Selasa, 9 Desember 2008.
JAKARTA, SELASA —Akhirnya, sampailah harga minyak pada angka keramat itu. Jumat (5/12), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Januari 2009 di Nymex Energy Futures menyentuh 40,81 dollar AS per brarel. Ini merupakan harga penutupan terendah sejak 10 Desember 2004.Sepekan lalu harga minyak jenis light sweet tersebut sudah turun 25,02 persen. Jika menghitung dari posisi tertingginya seharga 147,27 dollar AS per barrel pada 11 Juli 2008, harga minyak sekarang sama saja sudah turun sekitar 72 persen.Memang, kemarin (8/11) harga minyak sempat sedikit menguat. Pada pukul 18.47 harga minyak bertengger di posisi 42,84 dollar AS per barrel. Namun, analis melihat, harga minyak masih bisa turun. Merrill Lynch & Co bahkan menurunkan prediksi harga minyak tahun depan menjadi 25 dollar AS per barrel.Goei Siauw Hong, Direktur Pengelola GSH Consulting, melihat, sulit menghindari penurunan harga minyak. 'Tidak ada negara yang mampu mengamankan !
sektor komoditas,' katanya, kemarin. Maklum saja, negara-negara di dunia saat ini terkena imbas resesi global.Penurunan harga minyak itu terpicu oleh memburuknya ekonomi di Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Jepang. Salah satu tandanya, jumlah pengangguran di AS kian membengkak. Departemen Tenaga Kerja AS menyebutkan, jumlah pekerja swasta di AS berkurang 533.000 pada November 2008 lalu.China, negara yang paling banyak haus bahan bakar, juga gagal mengerek harga minyak. Sebab pada dasarnya, China juga mulai mengurangi permintaan akibat pertumbuhan ekonomi selama tahun ini hanya berkisar 6%-7%. 'Ini kan sama saja China juga terkena efek resesi global,' imbuh Goei.Tapi, tidak semua orang pesimistis bahwa harga minyak akan terus tergelincir. Jim Rogers, Chairman Rogers Holdings memprediksi, harga minyak akan berbalik arah dalam waktu dekat, setelah terjadi kelangkaan pasokan minyak. 'Kita akan melihat masalah pasokan yang serius dalam waktu tidak terlalu lama,' ujarnya seperti d!
ikutip Bloomberg.Nico Omer Jonckheere, Wakil Presiden Riset da!
n Analis
is Valbury Asia Futures mengamini pendapat tersebut. 'OPEC selalu memotong produksi, pada ujungnya nanti bisa ada supply crunch,' bebernya.Ramalan untuk IHSGLantas, apa pengaruhnya bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)? Seperti kita ketahui, harga minyak masih menjadi sentimen utama bagi gerakan IHSG. Sebab, porsi saham berbasis komoditas masih mendominasi naik turunnya IHSG.Goei melihat, potensi penurunan IHSG masih terbuka. Sebab, tidak ada sentimen positif yang bisa mengerek IHSG dan mengimbangi sentimen buruk dari anjloknya harga minyak.Aksi window dressing pun tidak efektif lagi mengangkat IHSG. Malahan, asing memanfaatkan momentum ini untuk keluar dari Indonesia. 'Mereka butuh banyak uang untuk memulai transaksi di negaranya tahun depan,' tandas Goei.Tambah lagi, emiten diperkirakan masih bakal membukukan kinerja buruk. Jadi, Goei melihat IHSG bakal ditutup di kisaran 1.000 pada akhir tahun.Namun, Nico melihat penurunan IHSG saat ini sebenarnya sudah terbatas. 'Kalau!
IHSG bisa bertahan di 1.100 selama tiga sampai enam bulan, IHSG akan bullish lagi,' ramalnya.
Harris Hadinata,Roy Franedya
No comments:
Post a Comment