Cari Berita berita lama

KoranTempo - Misteri Penangkapan Ali Ghufron

Rabu, 11 Desember 2002.

Misteri Penangkapan Ali Ghufron

Dokumen penangkapan menunjukkan bahwa yang ditangkap di Mlandangan, Klaten adalah Ali Imron. Mengapa polisi bersikukuh telah menangkap Ali Ghufron alias Muchlas?
Alim. Sederhana. Tenang. Cerdas. Itulah gambaran yang pas untuk Ali Ghufron alias Muchlas menurut teman-teman dekatnya. Namun Time punya sebutan sendiri untuk orang yang disebut-sebut sebagai pemimpin Jemaah Islamiyah itu, yakni: sok! Sikapnya itulah yang membuat Ghufron tetap berada di Jawa Tengah, padahal polisi telah menangkap belasan orang dari daerah itu sejak peristiwa ledakan bom di Bali 12 Oktober 2002. Investigasi polisi telah membuahkan penangkapan adik kandung Ghufron, amrozi dan tersangka perancang bom Bali, Imam Samudera. Namun, penangkapan itu bukannya membuat Ghufron kabur ke luar negeri atau tempat lain yang sulit dijangkau polisi, dia malah memilih berdiam di sebuah dusun yang terletak 20 kilometer dari keramaian kota Klaten, sebuah kota di sebelah selatan Solo.
Ada banyak versi tentang penangkapan Ghufron. Ada yang menyebut polisi berhasil mengendus jejak pengganti Hambali atau Riduan Ishamudin itu setelah melacak telepon. Hasil pelacakan itu mengantarkan polisi ke rumah tua dengan tembok batu bata tanpa diplester di Dusun Mlandangan, Desa Sudimoro, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Rumah itu adalah milik Najib Nawawi, sales buku yang dikenal tetangganya sebagai sosok yang rajin, jujur, suka membantu dan sering menjadi imam masjid di daerah itu. Di rumah inilah Ghufron bersembunyi, tak pernah keluar rumah dan berharap polisi takkan pernah menjangkau dusun terpencil yang mayoritas penduduknya bertani singkong dan padi.
Versi lain menyebutkan pengejaran Ghufron di Klaten itu dilakukan polisi setelah mereka membekuk Muslim Kadir alias Supriyanto di Gang Melon, Cemani, Sukoharjo, Selasa (3/12). Dari Muslim, diperoleh nama Makmuri alias Muri, guru mengaji yang dituduh mengatur pelarian Ghufron, yang tinggal di Dusun Tanon, Desa Kepanjen, Delanggu, Klaten. Polisi langsung meluncur ke sana untuk menangkap Makmuri.
Saat ditangkap, Makmuri sedang bersama Muhammad Najib Nawawi. Dari Makmuri dan Najib inilah didapat kepastian persembunyian Ghufron di Dusun Mlandangan, Desa Semboro, Tulung, Klaten. Ghufron bersama istrinya, Farida, bersembunyi di rumah Najib.
Persembunyian itu tersingkap ketika Rabu dini hari pukul 1.45 delapan polisi yang ditemani Ketua RT Hadi Komari datang ke rumah itu. Setelah pintu diketuk oleh Hadi, Siti Mahmuroh, istri Najib membukakan pintu sambil berkata, "Suami saya tak ada di rumah." Siti tak tahu bahwa Najib, suaminya telah ditangkap di masjid petang itu. Polisi segera merangsek masuk rumah dan menuju sebuah kamar di bagian belakang. Menurut Hadi seorang "lelaki yang kurus dan agak kecil" segera berteriak ketika hendak ditangkap dia mengacungkan gunting dan sempat melakukan perlawanan. "Lelaki itu punya keahlian silat," kata Hadi (baca: "Kado dari Mlandangan"). "Itu membuat polisi kerepotan menangkap dan butuh waktu sedikitnya lima menit." Orang yang ditangkap itu, menurut polisi adalah Ali Ghufron alias Mukhlas, yang disebut-sebut sebagai pemimpin Jemaah Islamiyah, sebuah kelompok yang dituduh pemerintah Amerika Serikat, Singapura dan Australia sebagai kaki tangan Al Qaidah di Asia Tenggara.
Benarkah yang ditangkap di rumah Najib itu adalah Ghufron? Dalam jumpa pers Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri Komisaris Jenderal Erwin Mapasseng dan Ketua Tim Investigasi Kasus Bom Bali Inspektur Jenderal I Gede Mangku Pastika jelas-jelas menyebut yang mereka tangkap itu adalah Ghufron.
Bila benar yang ditangkap adalah Ghufron, bagi polisi ini sungguh sebuah tangkapan besar. Tersangka otak segala teror di Asia Tenggara ini diburu banyak negara seperti Australia dan Singapura. Namun anehnya, prestasi spektakuler ini tak segera dipamerkan ke seluruh dunia -- seperti halnya penayangan wajah Amrozi dan Imam Samudera. Bayangkan, sudah sepekan polisi menangkap buronan top sekelas Ghufron -- bersama 12 orang yang disebut anggota "Kelompok Solo", namun mereka tak pernah menampilkan wajah Ghufron. Polisi juga irit memberikan komentar soal penangkapan itu. Jangan-jangan bukan Ghufron yang ditangkap?
Perasaan itulah yang menghinggapi keluarga Ghufron di Lamongan. Nur Hasyim, ayah Ali Ghufron, mengaku tak yakin dengan anaknya ditangkap polisi. "Polisi belum pernah memperlihatkan wajahnya," kata Nur.
Sikap polisi yang tak segera menampilkan wajah Ghufron juga dipertanyakan Tim Pengacara Muslim (TPM). Ketua TPM Mahendradatta menuding polisi memiliki sekrenario tersendiri. Ghufron, kata dia, tidak akan dikaitkan dengan kasus bom bali namun lebih diarahkan untuk melengkapi jalan cerita mengenai Jema'ah Islamiyah. "Ujung-unjung Abu Bakar Ba'asyir yang kena getahnya," katanya.
Sejumlah kejanggalan memang tampak dalam penangkapan Gufron. Ketika kabar ada penangkapan komplotan pelaku peledakan Bom Bali beredar di kalangan wartawan Rabu (4/12) pagi, Koran Tempo sempat mengkonfirmasikan kepada seorang pejabat tinggi di Polda Jawa Tengah. Petinggi kepolisian itu membenarkannya. Hanya, yang ditangkap baru tiga orang yang berinisial AI, R dan H. "Apakah AI itu Ali Imron (adik Amrozi yang juga dicari polisi)? tanya Koran Tempo. Jendral itu hanya berkata, "Cari sendiri sudah saya kasih inisial kan."
Sebuah dokumen yang mirip kronologi singkat yang sempat dibaca Koran Tempo di Tempat Kejadian Perkara (TKP) menguatkan keterangan bahwa yang ditangkap adalah Ali Imron. "Pukul 21.30 Tim Cobra Mabes Polri datang untuk menangkap seorang tersangka bernama Ali Imron di Dukuh Mlandangan, Desa Sudirejo. Pukul 23.30 WIB, Tim Cobra Mabes Polri berhasil menangkap tersangka Ali Imron," demikian kurang lebih dalam dokumen itu ditulis.
Hanya, fakta di lapangan itu berbalik 180 derajat ketika Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes, Komjen Erwin Mapasseng dan Ketua Tim Investigasi Kasus Bom Bali Irjen I Gede Mangku Pastika memberikan keterangan pers Rabu (4/12). Menurut mereka berdua, yang ditangkap adalah Ali Ghufron alias Muchlas. Pernyataan ini kembali dikemukakan Mapasseng keesokan harinya (Kamis, 5/12) saat di ke Solo. "Kepada saya, Muchlas mengakui kalau dirinya yang menggantikan Hambali," kata dia.
Hadi, ketua RT, yang menyertai penangkapan itu juga tak tahu siapa yang ditangkap. Menurut dia, lelaki yang dibekuk polisi di rumah Najib berperawakan "kurus dan agak kecil". Menurut dia, polisi hanya bilang, "Ada buronan dari Lamongan."
Lalu mana yang benar? Entahlah. Yang pasti, sumber Tempo News Room di Markas Polisi Wilayah Surakarta mengatakan hari ini Ghufron akan dibawa ke Bali dengan menggunakan sebuah pesawat carteran dari Bandara Adi Sumarmo, Solo. Sebelum berangkat, "Kelompok Solo" ini akan dibawa ke Mapolwil Surakarta untuk diperlihatkan kepada wartawan. "Rencananya pukul 12.00 WIB dibawa ke Mapolwil dulu, baru setelah itu diterbangkan ke Bali," ujar seorang perwira menengah di lingkungan Mapolwil Surakarta, kemarin. imron rosyidi
Kelompok Solo yang Ditangkap
Ali Ghufron
Farida, istri Ghufron
Najib Nawawi, pemilik rumah tempat bersembunyi
Makmuri, pengatur pelarian
Herniyanto, penyedia akomodasi
Herlambang, kakak Herniyanto
Muslim Kadir, sahabat Najib
Wahyuningsih, istri Umar Pathek alias Dul Matin
Usman bin Sholekhan
Said Sungkar
Ahmad Budi Wibowo
Isnaeni Supriyanto
Bambang Setiyono alias Syaiful.

No comments:

Post a Comment