Rabu, 15 Pebruari 2006.
Awas Copet, Tongpes & Kenangan Indah (Italia, Afrika, Australia)
Jakarta, KCM
Kirim Teman | Print Artikel
Berita Terkait:
- Peluang 'Emas', Pasar Lama & Antri (Australia-Swedia-Korea-Jakarta)
- Olah Raga, Traveling, Bosan (New Zealand, Australia)
- Baby Boomers, Baby Sitter & Anak Rantau (Australia, Jerman, Korea)
Hai pembaca,
Setelah kemarin perasaan Anda larut dalam cerita sedih, hari ini cari hiburan yuk ke Myanmar, Roma dan ... Afrikaaa!!! Hah, setelah hampir 6 bulan kolom ini berjalan, akhirnya datang juga surat dari benuaeksotis itu.
Selamat datang ... untuk Muchacho Nechvile yang tinggal di bagian selatan Afrika (maaf kalau salah sebut, saya mengutip nama yang tertera di alamat email). Senang Anda menjadi bagian dari kolom "gado-gado" ini. Masih ada tamu baru lainnya dari Roma, terimakasih Adi, cerita "awas copet"-nya menarik. Selamat datang juga.
Ada apa di Afrika, mengapa kantong orang-orang disana kempes di awal tahun? Mengapa juga kenangan akan Myanmar sulit lenyap dari ingatan. Yang pasti acara televisi disana jauh tertinggal ya, "Pembaca beritanya tidak pernah melihat ke layar karena sibuk membaca naskah berita, hehe..," kenang Nuri yang kini bermukim di Australia. (Lha mereka itu siaran TV apa radio tho?)
Ok, langsung kita cek cerita-cerita di bawah ini. Jangan lewatkan seabreg tanggapan untuk cerita "cinta" kemarin ya.Cinta Terhalang Jarak, Harta & Eks Pacar (Korea, Inggris, Jakarta).Pokoknya, edan-lah hari ini ....
******************************* BAGIAN I: SURAT-SURAT ANDA
Awas Copet... !!(Adi - Roma, Italia)
Ciao Zev... sebelumnya salam kenal! Ciao juga buat para pembaca KCM.. itu juga kalau Zeverina berkenan muat email perdanaku ini :-). Sebut saja namaku Adi. Sejak kira2 dua setengah tahun lalu aku tinggal di Roma, Italia, karena tugas-belajar. Rasanya aku pingin nulis juga setelah ngikuti rubrik ini beberapa bulan. Apalagi sejauh kuikuti... kok belum ada rekan lain dari Roma yang nimbrung berbagi cerita ya... Ada seabreg lho orang Indonesia di kota abadi ini. Tidak hanya puluhan tapi boleh dibilang lebih dari seratusan..he..he.. Seperti kebanyakan rekan2 lain, aku nemu rubrik ini juga nggak sengaja. Iseng2 browsing baca berita di KCM... eeh..lha kok ketemu rubrik menarik ini. Jadilah nyaris setiap hari kubaca pojok asuhan Zeverina ini.
Interessante... begitu orang Italia bilang untuk sesuatu yang menarik. Begitu juga rubrik ini buatku. Singkatnya...di tengah rutinitas tugasku, rubrik ini telah bawa kesegaran baru lewat beragam kisahnya. Nggak salah deh masuk di rubrik kesehatan. Wong nyatanya memang bawa kesehatan buatku... kesehatan psikis... habis kadang buat perasaan seneng...geli... lucu...atau haru... kadang juga prihatin, penasaran, atau bertambah ingin tahu membaca beragam kisah dari berbagai rekan di berbagai tempat. Lewat beragam kisah itu, rasanya aku dibawa keliling jagad.. :-) Trims buat Zeverina yang telaten ngurus rubrik ini. Trims juga buat rekan2 yang sudah mau nulis dan berbagi cerita.
Ok.. Ini cerita perdanaku, Zev. Sengaja kupilih hal yang simple dan praktis saja. Soal copet...he..he.. Sebelum berangkat ke Italia, seorang teman sempat bilang ke aku: "Ati-ati di Roma...banyak copet lho!" Ah.. yang bener saja. Begitu pikir spontanku. Sampai di sini baru kuakui kebenaran kata2 itu. Setelah beberapa lama tinggal di sini, aku jadi terbiasa mengenali tindak kriminal ini. Maklum, sarana transportasi yang kupakai tiap hari adalah bus kota atau metro (kereta bawah tanah). Seperti di Indonesia, saat jam2 sibuk, kedua sarana trasportasi ini penuh sesak. Berdiri berjejalan dalam bus atau metro adalah pemandangan biasa. Bus kota dan metro di sini sengaja dirancang dengan sedikit kursi. Jadi kalau penuh, memang lebih banyak orang berdiri. Anak sekolah, ibu2 ke supermarket, atau pekerja kantoran... semua tumplek bleg... Tambah lagi para turis yang tak pernah sepi mengunjungi kota ini. Di jalur2 tertentu, bus nggak pernah sepi penumpang. Terutama di jalur turis seperti !
dari terminal bus pusat Termini - Piazza Venezia - Vatican. Di tengah suasana seperti itulah... para copet biasanya naik dan beraksi.
Awalnya aku nggak habis pikir... kok bisa sih... di negara tergolong maju seperti Italia tindak kriminalitas seperti ini masih ada. Lama2 aku baru ngeh...ternyata kebanyakan pelakunya para imigran. Habis... profilnya juga bule sih... siapa yang sangka? Umumnya mereka berasal dari (sebuah) negara di Eropa Timur. Imigran dari negara2 lain belum pernah kulihat jadi copet. (Sekedar tambahan, Roma adalah salah satu kota di Eropa yang menjadi tujuan para imigran dari pelbagai negara.) Aksi mereka biasa dijalankan secara berkelompok. Jarang aksi dijalankan sendirian. Memanfaatkan goncangan bus dan sesaknya penumpang... dalam hitungan detik mereka bisa gaet entah dompet, HP, kamera, atau apa saja yang ada di saku, ransel, atau tas tangan. Sasaran empuk mereka biasanya para turis dan orang2 tua. Di Italia, umum melihat kakek atau nenek jalan sendirian, naik turun bus. Cepet dan canggih pokoknya aksi para pencopet ini. Ada saja caranya. Sudah banyak pula korbannya.
Untungnya.. (???) copet2 di sini tidak pernah melukai korbannya saat beraksi. Kelengahan penumpang...itulah yang selalu dimanfaatkan mereka. Jadi geregetan pokoknya kalau lihat mereka. Soalnya ini hal umum di Roma. Profil mereka sebenarnya gampang dikenali bagi yang biasa naik bus atau metro tiap hari. Apalagi antar mereka biasanya berkomunikasi dengan bahasa mereka sendiri. Bukan bahasa Italia. Orang2 Roma umumnya sudah tahu dan maklum. Meski begitu, tidak pernah ada kejadian copet dipukuli massa kalau ketahuan. Paling2 cuma diomelin sama orang Italia, terus disuruh turun setelah barang dikembalikan. Tapi yang umum...para penumpang biasanya cuek saja meski tahu ada copet di dalam bus. Paling banter mereka terus segera mengamankan barang masing2 sambil geleng2 kepala. Si copet sendiri, kalau pas ketahuan, biasanya segera melempar barang ke lantai. Lalu berlagak nggak buat salah apa2. Fermata (perhentian bus) berikut mereka segera turun. Begitu juga kalau sukses ngambil baran!
g penumpang tanpa ketahuan. Fermata berikut pasti mereka ngacir turun. Kadang2 juga mereka malah ngomelin penumpang lain kalau ada yang nuduh "mau nyopet ya...!" Aku jadi ingat... kalau di tanah air... copet2 begini pasti bakalan habis dihajar massa kalau ketahuan. Untungnya hukum di Italia amat ketat. Jarang orang main pukul sembarangan. Kalau kita mukul orang... bisa2 malah kita yang dituntut ke pengadilan...wah jadi berabe khan urusan!
Jadilah aku ngikut sikap orang Italia saja. Habis... bingung juga, mau ngapain, selain juga karena ada rasa takut..he..he.. Soalnya terlalu sering aku lihat kejadian copet beraksi seperti begini. Biasanya kalau tahu, aku cuma pandangi mereka. Terus panteng saja pandangan ke mereka. Mereka lalu umumnya nggak segera beraksi kalau ada yang lihat terus. Yang repot... kadang mereka berpakaian rapi atau nyaris seperti turis juga. Buat orang baru atau turis... pasti nggak nyangka kalau mereka sebenarnya copet. Bahkan tidak jarang gerombolan mereka melibatkan beberapa gadis. Komplit dengan dandanan modis dan senyuman manis. Jadi... kalau pembaca berkesempatan pergi ke Roma... di atas bus kota atau metro, jangan gampang terkecoh senyum manis atau dandanan modis. Siapa tahu mereka adalah anggota gerombolan copet. Kalau orang2 Italia sendiri sih nggak suka main desek gaya begini dalam bus. Nginjak kaki atau nyikut kita tanpa sengaja saja mereka spontan bilang "Mi scusi..!". (maafkan sa!
ya ya..) Yang penting & perlu...waspada selalu, terutama kalau tiba2 saja Anda didesak-desak seperti itu. Karena memang...mereka bukan sedang naksir Anda...tapi lagi ngincar dompet atau apa saja yang Anda bawa... tengah Anda kaget, terkesima atau mengagumi pesona mereka... rekan mereka sudah siap menggaet barang Anda tanpa Anda rasa. Biasanya gerombolan mereka akan mendesak Anda dari depan-belakang, kiri dan kanan. Tahu2 begitu mereka turun...satu atau dua barang Anda sudah melayang berpindah tangan. :-)
Ok. Zev. Sekian dulu ceritaku. Berharap lain kali aku bisa berbagi cerita lagi. Grazie mille sudah mau membaca email perdanaku. Ciaoooo... saluto, Adi - Roma.
*******Bangkrut di awal tahun(Muchacho Nechvile-Afrika)
Hi Zeverina and pembaca sekalian.Saya pembaca setia rubrik ini yang tinggal di bagian selatan Afrika, sudah lebih 6 tahun karena mengikuti suami. Sebenarnya banyak cerita2 yang mau saya tulis dari cerita tentang apartheid sampai masalah sehari-hari. Tapi kali ini yang ingin saya tulis adalah cerita "bangkrutnya" hampir seluruh penduduk sini di awal tahun. (Mudah2an akan di muat oleh Zeverina).Sebenarnya waktu pertama kali menginjakan kaki disini aku terheran2 juga, karena bule - bule sini termasuk suamiku kalau menegur orang yang sudah akrab alias sobat dengan cium bibir. Cium bibir itu bukannya ciuman intim yang biasanya dilakukan sebelum make love, tapi melainkan ciuman yang hanya menempel dari bibir ke bibir saja. Tapi kan jijik juga bagaimana kalau orang tersebut habis makan garlic, atau yang napasnya bau. Tapi karena berusaha menghormati kadang kalau mereka yang tidak ngerti culture-ku aku sih cukup tahan napas aja deh.Aku sempat marah dan ngedumel ke suami "kok ciumnya!
begitu bukan seperti orang dinegara kamu yang hanya cium pipi kiri dan kanan?" (kebetulan suamiku orang Spanyol yang hanya cium pipi kiri dan kanan), Diapun menjelaskan kalau dia sendiri sebenarnya tidak suka tapi karena kebiasaan penduduk setempat, jadi alhasil dia ikut2an juga. Tapi sepertinya penduduk Selatan Afrika ini hanya melakukannya kepada sesama wanita, ataupun pria kepada wanita, sedangkan pria ke pria tidak pernah melakukannya (mungkin takut di cap gay kali ya). Anyway mereka juga suka minum (yang beralkohol), wah kalau pesta (BBQ, wedding, birthday, etc) yang diperbanyak haruslah minuman (beralkohol dari wine, bier and etc). Aku pertama2 agak nggak suka juga, tapi lama2 ya udahlah asalkan ngga ikut2an. Karena mereka suka banget minum, waktu saya dan suami beserta beberapa teman di Bangkok sekitar kurang lebih 3 thn yang lalu ikut festival miniatur aeroplane yang diterbangkan menggunakan remote control. Teman2 kami itu tidak menang waktu kejuaraan menerbangkan !
pesawat miniatur tersebut, tapi mereka memenangkan lomba minum!
2 di bar
setempat yang diadakan oleh organizer.Penduduk sini juga sangat suka BBQ yang sering mereka sebut braai, wah kalau udara sini lagi bagus sedikit aja atau weekend langsung deh tercium bau2an dari BBQ. Kadang ada juga loh yang makan daging BBQ setiap hari. Kebetulan mereka juga suka daging jadi hampir tiap hari mereka makan daging, baik yang daging merah seperti kambing atau sapi atau yang berdaging putih seperti babi atau ayam). Kadang ada Restaurant yang menyediakan atau bisa menerima pesenan daging steak untuk 1000 gr, alias 1 kg. (Weleh2 diJakarta daging sebanyak itu dimakan rame2). Pesannya pun pasti harus medium to rare alias darahnya masih ngocor2, kadang aku jadi ingat vampire juga sih.Penduduk sini juga sangatlah suka party, terutama di bulan April atau December. Bulan april ketika merayakan Easter weekend, tapi tidak sebesar bulan December ketika mereka merayakan Christmas and New Year. Wah kalau di bulan2 December mereka akan menguras kantong mereka dari uang gaji !
bulan December plus bonus mereka untuk beli makanan, minuman plus pakaian dalam rangka menyambut Christmas dan New year, tanpa pikir panjang untuk menyisahkan uang untuk di bulan January. Pemerintahpun setiap bulan2 seperti December dan April, selalu membuat road block, untuk menyetop kendaraan2 dan mengecek apakah sopirnya mabuk atau tidak. Biasanya yang tertangkap mabuk akan di penjarakan dengan denda penalty yang tidak sedikit, diambil driver licence-nya, serta nama2nya akan terbit di harian surat kabar setempat.Rata2 penduduk sini akan kasbon dengan bos mereka, seperti yang kami rasakan setiap bulan January, karena employees kami setelah mendapat cuti panjang (pada umumnya companies akan tutup sekitar 3 minggu) dan extra bonus, tetap aja akan kasbon dengan alasan uang mereka sudah habis. Businesspun otomatis sepi di bulan Januari karena penduduk sini sedang tongpes, dan mereka mulai mengakali bagaimana untuk survive sampai akhir January. Business baru mulai lagi sekitar!
akhir February, setelah mereka sukses melalui krisis keuangan!
masing2
.*********Myanmar selayang pandang(Nuri-Australia)
Hai Zev, thanks a lot lho udah ngurus kolom ini, gratisan pula!
Halo.. saya pembaca setia kolom ini.. saya perhatikan kebanyakan ceritanya tentang hidup di negara maju sehingga saya terdorong ingin berbagi cerita tentang pengalaman saya tinggal di Myanmar atau yang dulu dikenal dengan Burma. Pertama dengar suami ditugaskan kesana saya merasa excited campur harap-harap cemas. Senang karena ini once in a lifetime experience..terus terang saja Myanmar tidak masuk dalam daftar places I need to visit before I died :) tapi juga cemas karena katanya terisolasi, diperintah militer, HAM abuse, dll. Jadi selain pakaian saya juga banyak berbekal buku karena takut bosan dan dvd termasuk dvd player karena takut televisinya tidak menarik dan tidak dapat dimengerti.
Menurut saya malang sekali nasib rakyat Myanmar. Karena mereka diperintah oleh junta militer yang tidak disetujui negara-negara barat pada umumnya, maka rakyat yang harus menanggung akibat embargo ekonomi sehingga sulit mencari kerja. Semua perusahaan Amerika dan konco-konconya dilarang beroperasi di sana dan dilarang berdagang dengan mereka. Padahal kotanya walaupun berkesan kuno sangat cantik, jalan-jalannya lebar dan rapi, trotoarnya juga nyaman untuk dipakai jalan, kecuali di daerah pasar yang sama dengan Indonesia sudah dipenuhi oleh pedagang kaki lima. Banyak taman-taman kota yang cantik, dipagari seperti di Taman Monas, tidak ada pedagang kaki lima, untuk turis diminta bayaran sementara untuk rakyat lokal gratis. Hanya ada sedikit gedung bertingkat, banyak rumah-rumahnya adalah tipe rumah kolonial yang bagus strukturnya tapi tidak terawat. Strikingly beautiful! Rata-rata mereka bekerja sebagai pegawai negeri dan berdagang.
Sebagai gambaran, gaji polisi lalu lintas di sana adalah 6,000 kyat sebulan atau setara dengan 60.000 ribu rupiah! Banyak juga yang bekerja jauh di bawah kualifikasinya. Kami pernah diundang makan di rumah satpam kantor suami saya, setelah ngobrol ngalor ngidul ternyata dia dulu bekerja sebagai lawyer dan akuntan bersertifikat, wah kasihan sekali.
Di ibukota Yangon kita tidak akan menemukan sepeda motor, karena memang dilarang oleh pemerintah. Mereka takut sepeda motor akan dipakai untuk berdemonstrasi oleh rakyatnya. Akibatnya lalu lintas memang jadi rapi, dan satu lagi, walaupun mereka negara berkembang, tetapi saya tidak menemukan pedagang asongan atau pengemis di lampu-lampu merah. Mungkin dilarang juga oleh pemerintah, saya tidak tahu pasti. Sebagian besar mobil berwarna putih, jenis yang umum adalah angkatan corolla DX dan kami sendiri dipinjami mobil Colt Hi Ace, kalau istilah anak-anak Jakarta suasananya jadul (jaman dulu) banget. Mobil-mobil itu sebagian besar adalah mobil bekas yang diimpor dari berbagai negara, jadi letak setirnya bervariasi, ada yang di kiri ada yang di kanan, walaupun arah lalu lintasnya kebalikan dengan Indonesia. Tapi tentu saja ada mobil terbaru juga, yang biasanya dimiliki oleh pejabat.
Angkutan umumnya sendiri sangat payah. Busnya sudah tua-tua bahkan kebanyakan adalah truk militer yang kalau di Indonesia biasa dipakai untuk mengangkut para tentara, jadi tempat duduk di kanan kiri dan di tengah2 orang bergelantungan. Taksi persis di Jakarta..20 tahun yang lalu.. mobilnya sejenis Corolla DX yang sudah bobrok, tanpa argo dan AC, jadi waktu musim panas kita harus buka jendelanya lebar2 sementara di luar panas sampai 40 derajat lebih, mateng rasanya tangan saya..
Rakyat Myanmar sendiri sangat ramah-ramah. Sehari-harinya mereka selalu mengenakan sarung (long yi dibaca longji) dan sandal jepit, baik lelaki maupun perempuan, baik di pasar maupun di kantor. Kagum juga saya, mereka masih sangat setia dengan baju nasionalnya. Dan pipi mereka rata-rata belepotan bedak dingin kemanapun mereka pergi, lucu juga waktu saya lihat pertama kali walaupun kemudian saya ikut-ikutan ;) Mereka rata-rata jujur/polos dan tidak mata duitan. Sopir taksi saya yang tarifnya jam-jaman, ketika parkir di pasar dan saya berikan uang untuk parkir dia menolak dengan berkata tidak perlu, uang parkir sudah termasuk dalam tarif saya..bayangin deh kalau di Jakarta, begitu juga pembantu rumah tangga saya, setiap datang ke rumah, dia bawa sendiri makan siangnya bahkan kopi untuk dia minum. Kalau saya tawari dia tidak pernah mau kecuali ketika hari raya Idul Adha pada saat saya mengundang teman2 suami makan di rumah.
Walaupun begitu di Airport sih sama saja, saya pernah mengalami dimintai uang oleh pegawai imigrasinya. Dari percakapan dengan orang-orang di sana, saya jadi tahu sejarahnya mengapa nama negara Burma diubah menjadi Myanmar. Ternyata Burma adalah nama salah satu suku yang berpenduduk terbanyak di sana, mungkin seperti suku Jawa di Indonesia. Sehingga untuk meningkatkan persatuan, pemerintah militer mengubahnya menjadi Myanmar. Rasanya bisa dimengerti perubahan itu, karena bayangkan saja jika Indonesia dulu disebut Republik Jawa mungkin orang dari suku lain tidak akan merasa memiliki. Tetapi negara Barat masih menyebutnya dengan sebutan Burma, karena mereka tidak mau mengakui perubahan yang dilakukan oleh pemerintah militer.
Televisinya sendiri masih tertinggal dari segi acara.. pembaca beritanya tidak pernah melihat ke layar karena sibuk membaca naskah berita he he. Kemudian ada acara yang persis kamera ria jaman dulu, jadi para artis bernyanyi dengan latar belakang daerah wisata atau daerah yang sedang dibangun atau tentara yang sedang baris berbaris, benar-benar dimanfaatkan oleh pemerintah untuk memamerkan hasil pembangunan mereka. Untung hotel kami dapat menangkap program tv kabel dari Thailand, jadi lumayan deh nasib saya, masih bisa lihat berita di CNN, BBC dan MTV Indonesia hehe..
Komunikasi di sana mahal sekali, dari hotel, telepon ke Jakarta 3 dollar semenit, saya kurang tahu apakah ada wartel dan berapa harganya kalau telepon dari wartel. Internet masih lambat dan semua situs berita serta email gratis diblok. Saya sampai kejar-kejaran dengan mereka, saya buat mail account di berbagai situs free mail yang tidak terkenal, bisa jalan sampai 2 hari, hari ke tiga selalu diblok, 3 alamat email sempat saya buat sampai kemudian saya menyerah. Saya juga sempat berkomunikasi dengan fasilitas message di friendster tapi kemudian diblok juga. Tampaknya ada yang mengawasi aktivitas internet kita. Entah untuk membatasi akses rakyatnya terhadap berita luar atau alasan ekonomi, karena pemerintah memiliki internet provider juga, jadi mereka ingin kita hanya berlangganan alamat email via provider mereka. Tidak ada sinyal untuk semua gsm luar negeri. Ada gsm lokal tapi hanya bisa dipakai di dalam negeri dan tidak ada sms.. wah sunyi sepi deh dunia saya di sana..
Pasar di Yangon sama saja dengan pasar basah di Indonesia tetapi harga-harganya jauh lebih murah terutama daging sapi (12 ribu rupiah per kilo!). Kebanyakan toko daging sapi adalah toko halal karena biasanya hanya muslim yang makan daging sapi sehingga penjualnya juga orang muslim keturunan India. Jenis sayuran sama dengan di Indonesia walaupun ada yang tidak saya kenal. Buah agak mahal karena kebanyakan diimpor dari Thailand. Kalau mau belanja kerajinan atau pakaian, kita harus berkunjung ke Scott Market, must see place buat para turis. Pasar yang sangat luas itu berisi semua jenis kerajinan Myanmar semacam pasar jatujak di Bangkok, tapi lebih kecil. Isinya ada kerajinan kayu jati, mutiara, batu permata, kain-kain, dll. Pasarnya menyenangkan bagi saya, di setiap kios mereka menyediakan bangku sehingga kita bisa berbelanja sambil duduk, selain itu jika udara sedang panas, penjaga kiosnya akan dengan senang hati mengipasi kita dengan kipas bambu ha ha.. Untung mereka berdekat!
an letaknya dengan Cina, jadi banyak barang-barang elektronik terkini yang datang dari Cina, katanya sih barang gelap jadi murah-murah. Sementara di supermarket kebanyakan barang-barang didatangkan dari Malaysia atau Thailand.
Ada lagi, setiap jam 6 sore listrik bergiliran mati! Karena kami tinggal di hotel maka sebentar saja matinya sebelum digantikan oleh generator. Tapi bayangkan rakyatnya yang tinggal di rumah-rumah, mereka tidak akan dapat menyalakan lampu di malam hari kecuali mereka memiliki generator sendiri, yang setelah saya perhatikan memang banyak tampak terlihat di halaman rumah-rumah. Tetapi saya yakin sebagian besar tidak mampu untuk membelinya..
Masih banyak cerita-cerita menarik dari sana tapi udah panjang banget, takut pada bosan. Menurut buku-buku yang saya baca, yang ditulis oleh orang-orang asing, di kota-kota lain keadaannya tidak menyenangkan dan sangat menyedihkan. Saya sering berpikir sayang juga rasanya jika keunikan mereka ini kelak hilang kalau dunia internasional sudah mau menerima mereka dan mereka banyak terpengaruh oleh kebudayaan Barat. Tetapi apapun yang terjadi, saya harap rakyatnya bisa merasa bahagia dengan segala keterbatasannya. Saya sendiri sekarang tinggal di Australia yang jauh banget bedanya dengan Yangon, tetapi kadang-kadang saya kangen untuk tinggal lagi di sana, karena kesederhanaannya, karena keramahan rakyatnya, harga barang-barang yang murah, kecantikan kota dengan pepohonan yang besar dan danau cantik di sebelah apartemen kami....
*************************
BAGIAN II: TANGGAPAN ARTIKEL DAN SURAT-SURAT PENDEK
Tanggapan Surat-surat Cinta Terhalang Jarak, Harta & Eks Pacar (Korea, Inggris, Jakarta)(Marlinang Lienhart-Jerman)
Salam hangat dari Jerman yang dingin untuk Mbak Zeverina dan pembaca sekalian. Rasanya terenyuh banget membaca surat-surat pembaca hari Selasa 14. Februari. Katanya hari kasih sayang tetapi ternyata banyak rekan-rekan kita yang harus menderita batin karena jauh dari pacar (Sekar-Korea), dimaki-maki orang tua karena tidak menikah dengan pengusaha kaya sampai dianggap durhaka dan "bule" (Marcella-Inggris) dan pernikahan yang gagal karena tidak ada kerjasama dari pihak suami (Neng-Cipedak, Jakarta). Adddduhhhh!
Saran saya buat Sekar, tabah dan sabar-lah. Pacaran jarak jauh bukan hal yang mudah. Waktu dan tempat untuk memupuk kepercayaan, kedekatan batin dan cinta sangat terbatas. Telepon, SMS, chatting dan Email walaupun bisa membayar kerinduan pada akhirnya tidak membantu terlalu banyak. Apalagi Sekar ada di Korea. Kalaulah Anda ada di rumah ortu atau di lingkungan kawan-kawan di Indonesia, mungkin penderitaan Anda nggak akan seberat ini. Kalau saya pribadi, nggak bakalan saya kuat. Pasti itu pacar saya putuskan, karena saya rasanya capek kalau harus menanti-nanti kesempatan chatting atau bertelepon dengan dia. Buat saya cinta saja tidak cukup. Harus pakai acara ketemuan, ngobrol, pergi makan dan nonton atau sama-sama naik gunung dslb. Tapi kalau Sekar yakin bahwa si dia memang pasangan sejati, bertahanlan. Saya tidak bisa kasih saran lain karena tidak punya pengalaman pacaran jarak jauh. Saya salut dengan keteguhan Anda. Soal Anda merasa bodoh karena misalnya lama duduk di depan !
komputer menunggu kontak dari dia, itu lumrah-lumrah saja. Karena hubungan ini kebanyakan bergantung pada teknologi, ya tentu Anda harus korban banyak waktu dan uang untuk menyambung rasa. Semoga hubungan ini berjalan baik dan Anda kuat hati menjembatani jarak yang jauh ini.
Saya amat prihatin akan tuduhan-tuduhan ortu Marcella. Kalau kita memang percaya jodoh di tangan Tuhan, kita tentu harus menerima siapa jodoh anak kita. Kalau orang tua Anda hanya hendak menjadikan menantu-menantu laki-lakinya sebagai pabrik uang buat anak perempuannya dan untuk mereka, dimana mereka taruh harga diri Anda sebagai istri didepan suami? Menurut pendapat saya, seharusnya mereka bangga akan usaha-usaha Anda dan suami untuk mandiri baik secara finansial dan dalam kehidupan berumah tangga alias tidak punya pembantu. Apalagi di negeri orang yang jelas-jelas perjuangannya lain lagi. Ada banyak orang tua seperti orang tua Marcella. Dan mereka tidak mesti datang dari keluarga miskin lho. Ada orang yang memang bosan miskin dan berharap anak perempuannya bisa mendapat jodoh pabrik uang. Tapi tidak kurang orang yang berkecukupan buta hati dan hanya menilai orang lain (termasuk anak sendiri) dari kelimpahan materi. Saya harap Anda bisa menguatkan hati setelah kecewa meneri!
ma umpatan-umpatan ortu yang sangat tidak pada tempatnya. Anda tentu tidak menjadi "bule". Banyak bule yang dengan segera memutuskan hubungan dengan ortu jika ortu mereka dianggap menginjak-injak hak asasi atau masuk terlalu dalam ke kehidupan pribadi anak. Anda kan masih menelpon, masih menahan stress mendengar umpatan mereka demi membayar kerinduan Anda terhadap ortu.
Saran saya punya resiko besar dan ini hanya saran lho. Anda harus menjelaskan (mungkin lebih baik secara terulis) bahwa Anda sakit hati dengan sikap orang tua Anda beserta alasan-alasannya. Anda adalah orang dewasa. Status Anda memang anak, tapi ortu Anda harus belajar, bahwa Anda sudah dewasa dan mereka harus menghormati Anda. Tentu ada resiko mereka tidak akan bicara sama sekali dengan Anda dan menjelek-jelekkan Anda di depan famili lain. Harus Anda terima jika akibatnya sampai sejauh itu. Mungkin memang lebih baik untuk tidak mengontak selama beberapa waktu, karena ortupun harus belajar, bahwa anak bisa sakit hati. Sayang sekali, cinta kasih ortu sudah terkubur karena sifat konsumtif dan materialistis. Saya tidak setuju, hanya anak yang melulu harus menunjukkan hormat kepada ortu, tapi ortu tidak hormat kepada anaknya karena menganggap tugasnya sebagai ortu sudah selesai setelah anak kerja atau menikah. Setelah itu ortu hanya menunggu si anak balas budi. Tugas ortu menuru!
t saya tidak pernah selesai. Suatu waktu ortu harus menjadi kawan anak-anaknya karena anak-anaknya sudah punya kehidupan dan pengalaman dewasa sendiri. Jika situasi ideal ini tercapai tentu rasa saling menghormati dan mencintai dengan sendirinya terlaksana.
Buat Neng, salut saya kepada Anda. Anda berani mengambil resiko menikah dengan suami yang "terbiasa" dengan kehadiran Anda, tapi tidak mencintai Anda. Terima kasih atas pelajaran moral yang Anda sampaikan di surat. Buat saya pribadi, Anda telah membebaskan diri dari orang yang tidak tahu betapa beruntungnya dia mendapatkan Anda yang tulus menerima kekurangan-kekurangannya. Salah satu kekurangannya yang fatal adalah penolakan tanggung jawab sebagai ayah dan suami terhadap anak dan istri setelah dia ketemu lagi dengan mantan pacarnya. Jika dia sudah memutuskan untuk menikah dengan Anda, dia harus pegang keputusan ini. Tapi karena kepribadiannya lemah, dia bisa jatuh lagi kepada mantan pacarnya bahkan menikah diam-diam dengan pacar yang telah hamil. Dengan keputusan Anda untuk meninggalkan dia yang tidak setia pada janjinya sendiri, Anda menunjukkan bahwa Andalah yang jauh lebih kuat daripada suami. Perceraian tidak selalu berakibat buruk. Mungkin justru hal ini jalan yang terb!
aik buat Anda dan anak. Anda masih muda dan kuat. Demi anak tentu Anda akan berusaha sebaik-baiknya agar anak Anda punya masa depan yang cerah dan tumbuh menjadi anak yang sopan dan berbudi. Didiklah anak Anda agar dia menjadi laki-laki yang berkarakter kuat, dewasa dan sama sekali lain dari ayahnya. Bukan berarti dia harus benci ayahnya lho. Ini tentu harus dihindari.
Sekar, Marcella dan Neng sekali lagi terima kasih atas kesediaan Anda sekalian berbagi cerita. Saya belajar banyak sekali dari kalian di hari kasih sayang ini dan sampai pada kesimpulan betapa beruntungnya saya dalam hidup. Salam.
******Tanggapan untuk marcella - Inggris(F.H. � Luar Negeri)
Halo Zev, baru kali ini saya tergerak untuk menulis dikolom ini setelah saya membaca artikel Marcella (Inggris). Why? Karena sayapun mengalami hal yang hampir sama. Dan saya kira, Marcella dan saya bukanlah satu-satunya yang mengalami hal ini. Saya yakin banyak sekali anak-anak yang dibebankan untuk menjadi Juru Selamat bagi orang tuanya. Mungkin memang tipikal orang Indonesia dengan prinsipnya semakin banyak anak, semakin untung. Sehingga, si anak itu bukan lagi �titipan dari Tuhan� melainkan �Tabungan hari tua�. Dan harapan mereka yang dibebankan kepada anaknya kadang-kadang tidak realistis terutama dilihat dari situasi saat-saat sekarang. Apakah ini memang prinsip hidup orang Indonesia?Penggunaan credit card secara terpaksa untuk memasok sejumlah uang ke kampung halaman bukanlah hal yang baru bagi saya. Tetapi mau enggak mau orang-orang seperti saya dan Marcella dengan berat hati mengirimkan uang tersebut (yang pada kenyataan adalah menggali hutang diatas hutang dengan bu!
nga antara 19.5 % sampai 21 %, tentu saja dalam hitungan Dollars). Apalagi setelah ditambah kata-kata mutiara seperti;-�Kamu bisa hidup diluar negeri adalah karena hasil keringat orang tuamu�-�Kamu itu seperti kacang lupa sama kulitnya�-�Terserah kamu jika kamu tidak meminjamkan uang kepada kami, lihat akibatnya nanti�-�Kamu sudah berubah sejak tinggal diluar negeri dan tidak seperti dahulu lagi.�-�Lihatlah si A yang mendapat gelar S3, kelakuannya tidak sama seperti kamu!�-�Anak tidak tahu diuntung, sudah dibiayai kuliahnya, dibelikan computer dan kendaraan, tetapi tidak mau membantu orang tuanya.� Dan lain sebagainyaBagaimana mungkin kita sebagai anak tidak mengirimkan uang jika sudah disodorin �rekening biaya pemeliharaan� disaat-saat kita masih �numpang urip� sama mereka? Seumur hidup kita sebagai anak, sama sekali kita tidak bisa membayar apa yang mereka keluarkan untuk membiayai kita saat dari bayi, biaya perkuliahan kita dan biaya-biaya yang lain. Dari riwayat hidup s!
aya sendiri, biaya perkuliahan saya adalah dari pengorbanan ay!
ah saya
yang rela berpisah dengan keluarga untuk bekerja dinegara lain. Sangatlah nyata bahwa hal ini sama sekali tidak bisa dipungkiri, dan itu menjadi suatu beban yang berat secara mental, spiritual dan jasmani. Kalau halnya perjalanan hidup sang anak diluar negeri sukses dalam arti yang sebenarnya, that is fine! Tetapi bagaimana kalau kehidupan sang anak yang berada diluar negeri itu masih pas-pasan? Boro-boro mau dapetin kerja dengan gaji 50K per tahun, untuk dapetin kerjaan dikantor saja sebagai karyawan biasa, itu juga harus berkompetisi dengan orang-orang dari berbagai bangsa dan ras, apalagi hidup diluar negeri sebagai imigran sebagai �English is my second language���.wuah susah buanget.Kalau boleh cerita, anti-klimaks dari hubungan saya dengan keluarga saya sendiri adalah pada saat saya dengan sangat sukses bisa mensponsori kedua orang tua saya dan adik saya untuk tinggal di negara tempat saya tinggal yang sekarang. Saya bahagia pada saat-saat awal menerima kabar gembira te!
rsebut. Kenapa? Dengan begini, mereka bisa berdiri diatas kaki mereka sendiri dan mengais dollar. Sehingga pada akhirnya saya bisa menabung hahaha�..kata kata menabung adalah kata-kata yang sangat di luar jangkauan bagi saya sebelumnya, karena sejak awal tinggal di luar negeri dan bekerja, separuh dari uang gaji, saya berikan kepada mereka untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya perkuliahan adik saya.Dan separuhnya lagi saya pakai untuk kebutuhan saya sendiri dan simpanan untuk biaya kuliah saya ke jenjang S2 (dan berhasil!). Tetapi apa daya, walaupun pekerjaan yang layak telah dicarikan dengan gaji yang cukup, singkat cerita, setelah 6 bulan tinggal di luar negeri sebagai perintis awal, sang ayah tidak sanggup untuk bertahan dan terkejut dengan kenyataan kehidupan diluar negeri yang seharusnya sudah bisa membuat sang ayah stabil secara materi dan mental. Tetapi walaupun begitu, sang ibu dan sang adik tetap insist untuk datang ke luar negeri, walaupun keadaan sang ayah dalam !
keadaan minus (conflict with boss, jobless, shock, sick and no!
money).
Hal ini baru saya ketahui pada saat sang ayah berusaha meminjam uang kepada saya untuk mempersiapkan kedatangan sang adik dan sang ibu. Saya sendiri sangat terkejut, bukanlah uang pinjaman yang saya beratkan, tetapi pengambilan keputusan yang sudah saya bisa rasakan efek buruknya di masa mendatang!. Dengan keadaan sang ayah yang tidak bisa adaptasi dengan keadaan di luar negeri, tambahan dua kepala dengan biaya dollar dan keterbatasan keuangan saya, maka saya usulkan agar sang ayah kembali pulang ke Indonesia. Saat inilah kami bersitegang dan �rekening biaya pemeliharaan saya�, dari computer, kendaraan bermotor dan uang perkuliahan kembali dilontarkan. Puji Tuhan, saya enggak ikut-ikutan mengeluarkan kata-kata �sebijaksana seorang ayah�. Walaupun demikian ini sangat berbekas dihati saya dan membuat saya merasa sebagai seorang yang durjana. Tetapi semua itu cuma bisa �dinikmati� dengan lapang dada. Kok dinikmati? Haruslah, sebab kalau disimpan didalam hati bisa menggangu keh!
idupan saya selanjutnya. Apa yang telah digoreskan oleh sang ayah itu terlalu dalam dan mau tidak mau saya harus mengambil keputusan yang tepat bagi diri saya dan keluarga sang ayah. Untuk kali ini saya rasa, diri saya sendirilah yang terpenting untuk diselamatkan walaupun saya harus tutup mata, telinga dan hati jika mendengar berita tidak mengenakan. But anyway, life must go on. Tentu saja untuk melepas segala bayang-bayang dari mereka saya putuskan untuk mengembalikan seluruh ijasah yang saya dapatkan melalui perjuangan mereka, terutama ijasah S1 saya yang mereka banggakan dan percaya bahwa ijasah tersebut adalah kunci �sukses� saya. Dengan keputusan ini, baru kali ini saya merasakan damai dan BEBAS sebagai orang merdeka (sepertinya terkesan gila), walaupun secara mendalam saya sadar bahwa mencari pekerjaan tanpa ijazah dan degree adalah sukar dan hampir tidak mungkin. Tetapi dengan cara ini saya bisa mengatakan kepada mereka bahwa apa yang mereka korbankan untuk membiaya!
i kuliah saya adalah hanya sebagian kecil penunjang kesuksesan!
saya di
masa mendatang. Factor-faktor yang lain seperti kerja keras, semangat belajar dan tidak pantang mundur menurut saya adalah yang terpenting.Sama seperti halnya Marcella (Inggris) dan teman-teman senasib lainnya, tujuan saya untuk menulis bukan untuk menistakan orang tua kami masing-masing, tetapi sebagai teriakan hati kami yang berada pada kebimbangan antara memikirkan masa depan kami sendiri (yang masih jauh dari sukses) dan berbuat bakti kepada orangtua kami (yang sama sekali tidak bisa dipungkiri andilnya). Mudah-mudahan tulisan saya bisa memberikan manfaat bagi teman-teman �senasib� sebagai anak rantauan yang tinggal diluar negeri. Begitu juga untuk para pembaca yang mempunyai peran sebagai orang tua.Note:Zev, tolong e-mail aku dan keberadaanku di rahasiakan ya. Terima kasih.******Anak yg gagal menjadi Juru Selamat
(Nyoman.K)
Dear Zev,
Saya ingin memberikan tanggapan atas Email dari Marcella ( Inggris ) . Sebelumnya saya mohon maaf jika cerita/tanggapan saya kurang menarik . Hubungan orang tua dan anak merupakan sesuatu hal yang sangat manusiawi , ada yang memiliki hubungan yang harmonis ,saling pengertian, ada juga yang memiliki hubungan yang relatif "otoriter" ..Saya sendiri pernah mengalami kejadian seperti yang Marcella kisahkan .. Saya dari keluarga yang broken heart ( ayah saya cerai dengan ibu dan menikah dengan "ibu kedua saya " ) . Dari kecil saya sangat mendambakan kasih sayang dari orang tua baik ayah maupun ibu kedua saya . Tetapi saat saya memasuki usia remaja , tiba2 ibu kandung saya datang ke rumah , dan terjadi keributan,.. dan barulah kusadari bahwa hidup itu tidak indah , tidak seperti yang kuharapkan . Hubungan Orang Tua dan anak yang tidak harmonis lebih disebabkan karena salah satu dari mereka tidak memiliki kesadaran hidup .Kesadaran hidup merupakan sikap introspeksi terhadap perilaku!
diri sendiri dan lingkungan di sekitar kita . Seseorang yang memiliki kesadaran hidup ,dia akan bisa memandang setiap permasalahan dari berbagai sisi dan bisa memahami setiap perilaku orang lain .
Saya harap Marcella berbesar hati dan selalu berhubungan dengan orang tua, bagaimanapun sikap orang tua terhadap kita , berpikir positif bahwa orang tua kurang paham akan keadaan kita karena itu kita harus bisa berbesar hati. Yang bisa Marcella lakukan adalah selalu mendoakan orang tua nya agar diberi kehidupan yang baik, diberi kesadaran hidup ,kebijaksanaan dan kesabaran hati .Satu hal yang pasti segala sesuatu dapat diubah jika kita melakukan dengan tulus hati . Dulu saya sering dimarahin oleh ibu kedua saya, dan beliau selalu diam tidak mau berbicara dengan saya, . . tp saya selalu mengajak bicara dan berusaha melakukan segala sesuatu dengan tulus . Dan hasilnya sekarang ibu kedua saya selalu curhat jika beliau memiliki masalah . Love can change anything .Jika marcella selalu telpon orang tua tiap minggu , maka lakukan hal itu dengan tulus tanpa memikirkan reaksi orang tua . Yang aku bisa lihat bahwa orang tua marcella masih memikirkan marcella, karena mereka menanti2 te!
lpon dari marcella ketika 3 minggu tidak telpon , meskipun pembicaraan mereka itu2 saja . Semoga tanggapan ini dapat membuka pikiran marcella . Jalani hidup dengan tulus, dan selalu jujur . Semoga tanggapan saya dimuat oleh zeverina. Thanks for zeverina .
*****Tuk Marcella(Suci-Prancis)
Dear Marcella, saya tidak tahu apakah model "juru selamat" untuk keluarga hanya ada di Indonesia. Dan yang menarik dari kasusmu adalah keluargamu yg cukup berkecukupan dan ternyata masih merasa kurang, sampai harus menodong anaknya yang menikah dengan bule yang biasa. Saya datang dari keluarga yg jauh dari berkecukupan dan karena itu ketika sebelum selesai kuliah saya sudah bisa cari duit , niat saya memang membantu keluarga, kebetulan juga saya "lumayan awet" hidup sendiri sementara adik kakak sudah duluan merit, tapi saya memang sudah janji , kalau masih sendiri saya "wajib" membantu dan saya bilang ke ortu, yang sudah merit, kalau bisa membantu ya sukur, nggak ya nggak apa apa deh ! Alhamdulillah selama ini saya tidak pernah menganggur dan berapapun gaji saya , dari yang awalnya sedikit sampai agak banyak , selalu saya sisihkan 25 persen untuk keluarga, kadang lebih sesuai kebutuhan dan permintaan dan sering saya tidak tega untuk menjawab tidak !Pokoknya selama saya masih!
sendiri , saya memang berjanji membantu keluarga karena saya sendiri merasa beruntung dengan gaji saya dan kesendirian saya , saya bisa liburan ke Bali, membiayai kuliah adik, sampai membiayai keberangkatan saya ke luar negeri untuk bekerja dan membantu mencicil rumah idaman untuk ortu, dikampung yang asri di Yogya. Sampai akhirnya saya ketemu jodoh bule di Prancis dan tahun lalu kami menikah. Pernikahan berlangsung murah meriah seperti impian saya waktu kecil dengan melibatkan penduduk kampung. Biaya merit ? ternyata dari kiriman teratur yang saya berikan ke ortu setahun terakhir, ada bagian yang masuk celengan, ibu saya cukup pintar mengelola uang dan lumayan cukup untuk biaya merit ala kampung di Yogya, plus urunan dari oom tante dan tentu saja urunan dari suami. Suami bule saya bukan orang kaya, dan kebetulan bukan itu yang saya cari. Ketika mendapat jodoh dia kebetulan saya sudah merasa puas banget hidup sendiri dan "kekurangannya" hanya membangun keluarga.Ketika "akh!
irnya" bertemu jodoh dia dan serius, .... saya pelan pelan men!
coba mem
beri pengertian ke ortu kalau "misi" saya kemungkinan bakal berakhir, saya memang bekerja, namun kontrak kerja saya sebentar lagi berakhir. Saya akan tetap berusaha mencari pekerjaan karena saya terbiasa bekerja selama ini. Suami sangat pengertian dengan masalah ini, dia menyerahkan sepenuhnya kepada saya, karena toh itu duit saya, dan dia tahu sekali keadaan keluarga saya, tapi dari pihak sayapun , saya tekankan ke ortu kalau hidup disini sama sekali tidak murah , apalagi dengan nantinya kehadiran anak plus mencicil rumah dsb. Ibu saya mencoba mengerti keadaan saya. Saya mencoba juga memberi pengertian ke adik bungsu saya untuk mengambil alih "misi" saya. Sebetulnya saya masih belum tega melepas misi saya, tapi saya harus tegas juga, artinya kalau saya bisa, saya bantu, kalau tidak ya mereka harus mengerti. Marcella harus tegas tanpa menyakiti orang tua, meskipun sulit, tapi kita berhak juga menentukan jalan kita sendiri. Kita berikan pengertian ke ortu dan keluarga, tapi k!
alau mereka tidak berusaha mengerti, bukan salah kita kan ? kamu bukan anak durhaka, menurutku, cuma cara berpikir mereka yang kelewatan. Salam.
*******Tanggapan untuk Sekar dan Marcella(Dian Novita-Jakarta)
Dear Zev, saya mau nanggapin soal Sekar dan jarak jauhnya juga soal Marcella dgn ortunya. Untuk Sekar, kalo menurut saya, resep utama pacaran jarak jauh itu ya kepercayaan dan komunikasi. Kalo itu tidak jalan, wah, saya tidak tahu dengan cara apa bisa bertahan. Apalgi sebagai wanita kita sering sekali mencurigai sesuatu, hal-hal kecil, yang dianggap oleh pria adalah hal-hal biasa. Telpon tidak diangkat, pesan tidak dijawab, email tidak dibalas, oleh-oleh tidak dimakan, dsb. bisa bikin kita jadi berpikir yang tidak-tidak. Padahal buat kaum pria itu bukan hal yang harus dilakukan segera, jawab telpon bisa nanti, balas pesan bisa nyusul, jawab email bisa malaman dikit, dsb. Ditambah pacar adalah idola dalam pergaulan, wow hati bisa terus ketar ketir nih, tapi ya memang resiko kan kalo punya barang bagus susah meliharanya. Dulu pacar saya juga seperti itu, trus saya ngambek deh (pura-pura aja sih, kadang beneran juga, ha..ha..) kalo dia ga mau bales sms cepet, ga angkat telpon t!
iap kali saya telpon, akhirnya dia jadi sigap angkat telpon dari saya, jadi sigap bales sms dari saya, ngurangin hang out sama temen2nya, soalnya dia ga mau saya marah (mungkin dia juga ga mau ngadepin saya ngambek, bikin repot dia..he..he..)Tapi dari cara dia ngerespon saya, saya tahu kalo dia mau nyenengin saya, biarpun itu cuma hal sepele.
Pacaran kami sih tidak antar negara, sama-sama di jakarta bedanya dia di timur saya di barat. Ketemu seminggu sekali. Ya, kalo Sekar percaya jangan putus asa dalam menjalin komunikasi, bukan berarti sehari harus sehari 3 kali. Yang penting kualitas bukan kuantitas, Sekar juga harus punya kehidupan sendiri. Jangan terpaku sama dia saja, toh di sana dia juga bergaul dengan teman-temannya. Kalo soal feeling, memang kalo kita punya hubungan dengan orang lain, feeling kita terhadap orang itu berkembang, sebaiknya di asah tp jangan terlalu berpatokan juga. Ya digunakan sebagai kelebihan kita saja.Yang penting percaya sama dia kalau dia ga macem-macem walau jarang telpon, jarang kirim pesan. Soalnya ada kok pria yang memang tidak terlalu mau berkomunikasi, komunikasi ya seperlunya saja. Menyebalkan, tapi mau gimana, memang tipenya seperti itu. Jadi Sekar, tetap bergaul dan tetap lah berbahagia dgn pacar anda.
Untuk Marcella, kalau pendapat saya pribadi sih, enggak ada tuh kesannya kalau kamu tuh anak durhaka. Semua yang kamu lakukan adalah hak kamu (kecuali banting telpon karena emosi itu ya..)sebagai seorang manusia dan individu untuk menentukan bagaimana kamu mau menjalani hidup kamu, untuk meraih kebahagiaan kamu. Orang tua berhak memberi tahu, tapi saya tidak pernah setuju jika orang tua sudah mulai memaki-maki anak. Anak juga manusia yang punya perasaan kan. Anak memang wajib menghormati dan berbakti kepada orang tua, tapi bukan berarti harus memenuhi semua permintaan orang tua. Menikah dengan orang kaya, menurut saya itu sama saja dengan menjual anak karena pada dasarnya yang ingin kaya dan hidup enak (mungkin semacam bayar budi krn mereka sudah cape membesarkan kita, jadi saatnya kita memberi mereka sesuatu) kan orang tua,padahal dengan menikah dengan siapapun yang penting kita hidup bahagia, cukup dan mandiri itu juga seharusnya bisa membahagiakan orang tua. Jadi saran sa!
ya, tetap bersikap biasa, kalau orang tua sudah mulai memaki-maki, silahkan akhiri pembicaraan dengan sopan, daripada kita jadi sakit hati karena diteriaki orang tua. Yang penting semua yanng bisa kita lakukan untuk menghormati dan berbakti dengan orang tua sudah kita lakukan. Jika mereka masih menuntut ya biar saja itu hak orang tua tapi bukan berarti kita harus kabulkan semua, karena kita juga punya keluarga dan kehidupan sendiri yang harus dipikirkan. Dan yang terpenting juga selalu maafkan orang tua kita, anggap saja mereka khilaf, karena mereka juga manusia biasa. Salam..
*******Tanggapan untuk Sekar - Korea - Pacaran Jarak Jauh(Keshia - Jakarta)
Dear Zeverina, saya mau ngasih tanggapan untuk curhatnya Sekar yang lagi pacaran jarak jauh ama cowok di Australia. Saya sih to the point aja ya ... Kalo saya lihat, cowoknya Sekar itu tuh ngga punya niatan serius untuk pacaran sama kamu. Saya kasian melihat Sekar yang rela mengorbankan waktunya selama 6 jam hanya menunggu dia online di messenger ... Logikanya, kalo tuh cowok emang care, dia pasti kasih kabar, either dia bisa online atau ngga. Ngga cuma menghilang begitu saja. Sesibuk2nya dia, masa sih dia ngga bisa kirim sms atau e-mail in less than 5 minutes, saying whether he can contact you or not ? Sekar, saya sarankan supaya kamu berhati-hati dalam membina hubungan dengan cowok melalui internet, apalagi kalo jaraknya jauh. Orang bisa memalsukan profil dirinya di internet (yg jelek ngaku2 cakep, yg bodo bisa ngaku2 pinter, yg kere bisa ngaku2 kaya, dsb). Don�t get carried away easily. Akan lebih baik kalo kamu bisa ketemu sama orangnya in person, jadi ngga cuma sekedar !
telepon atau chatting via messenger. Ok deh, segini dulu tanggapan dari saya. Mohon maaf kalo ada kata2 yang ngga berkenan. Zev, makasih ya kalo surat saya ini bisa dimuat. Please keep my e-mail address for you only.
*****Tanggapan untuk Sekar di Korea(Susan-Amerika)
Zeverina, terima kasih atas kesediaanmemuat tulisan-tulisan saya dan mohon maaf bila ada kata-kata yang tidak berkenan. Membaca kisah pacaran jarak jauh dari Sekar, saya sekedar memberikan input yang mungkin dapat membantu Anda. Pengalaman saya yang pernah pacaran dari jarak jauh (Indonesia - Amerika) adalah yang terpenting bawa dalam doa dan biarlah Tuhan yang membimbing dan menunjukkan apa yang terbaik menurut kehendakNYA dan BUKAN menurut kehendak diri sendiri. Saya mengenal suami melalui internet dengan jangka waktu cukup lama, sekitar 2 tahun dan baru berani bertemu kemudian. Memang banyak pria yang ngobral bermulut manis dan harus super hati-hati dengan mereka-mereka ini. Saya juga mengetahui, bahwa pria itu tidak sudak di "Push" dan saya jalani pertemanan ini dengan apa adanya, seperti mengikuti air yang mengalir dengan tenang. Biarlah memulai semua hanya sebagai teman dan jangan terlalu mengharapkan yang berlebihan karena kelak akan kecewa bila harapan itu tidak sesu!
ai dengan kenyataan.Dari berteman dan kemudian bertemu dan menjalin persahabatan. Seseorang yang benar-benar serius mencintai, akan berkorban dengan cara apapun untuk bertemu dengan yang dicintainya, setelah cukup lama berkomunikasi. Bila selalu memakai alasan, super sibuk dan tidak ada waktu untuk bertemu face to face, berhati-hatilah. Ybs akan bercerita terus-terang mengenai keluarga dan teman-temannya. Dia tidak akan segan mengenalkan Anda kepada teman-temannya dan keluarganya. Bila ybs seolah menyembunyikan Anda dari teman-teman atau keluarganya, berhati-hatilah. Saya sendiri memulainya tanpa mengharap yang berlebihan, yah sekedar berteman dahulu. Bersyukur Tuhan telah menunjukkan jalanNYA dan kami telah menikah di atas 4 tahun dengan penuh lika-likunya yang dapat dijalani bersama dengan bimbinganNYA senantiasa. Tidak mudah melakukan semuanya ini, namun bersamaNYA semua dapat dilakukan dengan baik.Diharap input ini dapat membantu rasa bingung dari Sekar.
Tanggapan untuk Marcella: Sungguh terenyuh saya membaca kehidupan Marcella yang dibesarkan di tengah keluarga yang cukup berada. Menurut saya pribadi, Marcella tidak bersalah untuk menikah dengan orang yang mengasihi Marcella dan menikah dengan Marcella bukan karena harta ataupun kedudukan. Ortu dari Marcella kelihatan masih sangat materialistik dan meninjau kesuksesan pernikahan adalah dinilai dengan harta dunia. Bawalah senantiasa dalam doa, agar Tuhan menyentuh hati mereka dan menyadarkan bahwa kebahagiaan itu tidak bisa dinilai dengan harta dunia. Bersabarlah dalam menghadapi mereka ini dan saya tahu ini memang tidak mudah. Namun bersamaNYA, semua ini dapat dilakukakan untuk kebaikan. Sebaiknya untuk sementara tidak berkomunikasi dahulu dengan ortu dan memang ini terasa sangat sulit. Marcella bisa berkomunikasi dengan/melalui saudara sekandung yang mau menerima kondisi Marcella. Yang penting sekarang, adalah pupuk rumah tangga dengan baik dan biarlah mereka menilai bahwa!
kebahagiaan itu bukan dinilai dengan materi. Salam sejahtera.
*******Tanggapan untuk Sekar-korea(Via-Amerika)
Dear Zev, aku cuma mau menanggapi suratnya Sekar - Korea mengenai pacaran jarak jauh. Cuma mau share cerita aja ;) harap dapat di petik hikmahnya. Dulu aku tinggal di Jakarta - (keturunan chinese), Doi tinggal di USA- caucasian, basically gue dulu juga kayak sekar, pacaran jarak jauh. Pulang kantor buru-buru, nungguin doi online ;) Sometimes I called him, email him, or maybe sms him. Kita kenalan lewat internet, pacaran jarak jauh, most of the time email and yahoo / msn messanger, we can talk berjam-jam, kira-kira 3 bulanan pacaran jarak jauh cuma lihat foto, kita plan to meet face to face, 6 months later dari pertama kali kenalan kita ketemuan di jakarta. Pertama kali ketemu dia aku sudah bisa menilai dia betul2 serius dengan aku, bukan type playboy, bukan orang yang suka mengubar janji. setelah ketemuan kita mulai susun masa depan, plan for our future, basically I have to move to usa consider of his job, dia Dr. Specialist. dan aku sendiri executive di sebuah perusahaan te!
rnama di jakarta. Sekarang kita sudah married, bahagia and penuh harapan menyongsong hari esok yang penuh kebahagiaan buat kami berdua. Bagi teman-teman yang juga pacaran jarak jauh, your feeling can tell for sure..... that man you dated, is seriously or just bullshit. memang pacaran jarak jauh tidaklah mudah, apalagi menemukan seseorang lewat internet. Yang perlu kamu lakukan adalah menyelidikinya lebih dalam, penuh hati2 & penuh pertimbangan dalam bertindak. Aku cuma bisa bilang.... aku ini beruntung.... ;) sudah menemukan pasangan hidupku, tempat aku berlabuh, mungkin pelabuhan buat hatiku nun jauh di USA, jauh dari keluarga, at least I have somebody to share my life now ;) starting our very happy life. Good luck buat semua yang pacaran jarak jauh lewat internet, semoga menemukan kebahagiaan seperti kami. Via
******Tanggapan untuk Marcella di Inggris (Yonika, Vancouver, Canada)
Hallo, saya cuma mau bilang sama Marcella...nobody deserves that kind of treatment from anybody, including their own parents. You are much better off in England and to cut off all connections with your parents. Toh mereka hidupnya berkecukupan dll, it�s not like they�re gonna starve to death if you don�t send them money. Kalo mereka masih sebel2 terus, well, yang dosa mereka.I don�t think ur Malin Kundang at all, I understand how hard it must be being a newly married couple in a foreign country. Perhaps your parents don�t really understand what life is like overseas. Mungkin mereka pikir otomatis karena u and ur husband tinggal di England, ur kaya. Keliatannya u�ve tried to explain that to them, but since they won�t understand, as i said before, just don�t talk to them anymore. Thanks.
******Pengalaman cinta(Melanie Howard-Amerika)
Hallo, saya mau ngasi tanggapan untuk beberapa orang nihhhh... semoga aja membantu.
Untuk Sekar di Korea yg sedang berpacaran jarak jauh, apa Sekar udah coba ngomong sama pacar yang di Australia itu? Maksudnya, komunikasikan apa yang mengganjal di hati anda, jadi kalo misalnya chatting atau ngobrol di telpon jangan hanya ngobrol tentang ngapain hari ini, weather bagaimana, dll dll... Communication is more important than conversation. Coba aja bilang baik2x bahwa kalau sudah berjanji, tolong usahakan untuk ditepati. Logikanya, kalau dia benar2x menganggap Sekar orang pertama di hatinya dan ingin serius seperti yang dia bilang, mengapa dia tidak serius dengan janji-janji yang dia buat? Emangnya enak nungguin 6 jam di komputer sampe mata sakit? Ehehehe.... Kalau promise untuk chatting yang simple aja sulit untuk ditepati, bagaimana dengan promisenya untuk "serius"? Bisakah dipegang kata-katanya? Kita kan menilai orang lebih ke tingkah lakunya daripada kata-kata belaka... iya khan? Gampangnya sih... kalau tidak yakin bisa menepati janji, sebaiknya jangan membua!
t janji gituhhh...
Memang inner voice yang Sekar suka dengar itu kadang benar juga, misalnya inner voice yang bilang "Let�s go home, he�s online now..." Tapi inner voice yang ini, saran saya, jangan dijadikan patokan untuk memutuskan apakah Sekar sebaiknya melanjutkan hubungan dengannya. Sekarang ini, coba deh ngomong dulu sama doi tentang promise2x tersebut, liat aja dia bisa nggak menepatinya? Misalnya dia berubah... ehehhee... good for you!!! :) Tapi kalau ternyata masih begitu juga, yah mungkin harus diconsider lagi hubungannya....? Dulu saya sama suami saya juga pacaran jarak jauh, untungnya masih sama2x di US sih, jadi telpon nggak begitu masalah. Memang ada beberapa hari kami tidak bisa telponan karena satu dan lain hal, tapi yang saya nilai saat itu apakah dia bisa menepati janji yang dia buat? Kalau dia bilang hari ini mau telpon siang2x, well he better call kalo enggak saya akan tanya kenapa nggak telpon? Kalau alasannya memang sesuatu yang mendadak & tidak bisa dihindari ya saya!
maklum, tapi kalau alasannya sibuk meeting, harus ini harus itu... ya saya tanya lha kenapa kemaren bikin janji mo telpon siang? Kan kemarin waktu bikin janji itu dia tau kalau besok siang akan ada meeting...? Pokoknya ngomongnya baik2x lah, Sekar, jangan emosi... Terus untuk Neng di Jakarta, aduh.... terus terang saya nggak sadar sampai menitikkan air mata juga membaca kisah Neng. Dari itu semua, sepertinya Neng sudah belajar dari pengalaman pahit yah, Neng belajar bahwa jangan pernah mengharapkan seseorang berubah hanya karena hadirnya anak atau ikatan perkawinan. What you see is what you get... memang pahit, tapi itulah hidup. Tabah saja, bersyukurlah bahwa Neng masih punya orangtua dan keluarga yang mau mendengarkan masalah2x Neng dan menerima Neng apa adanya. Ingatlah kalau Tuhan tidak pernah memberikan persoalan pada kita melebihi batas kemampuan kita. Dia nggak pernah meninggalkan kita walaupun ada saat2x dimana kita merasa dia sedang berpaling & melupakan kita.!
.. justru di saat2x seperti ini iman Neng diuji. Yang penting,!
coba aj
a lakuin menurut hati nurani Neng... kalau Neng merasa bahwa sebaiknya bercerai dan itu tidak dilarang oleh agama Neng, ya bercerailah.... daripada terus dipertahankan?Saat Neng berusaha mati-matian mempertahankan perkawinan karena ingin anak tumbuh dengan seorang ayah, apakah ayah yg seperti suami Neng bisa menjadi ayah yang baik? Memang mungkin kelihatannya baik dari luar, keluarga utuh dengan ayah ibu anak, tapi mungkin banget loh justru jadi pengaruh tidak baik untuk anak, apalagi kalau ayahnya tidak malu untuk menggoda cewek lain di depannya. Kan Neng tidak ingin anak Neng tumbuh jadi seperti itu kan?... Takutnya, anak Neng tumbuh jadi seseorang yang tidak menghargai wanita atau merasa bahwa hak wanita selalu lebih rendah daripada pria karena melihat pria (ayahnya) selalu mendapatkan semua yang diinginkannya dengan menyakiti istri dan anaknya.Saya cerita pengalaman mama saya yah.... pernah papa saya nyeleweng dengan sekretarisnya di Jakarta. Waktu itu saya masih kecil &!
amp; belum ngerti apa2x... yg saya ingat, tante sekretaris itu suka ngasi saya boneka. Waktu mama saya tau, hatinya hancur sekali, rasanya ingin mati saja... tapi beliau mati-matian mempertahankan, yah karena ajaran agama saya tidak memperbolehkan adanya perceraian sih... jadi cuma itu satu2xnya pegangan mama saya. Di saat2x kehancurannya, mama saya makin dekat dengan Tuhan dan percaya bahwa walaupun kita bersuami, kita harus selalu menempatkan Tuhan nomor satu di hatinya dan mama saya belajar untuk berharap hanya pada Tuhan, bukan pada manusia di dunia lagi, walaupun itu suaminya sendiri. Pelan2x mama saya mulai bisa berdamai dengan dirinya dan menyerahkan semua persoalannya pada Tuhan. Dia pasrah dan berusaha melakukan yang terbaik, sisanya terserah Tuhan. Akhirnya papa saya stop sendiri dan sekarang malah aktif di lingkungan keagamaan,... and my mom has never been happier! Bagaimana akhirnya papa saya bisa stop, itu ada cerita lain lagi.... Tuhan bekerja dengan caranya s!
endiri.Akhirnya sih saya berkesimpulan bahwa setiap masalah ya!
ng kita
hadapi itu pasti dimaksudnya untuk kebaikkan kita sendiri, entah supaya kita lebih mendekatkan diri pada Tuhan, atau supaya kita menjadi pribadi yg lebih baik. Orang yang hidupnya enak terus tanpa masalah hidup biasanya cenderung jadi sombong dan tidak peka.... dan orang yang berlumur duka biasanya hatinya lebih sensitive dan peduli pada perasaan orang lain. Pendeknya, untuk jadi sombong itu kan nggak usah belajar... untuk jadi orang yang humble dan peka itu yang perlu belajar dan pengalaman kan?...Untuk selanjutnya dalam menjalin hubungan, semoga Neng tidak mengulangi kesalahan yang sama. Kenali calon suami Neng baik2x, lihatlah dia sehari2x dalam bersikap, gimana dia terhadap ortunya, apakah dia menghargai wanita, mau mengerjakan tugas rumah tangga kalau Neng sakit apa nggak, dan yg jelas sih, jangan mau kalau dia bilang "Saya MUNGKIN cinta sama Neng..." Terus, Neng juga harus respect diri Neng sendiri, trust that you deserve the best husband for yourself! Memang kemampuan!
untuk meminta maaf itu perlu, tapi kalau bisa jangan sampai Neng mengemis2x cinta lagi, apalagi sampai menyembah2x suami segala... bukan jamannya lagi! Kalau Neng ingin dihargai, carilah pacar yang menghargai Neng dari awal, find the man who treats you like a lady! Neng kan seorang wanita yang layak dihargai sebagai istri, bukan sebagai pembantu.Semoga Neng berhasil, saya bantu doakan dari jauh. Yakinlah, Tuhan nggak pernah berpaling dari Neng, Dia melihat & menampung setiap tetesan air mata yang jatuh. Biarlah suami Neng pergi dengan bekas pacarnya kalau memang itu kehendaknya (apakah agama Neng memperbolehkan perceraian?), yang penting Neng selalu ingat berbuat yang benar, ingat karma loh... what goes around comes around. Kalau kita menabur kebaikkan, pada akhirnya juga kebaikkan yang akan kita tuai di hari tua. Semoga Tuhan mengabulkan doa Neng.
******Tanggapan u Sekar di Korea(aa-Boston)
Hallo Zev,Akhirnya saya ikutan nulis juga nih, setelah lama mengikuti terus rubriknya kamu dr awal. Tolong nama dan email saya jgn ditulis yahh... Saya pingin nanggapin suratnya Sekar dari Korea. Kebetulan saya dulu punya kisah agak-agak mirip. Saya dulu jg punya pacar orang Malaysia, saya tinggal di Jakarta, kenal juga lewat internet, memang sih Malaysia engga jauh kalo dibandingkan Korea-OZ, tapi pacar saya ini juga orangnya keren, populer, kaya dan sibuk banget, sehingga seperti Sekar, saya rasanya bangga banget jadi pacarnya, teman2 sekantor sering iri, karena tiba2 saya dapat kiriman tiket pulang pergi hanya untuk makan siang bersama, atau dapat hadiah tas bermerk yg harganya berjuta2... tapi disamping itu saya juga sering sedih karena tidak tahu dia ada dimana dan sering menanti2 teleponnya atau email/SMS nya yg tak kunjung datang, karena ya itu dia super sibuk dgn kerjaannya. Akhirnya setelah saya pikir matang2, dengan amat sangat berat hati saya putuskan untuk mengak!
hiri hubungan saya dgnnya, karena setelah ditimbang2 kok saya lebih banyak sedihnya, ngerasa seperti ditelantarkan, dibandingkan dgn rasa senang dan bangga saya. Rasanya bukan itu yg saya cari untuk pasangan hidup saya.
Teman2, juga beberapa family saya banyak yg menyalahkan saya atau bahkan ada yg mengatai saya goblok. Untungnya ayah & kakak2 saya mendukung saya dalam mengambil keputusan sulit ini, mereka bilang yg terpenting kamu ngerasa bahagia dan tentram. Sekarang saya sudah menikah selama 4th dan merasa sangat bahagia. Suami saya ini (juga ketemu di Internet) orangnya sederhana, tidak kaya, walau juga tidak miskin, yah boleh dibilang biasa2 aja, karirnya juga, tapi dia sangat perhatian dan dia bilang,kalau saya lebih penting dibandingkan kerjaan atau teman2nya, dan itu dia buktikan dgn perbuatan jadi bukan hanya kata2 manis dia saja lhoo, karena saya sering merasakannya. Nah, Sekar, semoga kamu bisa melihat pengalaman saya ini, sebagai perbandingan, sehingga bisa memutuskan yg terbaik buat kamu, demi kebahagiaan kamu. Karena hanya kamu sendiri yg tau yg terbaik untuk kamu. Benar2 dengarkan kata hati yg paling dalam, bukan kata2 yg kamu "ingin" dengar. Memang awalnya sulit untuk me!
mbedakannya. Ok, semoga sukses! dan untuk Zeverina, terima kasih atas dimuatnya surat saya ini (kalo dimuat, he he hee..). ******Tanggapan surat Marcella(John C-Amerika)
Dear Zeverina, saya mau nanggapin surat Marcella dari Inggris yang katanya di anggap malin kundang. Untuk Marcella, saya kaget loh baca cerita kamu. orang tua sepertinya membesarkan anak hanya untuk investasi. Sejak kecil saya dipesan sama orang tua, kamu harus sekolah yang bener dari sekarang biar nanti hidupnya ga susah, kami (ortu saya) ga nuntut apapun, yang penting hidup kamu sukses. sering sekali kata itu terdengar, lalu apapun yang saya butuhkan asal untuk pendidikan pasti dipenuhi, kebetulan saya lagi belajar di USA. Saran saya, STOP kirim uang sekarang juga I mean it, stop detik ini juga lunasi semua utang, mulai bangun keadaan ekonomi. kita ga bakal bisa sukses kalo utang masih numpuk. nanti urusan kirim2 uang ke ortu setelah sukses aja (5 taun lagi? 10 taun lagi? who cares) ga sayang hidup disia siain buat kirim duit ke ortu? beda kalo ortu kita orang ga punya, uda kewajiban kita untuk support. saran saya juga mending stop deh telepon ke ortu kalo tiap telpon cuma!
n di maki2, kirim surat aja lebih enak :) Thanks Zev.
***************************
Wah nggak muat, sambung besoklah...Kirimkan cerita Anda via email: zeverina@kompas.com<
No comments:
Post a Comment