Senin, 7 Maret 2005.
Investasi Tali PusatDalam Babad Tanah Jawa, tali pusat dan ari-ari yang dibawa jabang bayi saat dilahirkan wajib ditanam di dalam tanah oleh orang tuanya melalui serangkaian ritual khusus. Konon, tali pusat yang ditanam itu dipercaya mampu memberikan keselamatan bagi jabang bayi itu kelak di kemudian hari. Benar atau tidak, wallahualam.
Hasil penelitian kedokteran justru menyatakan sebaliknya. Tindakan membuang atau mengubur tali pusat berarti secara tidak disadari orang tua telah membuang materi penting penyelamat hidup bayi mereka. Pasalnya, sel induk dari darah tali pusat ternyata bisa dipergunakan oleh si bayi maupun keluarganya untuk menyembuhkan berbagai penyakit akut.
Dengar saja pengalaman pasangan suami-istri Foo. Ketika warga Singapura ini mendengar tali pusat dapat digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit kelainan darah, mereka memutuskan untuk memiliki anak kedua untuk menyelamatkan anak pertama mereka, Ryan. Selama ini Ryan divonis menderita leukemia. Segala pengobatan selalu berakhir dengan kegagalan. Bahkan di akhir 2001, para dokter hanya memberikan 10 persen harapan hidup jika ia tidak menjalani transplantasi sumsum tulang. Sayangnya, sangat sulit mencari sumsum tulang yang cocok.
Syukurlah, kemudian anak kedua mereka, Rachel, lahir selamat. Yang lebih menggembirakan ternyata darah tali pusat Rachel 100 persen cocok untuk Ryan sehingga transplantasi berjalan sukses. Kini, Ryan sudah duduk di bangku taman kanak-kanak dan menikmati hidup layaknya anak-anak lainnya. Berkat darah tali pusat dari sang adik, ia bebas dari leukemia.
Ryan bukan satu-satunya penerima pencangkokan sel induk darah tali pusat. Sebelumnya, pada 1988, seorang penderita anemia fanconi berusia 5 tahun menjadi orang pertama yang menerima cangkok sel induk darah tali pusat. Pada 2001 hal yang sama dilakukan terhadap penderita chronic myelogenous leukemia. "Sampai saat ini telah dilakukan kira-kira 3.000 pencangkokan darah tali pusat," kata Poppy F. Arifin, Scientific Officer Cordlife Indonesia. Cordlife merupakan perusahaan bioteknologi Singapura yang bergerak dalam penyimpanan sel induk darah tali pusat.
Menurut Poppy, hingga kini ada 72 penyakit yang bisa diobati, kebanyakan penyakit akut antara lain leukemia akut dan kronis, non-Hodgkin's Lymphoma, anemia fanconi, dan penyakit auto-Immune. Di masa mendatang, beberapa peneliti percaya bahwa sel induk dapat digunakan untuk mengobati penyakit jantung, diabetes, stroke, Alzheimer, dan parkinson. Sebenarnya, sehebat apakah darah tali pusat hingga mampu mengatasi berbagai penyakit mematikan?
Poppy menjelaskan, darah tali pusat dari seorang bayi yang baru dilahirkan mengandung berjuta-juta sel induk pembentuk darah (hematopoietic stem cells). Sel induk ini mampu membentuk sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah sehat yang penting dalam proses pembekuan darah. "Juga membentuk sistem kekebalan tubuh yang penting," ujarnya. Di masa lalu, sel induk pembentuk darah diyakini hanya dapat diperoleh dari sumsum tulang dan darah tepi. Baru pada 1963, para peneliti menemukan darah tali pusat mengandung sel induk yang sama dengan yang ditemukan dalam sumsum tulang.
Darah tali pusat diambil sesaat setelah ibu melahirkan. Jadi ibu yang sudah menandatangani formulir perjanjian akan mendapat satu set kotak perangkat pengambilan darah tali pusat yang dilengkapi nomor telepon petugas Cordlife yang dapat dihubungi 24 jam. "Kita ini wajib dibawa saat si ibu akan melahirkan dan diserahkan ke dokter atau bidan yang menanganinya," ujar Poppy. Sebelumnya, petugas Cordlife akan menghubungi dan mendatangi dokter atau bidan yang menangani si ibu untuk menjelaskan cara pengambilan darah tali pusat. "Sehingga ketika tiba waktu melahirkan dokter atau bidan tidak menemui kesulitan," katanya. Petugas Cordlife sendiri ketika si ibu melahirkan akan menunggu di luar kamar bersalin.
Dibandingkan pengambilan darah sel induk dari sumsum tulang dan darah tepi, darah tali pusat menawarkan berbagai keunggulan. Misalnya risiko lebih kecil dan mengurangi komplikasi pada saat proses pencangkokan. Proses pengambilan darah tali pusat juga berlangsung cepat dan tidak menyakiti ibu maupun bayi. "Prosesnya berlangsung tiga menit saja."
Dokter akan menusukkan jarum ke tali pusat yang menyambung ke ari-ari lalu darah diambil ke dalam kantong darah steril. Jumlah darah yang diambil minimal 45 cc. Cordlife sendiri berusaha mengambil darah tali pusat sebanyak-banyaknya. "Tapi yang penting bukan jumlah darahnya tapi jumlah sel darah yang dikandungnya," kata Robert Dharmasaputra, perwakilan Cordlife di Indonesia.
Proses pengambilan darah berlangsung cepat mengingat darah tali pusat harus segera dibawa ke laboratorium Cordlife di Singapura dalam waktu dari 36 jam. Di sini darah akan diproses dan diuji apakah terkontaminasi atau tidak. Pengujian tidak saja dilakukan terhadap darah tali pusat, tapi juga darah ibu. Untuk darah tali pusat dilakukan pemeriksaan golongan darah, jenis rhesus, jumlah sel darah serta kemungkinan adanya bakteri dan jamur. Sementara itu, darah ibu diperiksa apakah mengandung HIV-1/2&p24, HTLV-I/II, hepatitis B dan hepatitis C, serta Cytomegalovirus (CMV) dan sifilis.
"Pemeriksaan darah itu penting mengingat kalau darah tali pusat terkontaminasi tidak bisa digunakan pada saat diperlukan nanti," kata Robert. Menurut dia, dari 100 bayi di Jakarta yang diambil darah tali pusatnya, tiga persen di antaranya telah terkontaminasi. Hasil tes laboratorium ini biasanya diketahui enam hingga delapan minggu setelah pengambilan darah tali pusat. "Apa boleh buat, darah tali pusat itu tidak bisa digunakan," katanya. Dan apa boleh buat pula, uang muka yang telah dibayarkan tidak bisa dikembalikan. "Soalnya uang itu kan sudah termasuk biaya pemeriksaan laboratorium. Tapi kalau kerusakan disebabkan kecerobohan pihak kami (Cordlife) semua biaya akan kami kembalikan," ucapnya.
Biaya yang dikenakan memang cukup mahal, sekitar S$ 2.500. Itu mencakup biaya pengambilan, pengiriman ke Singapura, pemrosesan, tes laboratorium dan annual fee tahun pertama. Selanjutnya setiap tahun, orang tua bayi harus membayar annual fee sebesar S$ 250. "Memang kelihatannya mahal, tapi sebanding dengan manfaatnya kelak di kemudian hari," kata Robert seraya mengatakan menyimpan darah tali pusat ini merupakan investasi bagi si kecil yang tiada duanya.
Cordlife menjamin darah tali pusat tidak akan rusak meski disimpan dalam jangka waktu lama. Pasalnya, darah tali pusat yang sudah disimpan dalam kantong steril itu akan disimpan dan dibekukan di dalam tabung berisi nitrogen cair bersuhu -196 derajat Celsius.
Menurut Robert, jika diperlukan, darah tali pusat bisa digunakan untuk memperbaiki jaringan tubuh yang rusak atau sakit. Bukan cuma oleh si bayi tapi juga oleh saudara kandungnya seperti kasus yang dialami Ryan Foo. Bahkan tali pusar ini juga mampu menyelamatkan nyawa orang lain. "Tapi memang perlu dilakukan pencocokan darah, untuk saudara kandung kemungkinan cocok sebesar 75 persen," katanya.
Darah tali pusat ini pun bisa di ambil beberapa kali. Untuk mencegah kemungkinan terjadi kontaminasi saat pengambilan darah tali pusat pertama, Cordlife membagi darah tali pusat dalam kantong yang terdiri dari dua bagian. Kantong pertama berisi darah sebanyak 20 persen, sisanya 80 persen. "Bagian yang 20 persen itu yang pertama kali digunakan, sisanya untuk kebutuhan selanjutnya," kata Robert. nunuy nurhayati
No comments:
Post a Comment