Minggu, 14 Januari 2007.
Sajak-sajak Amdai Yanti Siregar
AKU CEMBURU aku cemburu melihat caramu bercinta ingin rasanya aku menyeruak ke dalam tidurmu di sisi gugusan bintang ingin ku berbaring, bercinta bersama sampai lelah dan putus asa biarlah cinta menghanguskan dada asal tak kurang rasa syukur pada kemanusiaan kita yang selalu merasa kurang saja biarpun telah mendapatkan segala aku cemburu melihat caramu bercinta separuh hidupku tumpah di jalanan kau berpeluh bersama lumpur zikrullah mabuk dalam anggur gelas kosong yang bercahaya tapi aku tak mampu memandang rupanya mungkin harus dari sini aku berjalan dari titik mula aku dilahirkan sehabis lelah mencari hakikat makrifat kau asyik-masyuk dalam maqam kewalian aku telah menarik gamismu sobek di belakang! 1993-2005 BOCAH-BOCAH KECIL bocah-bocah kecil dengan sayap kupu-kupu beterbangan mengelilingiku berkisah tentang nasib mereka di atas kloset duduk di sebuah klinik swasta yang bernama gelap mata ibu mereka bernama cinta berbapakkan kasih sayang nafsu dan kebiadaban aib ya!
ng memalukan mereka hendak dituntaskan tanpa pengadilan menjelmalah kupu-kupu terbang dalam terangnya matahari kupandu kau bertemu ayah ibu betapa penyesalan memenuhi dada mereka selalu aku bisa pastikan itu! Tengarang, 2005 HUTANG : buat Jurkam Pilkada Banten rinduku pada bait-baitmu mengantarku pada hutang baru pada cita-cita yang kandas pada buhul yang terlepas jikalau aku tak sempat mungkin kau dapat amanat itu bikin tidurmu tak nyenyak bom waktu yang sewaktu-waktu meledak bagai buah simalakama, atau buah khuldi sama-sama menyimpan duri janji-janji berbungkus permen cokelat yang memaksa pilihanmu pada rakyat! banyak garam terbuang ke laut ketika pemilihan berlangsung milik maling dengan dada membusung kau jilati keringatku yang telah kering sisanya untuk sup anak dan cucu agar nampak ringan di lidah mereka itu kau bubuhi label nama agama tertentu apakah ada bedanya sekarang pembangunan hanya pentingkan pemenang modal yang dikeluarkan harus berbalas untung kebijakan usan!
g pun diusung yang hanya meninggalkan hutang menggunung dan ra!
kyat jug
a yang akan menanggung Tangerang, 2006 Amdai Yanti Siregar, atau Badai Muth Siregar, adalah alumnus IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (kini UIN Jakarta). Ia mulai menulis puisi sejak duduk di SMAN 8 Jakarta. Sajak-sajak dipublikasikan di beberapa media massa, seperti Republika, dan terkumpul dalam beberapa antologi puisi, seperti Surat Putih 1, Surat Putih 2, Surat Putih 3, Negeri Terluka, dan Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia. Ia mendirikan Risalah Badai untuk menampung karya-karya kaum perempuan. Kini aktif di Komunitas Sastra Indonesia (KSI) dan melanjutkan studi pasca-sarjana di Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
( )
No comments:
Post a Comment