Cari Berita berita lama

Republika - Sebagian Besar Sapi Derita Diare Ganas

Jumat, 23 Maret 2007.

Sebagian Besar Sapi Derita Diare Ganas












YOGYAKARTA - Guru besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Prof drh HR Wasito MSc PhD mengatakan, harus ada perbaikan kesehatan ruminansia terutama sapi perah. Karena, ditemukan diare ganas atau bovine viral diarrhea virus (BVDV) nonsitopatik pada sebagian besar sapi perah di Indonesia. Menurutnya, sekitar 70 persen sampai 90 persen sapi yang ada di sentra-sentra peternakan sapi perah di Indonesia, sekitar 70-90 persen menderita penyakit BVDV non sitopatik. Sedangkan sapi potong yang menderita BVDV sekitar 8 persen sampai 13 persen. Penelitian tersebut dilakukan oleh tiga pakar di bidang kedokteran hewan yaitu Prof Hastari dan Prof Wasito dari UGM serta Prof Roger K Maes dari Michigan State University), sekitar 11 tahun (1988/1989-1999). ''Saat ini presentase sapi yang menderita BVDV masih seperti itu. Bahkan kemungkinan lebih banyak. Karena tidak pernah ada usaha-usaha untuk mendiagnosis ataupun mencegah terjadinya penyakit BVDV,'' kata Prof Wasito. BVDV inilah yang me!
latarbelakangi penyakit pada sapi yang ada di Indonesia. Sehingga, banyak timbul penyakit lain pada sapi, seperti TBC, brucellosis, anthraks, penyakit cacing, penyakit mulut dan kuku. Sapi yang di dalam tubuhnya ada BVDV nonsitopatik, meskipun tampak normal sehat, tetapi hewan tersebut sifatnya imunosupresif (kekebalannya tertekan) dan mudah terkena infeksi sekunder. Karena, di dalam tubuhnya tidak mampu membentuk antibodi dengan baik untuk melawan penyakit yang masuk. Artinya, kalau ada infeksi yang lain, sapi tersebut akan mudah terkena penyakit. Selain itu, produktivitas sapi yang menderita BVDV juga menurun. Kalau sapi yang menderita BVDV non sitopatik tidak dimatikan, maka bisa menularkan ke sapi-sapi yang lain. Karena itu, seharusnya salah satu program pemerintah adalah membebaskan sapi yang ada di Indonesia dari diare ganas nonsitopatik. Kalau hal itu tidak dilakukan di Indonesia, produk susu maupun daging dari Indonesia terbatas sehingga akan tergantung dari luar !
negeri. Sebetulnya, katanya, untuk pencegahan diare ganas ter!
sebut ad
a vaksinnya. Tetapi, harus diketahui apakah isolat vaksin diare ganas itu berbeda tidak dengan isolat diare ganas pada sapi yang ada di Indonesia. ''Ternyata setelah kami ce, isolat vaksin itu berbeda dengan isolat BVDV nonsitopatik yang ada di Indonesia,'' ujarnya. Isolat diare ganas pada sapi yang ditemukan adalah isolat lokal Indonesia yang berbeda dengan isolat vaksin dan isolat BVDV dari luar negeri (bank gen seperti Eropa, Amerika, dan lain-lain). ''Sehingga kami berkesimpulan isolat BVDV nonsitopatik ini adalah isolat asli Indonesia atau isolat lokal. Setelah tahu itu, maka kami cari virus isolat asli Indonesia yang imunogenik protektif, yang mampu melindungi ribuan virus diare ganas yang ada di Indonesia dan kami ambil satu saja,'' katanya. n nri
( )

No comments:

Post a Comment