Rabu, 12 November 2008.
Gay Jombang Pun MenyingkirMencari gay di Jombang? Biasanya hal itu tak sulit dilakukan. Setiap dua atau tiga kali dalam sebulan, komunitas para lelaki gemulai itu berkumpul di Alun-alun Kabupaten Jombang. Meski jumlah mereka kadang kurang dari 10 orang, acara kongko di lapangan terbuka ''kota santri'' itu menjadi ajang pamer eksistensi.
Kenyamanan para gay itu terusik setelah kasus dugaan pembunuhan berantai oleh Verry Idham Henyansah alias Ryan mencuat. Ditambah lagi, ternyata pembunuhan Fauzin juga diduga bermotif hubungan sesama jenis. Akibatnya, keberadaan kaum homoseksual pun tak terlacak lagi di Jombang. Apalagi, media massa santer memberitakan bahwa pembunuhan Ryan, antara lain, dilatarbelakangi orientasi seks menyimpang bekas guru mengaji itu.
Salon kecantikan dan pusat kebugaran, yang biasanya menjadi kantong kaum gay, kini juga luput dari kehadiran mereka; justru kaum waria yang kini tampak lebih eksis. ''Sekarang mereka tidak ada di sini,'' ujar Dian, pemilik sebuah salon kecantikan di pusat kota Jombang.
Setelah ditelusuri, rupanya komunitas gay Jombang meleburkan diri dengan komunitas gay di Kabupaten Kediri. ''Kami semua merasa sangat terganggu oleh pemberitaan Ryan. Efeknya ke kami sangat banyak,'' ujar Ade, 24 tahun, seorang anggota komunitas gay Kediri. Bagi mereka, kasus Ryan mencoreng seluruh komunitas kaum gay di wilayahnya. ''Kami prihatin karena yang diekspose status gay-nya dan juga korbannya,'' ia menambahkan.
Akibatnya, kata Ade, masyarakat kian memandang sinis keberadaan mereka. Meski demikian, mereka tetap berkumpul dan melakukan kegiatan bersama. Sebab, pada umumnya, kaum gay lebih merasa nyaman bila berada di tengah komunitas yang sama dengan mereka.
Karena itu, sosiolog dari Universitas Airlangga, Surabaya, Dede Oetomo, menyesalkan komentar kriminolog yang mengatakan bahwa pembunuhan yang dilakukan Ryan bermotif cemburu. Bagi dia, komentar itu terdengar sangat awam. ''Sebab tindakan Ryan bukan karena platonis,'' ujar pendiri Yayasan Gaya Nusantara itu.
Malah ia menduga, mungkin saja Ryan sakit jiwa. Semua orang, menurut Dede, bisa saja cemburu kepada pasangannya. Tapi bukan berarti pembunuhan itu hanya dilatarbelakangi perasaan cemburu. ''Orang normal di luar kami pun, kalau cemburu, bisa saja jadi pembunuh,'' katanya.
Rita Triana Budiarti dan Arif Sujatmiko
[Hukum, Gatra Nomor 52 Beredar Kamis, 6 November 2008]
No comments:
Post a Comment