orang tua mereka dengan mananami lahan-lah!
an kosong dengan pohon-pohon produktif, berapa juta hektar lah!
an yang
dapat dihijaukan. Budaya menanam yang ditumbuhkan oleh buku, dan tumbuh di dalam kesadaran mereka sendiri itu, tidak hanya akan dapat mengerem perusakan hutan dan lingkungan, tapi juga mengurangi proses pemanasan global (global warming) yang saat ini sedang menjadi momok dunia. Buku memang selalu terkait dengan upaya menanam dalam pengertian yang luas. Membaca buku adalah menanam ilmu dalam diri sendiri, yang suatu saat akan tumbuh sebagai pohon ilmu yang berbuah manfaat. Menulis dan menebar buku untuk orang banyak adalah menanam kesadaran dan pengetahuan pada mereka, yang pasti juga akan berbuah manfaat. Buku yang baik sangat potensial untuk mencerahkan pembacanya, dan bahkan dapat mendorong suatu proses perubahan sosial. Karena itu, seperti harapan Menteri Kehutanan MS Kaban, tebaran buku-buku tentang cinta menanam akan mendorong proses perubahan masyarakat dari budaya suka menebang ke budaya cinta menanam pohon.
(Ahmadun Yosi Herfanda )

No comments:

Post a Comment