Cari Berita berita lama

Anak Makan Tanah? - 27/01/2006, 07:17 WIB - KOMPAS Cyber Media - Kesehatan

Jumat, 27 Januari 2006.


Anak Makan Tanah?

Jakarta, Jum'at
Kirim Teman | Print Artikel
Main pasir sih boleh-boleh saja, asal jangan dimakan
Berita Terkait:
- Perlukah Anak Mendapat Hukuman Badan?
- Waspadai Jajanan Anak di Sekolah
- 10 Ulah Menjengkelkan Si Kecil
Pada fase oral, bayi sering memasukkan aneka benda ke dalam mulutnya sebagai bagian dari eksplorasinya terhadap sesuatu. Namun, bila yang masuk mulut berupa tanah liat atau pasir, dan terus berlanjut hingga di atas usia dua tahun, orangtua perlu waspada. Jangan sampai anak mengalami pika.
Menurut Dr. Stephanus J. Saumili, Sp.A, dokter anak dari Klinik Anakku Jakarta, pika merupakan perilaku mengonsumsi makanan nonutritif atau tidak bergizi seperti pasir, rumput, tanah liat, cat, pasir, penghapus pensil, dan lain-lain.
Pada bayi usia tertentu, hal ini normal terjadi. Tindakan memakan benda-benda yang dijumpainya merupakan bagian dari eksplorasinya untuk fase oral. Hampir serupa dengan kebiasaan anak-anak mengisap jempol, botol, atau ujung bantal.
Kebiasaan tersebut lazimnya akan hilang dengan bertambahnya usia. Namun, pada beberapa anak, kondisi tersebut bisa menetap hingga anak beranjak remaja bahkan dewasa.
Umumnya anak dengan kebiasaan tersebut mempunyai masalah dengan disiplin, tidak bisa diatur, dan suka mengamuk (tantrum) seperti membenturkan kepala ke tembok saat marah.
Retardasi Mental
Kebiasaan memasukkan benda-benda ke mulut ini perlu diamati lebih jauh bila dilakukan secara berulang dan kronis, setidaknya satu bulan atau lebih, dan terjadi pada anak usia di atas 2 tahun. Sebab, perilaku tersebut tak sesuai dengan perkembangan dan tidak wajar untuk anak seusianya. Kalau hanya sekali saja, tentu tidak dikategorikan sebagai pika.
Umumnya perilaku ini terjadi pada anak dengan keterbelakangan mental. �Lebih sering dijumpai pada anak dengan autisme ataupun kelainan tingkah laku seperti pada sindroma kleine-levin,� ujar dokter anak lulusan Santo Thomas University Hospital, Manila, Filipina ini.
Angka kejadian pika pada anak-anak tidak diketahui secara pasti karena gangguan ini kerap tidak dikenali dan dilaporkan. Di antara anak dengan keterbelakangan mental, pika menjadi gangguan yang paling sering dijumpai. Pada mereka, risiko terjadinya maupun keparahan pika akan meningkat sejalan dengan meningkatnya keparahan gangguan retardasi mental itu.
Sayangnya, kadang orangtua tidak menyadari anaknya mengalami gangguan pika. Faktor tersebut, dikatakan Dr. Stephanus, bisa disebabkan kurang asuh, kurang perhatian, maupun mengonsumsi makanan yang salah. Itu sebabnya, pika biasanya terjadi pada anak dari golongan ekonomi yang lemah ataupun disorganisasi keluarga.
Penyebab Belum Jelas
Apa yang menjadi penyebab pika, masih belum jelas. Dr. Stephanus menduga, �Ada masalah psikologis dalam keluarga tersebut, sehingga anak mengalami pika.� Anak yang diasuh dengan baik oleh orangtuanya tentu tidak akan mengalami hal tersebut karena mereka pasti diajari mengonsumsi makanan yang benar dan baik.
Pika terjadi di seluruh penjuru dunia, antara lain Afrika Selatan, India, Jamaika, dan beberapa negara lain. Di sejumlah negara tertentu, seperti Uganda, tanah justru dijual untuk tujuan dimakan. Geophagia (makan tanah) merupakan bentuk pika yang paling banyak ditemui.
Pika disebut sebagai gangguan perilaku yang cukup serius karena secara signifikan bisa menimbulkan masalah medis. Dijelaskan oleh Dr. Stephanus, anak-anak dengan pika berisiko tinggi terhadap keracunan bahan kimia, kekurangan zat besi, komplikasi saluran pencernaan, maupun terjadinya infeksi cacing dan parasit.
Keracunan timah termasuk jenis keracunan yang sering dihubungkan dengan pika, terutama pada anak yang suka memakan serpihan cat dari dinding. Walau manifestasi secara fisik tidak spesifik terlihat, gejala sakit kepala dan tidak dimilikinya koordinasi yang baik, bisa mengindikasikan terjadinya keracunan timah pada anak.
Infeksi yang bisa terjadi pada anak dengan pika adalah infeksi parasit maupun cacing. Keadaan ini terutama terjadi bila anak gemar makan tanah dan tanah liat. Gejala fisik yang ditemui bisa bervariasi, mulai dari demam, batuk, encephalitis, hingga kehilangan penglihatan akibat infeksi parasit.
Wanita Hamil
Gangguan lain yang juga bisa dialami akibat pika adalah masalah terhadap saluran cerna. Gangguan tersebut terjadi, terutama bila jenis bahan yang dimakan tidak mudah dicerna oleh sistem pencernaan seperti konsumsi rambut, kain, dan lain-lain.
Bisa pula terjadi luka pada saluran cerna akibat konsumsi benda-benda yang bisa menyangkut atau bisa menghambat pada saluran cerna. Kematian bisa terjadi bila anak makan bahan beracun, terkontaminasi timah, atau bahan tersebut membentuk massa yang tidak bisa dicerna. Bukan hanya saluran pencernaan, gigi pun bisa rusak kalau makanan yang dimakan tergolong dalam benda keras.
Pika tidak hanya dialami oleh anak-anak. Wanita hamil pada suku tertentu memakan tanah liat untuk mengurangi rasa mual.
Namun, perilaku memakan tanah ini akan berubah pada sebagian wanita hamil, ketika mereka diberi terapi untuk mengatasi anemia akibat kekurangan zat besi. Bila wanita hamil tersebut tidak merespon secara baik saat kekurangan zat besi tersebut dikoreksi, bisa jadi karena pika merupakan gangguan perilaku yang sudah lama terjadi.
Gangguan pika bisa diatasi melalui terapi tingkah laku, baik pada orangtua maupun anak. Kalau gangguan pika disebabkan oleh masalah psikologis, tentu diperlukan bantuan dari psikolog. Itu sebabnya, penanganan pika ini terdiri dari beberapa disiplin ilmu.
Anak-anak dengan retardasi mental harus mendapat pengawasan ketat. Sedapat mungkin mereka dijauhkan dari bahan-bahan nongizi yang memungkinkan untuk dimasukkan ke dalam mulut.
*****
Pertanda Anak Mengalami Pika
Ada beberapa tanda yang bisa mengindikasikan anak mengalami pika
Anak makan terus menerus sesuatu yang bukan makanan, sekurangnya selama satu bulan.
Usia anak saat perilaku tersebut terjadi lebih dari 18-24 bulan
Perilaku tersebut bukan merupakan bagian dari ritual budaya, etnis, atau agama. Jika menjadi bagian dari ritual, umumnya tidak berlangsung terus menerus.
*****
Geophagia: makan tanah atau tanah hat.Pagophagia: makan es atau bunga es.Amylophagia: makan tepung untuk laundry ataupun tepung jagung.

No comments:

Post a Comment