Sabtu, 20 Maret 2004.
Perempuan di Atas RodaApa yang Anda bayangkan dari motor Harley Davidson? Besar, gagah, maskulin, dan liar. Tak ada yang menyalahkan Anda jika berpendapat seperti itu. Dari melihat film seperti Harley Davidson and the Marlboro Man atau film lain yang memperlihatkan pengendara motor besar ini, pandangan seperti itu sah-sah saja muncul.
Tapi pandangan seperti itu tidak sepenuhnya benar. Harley memang motor lelaki yang sangat macho, tapi juga bisa feminim dan amat perempuan. Setidaknya itu adalah pendapat Cassandra M. Reuneker, salah satu dari sedikit biker Harley wanita di Indonesia. Memang, di Indonesia tak banyak perempuan yang menjadi pengendara Harley. Bisa dihitung dengan jari. Tapi itu bukan berarti mengendarai Harley adalah kegiatan haram bagi perempuan.
Tongkrongan motor Harley yang besar memang terlihat tak padan dengan tubuh wanita yang lemah gemulai. Apalagi berat motor itu bisa mencapai lebih dari 300 kilogram. Perlu tenaga dan keberanian ekstra bagi perempuan biasa untuk mengendarainya. Namun hal yang tak sepadan ini bukannya tidak bisa dipertemukan. Cassandra, misalnya, ia merasa tak lengkap jika akhir pekan tidak diisinya dengan mengendarai Harley. "Bisa nangis darah aku," kata perempuan lajang yang biasa dipanggil Sandy ini.
Kecintaannya pada Harley bukanlah hal yang aneh. Ayahnya yang bekerja di perusahaan penerbangan memang pecinta Harley sejati. Awalnya Sandy hanya mengetahui motor Harley ayahnya dari foto. Anak semata wayang ini pun kemudian tertarik untuk mengendarai motor ayahnya. Namun baru saat berumur 13 tahun ia diajari mengendarai motor besar. Lokasi latihannya di lapangan terbang Cipayung. Latihan naik motor ini dilakukan satu jam sebelum Sandy belajar naik pesawat terbang. Baru dua kali belajar ia sudah mahir. Ia pun kemudian pulang membonceng ayahnya dengan motor Harley.
Meski belum punya SIM, namun Sandy sudah memiliki motor Harley. Motor pertamanya adalah Sportster bermesin 1200 cc. Selama sebelas tahun ia mengendarai motor yang tergolong "kecil" ini. Tidak hanya saat touring bersama rombongan penggemar Harley lainnya, tapi juga saat-saat senggang. "Dulu waktu SMA dan kuliah, saat tak ada supir, aku sering naik Harley ke sekolah atau kampus," katanya.
Gadis manis mengendarai motor ke sekolah? Mungkin hal itu tak pernah terbayang di kepala Anda. Tapi itulah yang dilakukan Sandy. Tentu saja ia tak memakai bawahan seragam SMA Gonzaga saat mengendarai motor. Ia memakai celana panjang dan juga helm. "Aku ganti di tempat parkir dan helm aku taruh di bawah bangku." Tentu saja kelakuannya mengundang perhatian, tapi ia cuek saja. Hingga kini ia masih sering pergi ke mal dengan mengendarai Harley barunya, Road King 1340, hadiah ulangtahun ke-24 dari papanya.
Lalu apa enaknya mengendarai motor besar? Kalau pertanyaan itu ditujukan kepada pria, jawabnya bisa ditebak. Mengendarai Harley jelas menambah ke-macho-annya. Tapi bagaimana dengan wanita? "Mengendarai motor itu enak, bebas, dan adrenalin lebih terpompa. Kan kata orang memakai motor lebih berbahaya dari mengendarai mobil," kata Sandy. "Kalau naik mobil kan kita tak bergerak, diam saja. Dengan motor kita lebih bebas bergerak."
Namun kebebasan bergerak dan pompaan adrenalin ini bukannya tidak berresiko. Ia pernah terpental dari Sportster saat touring ke Batu Raden. Dagunya terluka dan ia sempat pingsan beberapa saat. Meski masih sedikit trauma, namun seminggu kemudian Sendy sudah berada di atas motornya. Resiko tetap muncul meski ia tak terlalu senang memacu kecepatan motornya. "Paling banter 120-130 kilometer per jam," katanya. Kecelakaan seperti inilah yang membuat cuma sedikit perempuan yang mau menjadi pengendara motor besar.
Lalu bagaimana dengan kesan maskulin? "Tak harus maskulin. Harley bisa juga feminim," katanya. Untuk memberi sentuhan feminim itulah ia tidak memakai gambar tengkorak atau gambar-gambar seram di tank bensin motornya. "Aku mau tempel gambar kupu-kupu." Ia memang senang kupu-kupu, dan ia yakin itu akan membuat motornya tampak lebih perempuan. "Ada sih yang protes, tapi biar saja. Ini motor aku, mau diapain ya terserah aku." Kupu-kupu memang sesuai dengan dirinya saat mengendarai motor, bebas dan cantik.
Meski biker perempuan di Indonesia bisa dihitung dengan jari, namun organisasi Harley Owners Group (HOG) cabang Jakarta memiliki sayap bernama Ladies of Harley. Di luar negeri, Ladies of Harley memang beranggotakan para bikers perempuan. Tapi di Indonesia didominasi oleh isteri para bikers. Tugas utama mereka adalah mendukung aktivitas sosial yang dilakukan oleh para bikers. "Program utamanya adalah pemberian susu untuk anak-anak," kata Ine Nato Tohir, ketua Ladies of Harley cabang Jakarta. Sesekali mereka ikut dibonceng para suami naik Harley dalam touring. qaris tajudin
No comments:
Post a Comment