Cari Berita berita lama

KoranTempo - Saya Rela Disebut Pengkhianat Partai

Senin, 13 Desember 2004.
Saya Rela Disebut Pengkhianat PartaiKongres PDI Perjuangan II masih tiga bulan lagi digelar. Namun, calon penantang Megawati Soekarnoputri untuk memperebutkan kursi ketua umum sudah muncul: Sophan Sophiaan. Aktor kondang dan bekas anggota parlemen ini menyatakan siap "adu tanduk". "Saya ingin jadi martir," ujarnya pekan lalu setelah ratusan banteng muda berniat mencalonkannya di kongres nanti.

Tak mudah Sophan menjaring dukungan dari daerah. Pada pemilihan presiden putaran pertama, ia mendukung Amien Rais-Siswono Yudohusodo. Pada putaran kedua, ia menjagokan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla. Bukan mendukung Mega, ketua umum partai tempatnya bernaung. Adakah dukungan Presiden untuk Sophan? Supriyanto dari Tempo mewawancarainya kemarin.

Mengapa Anda ingin mencalonkan diri?
Saya tak mencalonkan diri, tapi diminta teman-teman dan beberapa daerah. Mereka melihat kemandekan di PDIP harus dipecahkan. Seharusnya orang muda yang memimpin partai. Mereka katakan perlu orang berani karena nggak ada yang berani maju. Oke, saya maju.
Siapa calon selain Anda dan Mega?
Saya denger ada beberapa nama yang mau maju. Seperti Pak Roy B.B. Janis dan beberapa nama lain. Lalu Pramono Anung dua malam yang lalu (menyatakan) mau maju. Saya bilang bagus, ayo maju. Saya tak berambisi berkuasa di PDIP.
Yang mendukung Anda?
Terlalu banyak saya terima telepon dan SMS yang memberikan dukungan. Ada orang dari Lampung, Riau, Sulawesi Selatan, dan Kediri yang meminta membentuk barisan karena sulit menghadapi Mega. Saya jawab, terima kasih. Sudah lama ada kekecewaan terhadap DPP (dewan pimpinan pusat). Saya bikin mosi tak percaya bersama Meilono Soewondo satu tahun sebelum Pemilu 2004, setelah hasil polling: 15-18 persen dukungan untuk PDIP.
Anda tak mendukung Mega dalam pemilu presiden, padahal amanat kongres harus mendukung Mega?
Kita harus realistis, tanah air dan bangsa di atas segala-galanya. Partai sekadar alat. Kalau partai tak berjuang ke arah itu, buat apa mendukung? Sebagai partai besar, kami leading di DPR, seharusnya seluruh konsep kami leading. Nyatanya hanya ikut permainan partai lain: Golkar. Saya kecewa. Lalu kami mencalonkan Siswono Yudohusodo yang berkoalisi dengan Amien Rais.
Anda pun pro-Yudhoyono?
Setelah Amien kalah, saya mencari tokoh yang bisa membawa bangsa ini keluar dari krisis. Saya dukung SBY. Jika orang memilih saya, bagaimana? Mereka melihat track record saya.
Anda tak khawatir disebut pengkhianat?
Rekomendasi kongres dinyatakan salah oleh anggota sendiri karena panitia pengarah untuk kongres di Bali nanti meniadakan rekomendasi semacam itu. Mega kalah dalam Sidang Umum MPR 1999 karena Gus Dur (Abdurrahman Wahid) terpilih sebagai presiden. Saya rela disebut pengkhianat partai demi kepentingan bangsa dan negara. Saya tak rela disebut pengkhianat bangsa.
Yudhoyono akan mendorong salah satu calon?
SBY sebagai pemerintah ingin partai-partai mendukung dia. Selama dukungan dia bukan intervensi, sah saja. Jika saya Ketua PDIP, lalu mendukung salah satu calon Ketua Umum Golkar, wajar saja. Juga sebaliknya.
Bukankah partai yang didukung pemerintah jadi tak kritis?
You harus bisa membedakan antara dukungan pemerintah dan individu. Katakanlah SBY mendukung secara individu, itu sah saja. Dari sudut pandang apa Anda mengatakan itu dukungan pemerintah? Pada zaman Soeharto, ada intervensi pemerintah karena melakukan politik uang, mengerahkan aparat, dan memaksa. Ini kan nggak.

No comments:

Post a Comment