Cari Berita berita lama

detikcom - SBY Jangan Ulang Kesalahan Soeharto

Selasa, 30 Oktober 2007.
SBY Jangan Ulang Kesalahan Soeharto
M. Rizal Maslan - detikcom

Jakarta -
Presiden SBY dan orang disekelilingnya diharapkan jangan mengulang kesalahan mantan Presiden Soeharto. Di mana Soeharto tertipu dengan bisikan orang sekelilingnya, yang akhirnya membuat popularitasnya turun dan jatuh dari kekuasaan.

"Kita Berharap, orang-orang yang berada dikeliling Pak SBY jangan mengulangi apa yang dilakukan Pak Harto. Pada saat Harmoko sebagai Ketua MPR mengatakan Soeharto masih didukung dan disayangi rakyat. Ternyata dalam waktu seketika berbalik. Itu jangan diulangi," kata Direktur Lembaga Riset Informasi (LRI) Johan O Silalahi kepada wartawan di RM Suharti, Jl Wahid Haysim, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (30/10/2007).

Menurut Johan, SBY harus belajar dari sejumlah kesalahan para pemimpin nasional dan pemimpin negara seniornya. "Jangan mau, nanti dikelilingi orang-orang yang ngomong yes men, yes men, mereka kan ingin SBY berkuasa hanya untuk kepentingannya," ujarnya.

Hal itu disampaikan oleh Johan terkait banyaknya polling yang dilakukan berbagai kalangan terkait popularitas SBY dalam memimpin negara ini. Banyak polling yang mengatakan SBY makin popoler, dan tidak sedikit yang mengatakan SBY semakin menurun popularitasnya alias tidak dipercayai oleh rakyatnya lagi.

Diakui Johan, prodak polling yang dilakukan sejumlah lembaga riset atau lembaga polling memang mendekati kebenaran dengan tingkat kepercayaan yang menentukan. Untuk itu, dia meminta agar lembaga survei jangan terpancing atau tergiur melakaukan survei hanya dibayar demi uang Rp 10 miliar sampai Rp 20 miliar.

"Apa artinya masa depan dia yang cacat dan tidak punya nama baik lagi bila melakukan hal itu agar salah Presiden atau calon presidennya didukung orang. Kalau sampai lembaga polling tidak dipercaya, akan sangat mungkin itu tidak akan menguntungkan dalam pemilu mendatang," jelas Johan.

Namun Johan meminta agar semua pejabat pemerintah, khususnya Presiden SBY jangan terlalu terpengaruh kinerjanya melihat hasil polling tersebut. "Kalau soal kinerja pemerintah jangan terpengaruh hasil polling, itu kan merupakan masukan, tidak perlu kecewa. Ingat, presiden harus bercermin dengan hasil polling itu sendiri, itulah pemimpin modern," tandasnya.

Ditambahkan Johan, memang sampai saat ini SBY masih populer, tapi harus diingat situasi saat ini mirip saat Megawati Soekarnoputri memimpin Indonesia. "Jangan kaget kalau mungkin dipertengahan tahun depan, SBY sudah dikalahkan oleh popularitas figur yang menjadi lawannya di Pilpres 2009," paparnya.
(
zal
/
ary
)

No comments:

Post a Comment