Rabu, 30 April 2003.
Antara Bisnis dan Keseimbangan Hidup Mimpi kata orang bunga tidur, sesuatu yang semestinya tidak dianggap terlalu serius. Toh mimpi bisa datang sehari dua kali, dengan berbagai bayangan. Tapi mimpi --meminjam kesimpulan Sigmund Freud-- bisa berarti hasrat terpendam yang tak tuntas di dunia nyata. Freud berhenti di sana, tapi bagi Melani Suharli, hasrat itu tidak bisa dipendamnya terlalu lama. Melani barangkali tak sempat membuka buku-buku bapak psikoanalisa itu, karena kesibukannya. Tapi dari mimpi ia berbisnis.
Jaman itu keluarganya tergolong salahsatu yang terpandang di Indonesia. Johannes Leimena --akrab dipanggil Om Jo-- selain Waperdam kesayangan Bung Karno, juga tokoh agama, dokter dan cendekiawan yang dihormati. Meski tergolong berada, Melani termasuk bekerja keras untuk memiliki berbagai ketrampilan: menari, bermain piano, dan aktif berorganisasi, misalnya di GMKI.
Di tahun ketiganya sebagai mahasiswi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, ia terpaksa berhenti. "Saya ingin menikah," ungkapnya tersenyum simpul. Tahun 1974, Suharli mempersunting wanita Maluku ini dan dikarunia tiga anak.
Ia mengaku tidak terbayang akan terjun berbisnis, meskipun mengaku mampu menghasilkan uang dari aneka ketrampilan yang dipelajarinya. Melani Cuma ingin aktif di organisasi, apapun namanya. "Masuk organisasi ibu-ibu," katanya mengenang. Garis nasib membawanya terbang jauh dari sekedar aktif di perkumpulan para ibu. Selesai kursus merangkai bunga, dia membuka florist dan laris. Kemampuannya bermain piano juga dipakainya untuk mendatangkan penghasilan buat keluarga barunya.
Suaminya yang pengusaha mengajarinya terjun ke dunia bisnis yang lebih serius. Tahun 1986 sejoli itu mendirikan PT Lendra Keraton yang menjadi supplier mesin faksimili ke bank-bank pemerintah. Perusahaan itu masih berdiri hingga saat ini, meski diakuinya kemajuannya melambat. "Iklim bisnis supplier tidak cukup kondusif," katanya. Lagipula ia mengaku terlalu lelah jika harus mengurus kedua bisnis itu.
Jika mimpi adalah lambang harapan, bisnis Melani berawal dari sana. Syahdan sekitar tahun 1994, putri bungsu Om Jo itu bermimpi menjual permadani. Barang yang identik dengan Timur Tengah dari cerita-cerita 1001 malam dan lampu Aladdin. Juga perlambang perjalanan melintasi berbagai cakrawala negeri dongeng.
Menghubungkan mimpi terkadang sulit atau sebaliknya, segampang yang terlintas. Melani dan suaminya menyimpulkan mimpi mereka adalah masa depan bisnis mereka: biro perjalanan. Sejak tahun 1989, mereka punya kelompok pengajian Al-Amin yang awalnya dibentuk teman-teman main golf Suharli. Dan setahun berikutnya, sekitar 30 orang berangkat haji. Artinya, Timur Tengah adalah kawasan yang mereka mengerti, dan biro perjalanan haji semestinya bukan sesuatu yang sulit, toh mereka melakukannya setiap tahun meskipun diantarkan biro perjalanan milik orang lain.
Selama tahun-tahun perjalanan itulah, Melani dan Suharli menjalin hubungan baik dengan orang-orang pebisnis Arab di tanah suci. Hubungan baik yang menurut melani, terkadang jauh lebih berharga daripada uang. Ia mengenal dengan baik para manajer hotel di Mekah, Jeddah, dan Medinah, sekaligus mengenal liku-liku perjalanan haji. Jadi kenapa tidak mencoba biro perjalanan haji.
Tahun 1995 mereka mendirikan PT Al-Amin Universal, sebuah biro perjalanan haji ONH Plus-- untuk membedakannya dengan jemaah haji biasa. Melani berusaha fokus agar bisnisnya tidak terlalu melebar, dan ONH plus adalah lahan yang masih bisa digarapnya. Berawal dari memberangkatkan teman-temannya, sejak tahun 1996 mereka mulai menerima jemaah haji umum. Sekarang tiap tahun Al Amin memberangkatkan sekitar 240 orang calon haji ONH Plus ke tanah suci. Kelompok pengajian yang dikoordinir suaminya, Suharli, masih berjalan sampai hari ini, setiap hari Minggu dari Magrib hingga larut malam, yang diisi dengan zikir dan doa.
Dia membuka kantor petamanya di Cipulir engan modal pinjaman dari bank. Bagi Melani cukup akrab karena saat itu ia masih menjadi pemasok alat-alat perkantoran, dengan pelanggan bank pemerintah. Untuk mendekatkan kantornya dengan rumah para kliennya, ia memindahkan semua operasional kantornya ke kawasan Jalan Pakubuwono, Jakarta Selatan.
Meski persaingan ONH Plus --yang sekarang oleh Departemen Agama disebut biro perjalanana ibadaha haji khusus (BPIH Khusus)-- ketat, Melani mengaku tidak takut bersaing dengan biro sejenis. Padahal jenis haji itu tergolong mahal yakni sekitar US$ 7.000- 9.000, atau sekitar 4-5 kali lipat jemaah haji biasa. Menurut Asosiasi Industri Pariwisata (Asita), ada sekitar 1.400-an biro perjalanan, 400 diantaranya mengurusi jasa umroh dan haji. Kuncinya, Al-Amin tak pernah mengecewakan klien mereka. Sampai hari ini, tak sekalipun Al Amin mengalami kesulitan dalam booking hotel, pesawat, dan akomodasi lainnya. "Semuanya karena hubungan baik dengan semua pendukung bisnis kami," ujarnya.
Meskipun satu putranya kuliah di fakultas ekonomi, ia tak memaksanya berbisnis. Padahal saat ini ia sedang mengembangkan bisnis supplier peralatan televisi yang butuh Tenaga andal. "Mereka bebas memilih jalan hidup," ungkapnya.
Dalam kesibukannya, ia selalu mengingat pesan Om Jo, bahwa hidup yang berarti adalah yang dijalani dengan jujur dan tidak pernah menyusahkan orang lain. Ketika berbisnis, ia berusaha selalu sabar menunggu karma kerjanya datang. Ketika kegelisahan datang, ia mengingat satu ayat dalam surat dalam Al Insyiroh, "Sesudah kesusahan akan datang kemudahan." Bisnis kata Melani, adalah urusan duniawi sekaligus bekal untuk kehidupan akhirat. IGG Maha Adi
Profil: Melani Leimena Suharli
Lahir: 27 Januari 1951
Suami: Drs Suharli
Anak : 3
Organisasi/Jabatan :
Ketua umum Iwapi DKI Jakarta sebagai
Sekjen Dewan pimpinan pusat Iwapi
Ketua kompartemen lingkungan hidup Kadin DKI
Humas Asita (asosiasi travel agency)
Bendahara Ampuh (asosiasi muslim penyelenggara umroh haji)
No comments:
Post a Comment