Cari Berita berita lama

Republika - Nahkoda KMP Senopati Shock

Senin, 8 Januari 2007.

Nahkoda KMP Senopati Shock






Dia menyaksikan bocah tewas dalam pelukannya.





SURABAYA -- Wiratno, nahkoda KMP Senopati Nusantara, mengalami shock berat. Sebab, menyaksikan seorang bocah kecil yang berusaha ia selamatkan, tewas di pelukannya setelah kapal tenggelam. Hal itu dijelaskan Kol (purn) Iman Santoso, psikiater Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) dr Ramelan, Surabaya, Jawa Timur, yang menanganinya. Untuk berkomunikasi, Wiratno masih mengalami masalah. Begitupula saat diajak bicra oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang siang kemarin menjenguknya di ruang pavilliun I RSAL dr Ramelan. ''Tidak seperti korban penumpang lain yang mungin merasa senang didatangi Wapres, Wiratno berbeda. Dia justeru merasa tertekan dengan kedatangan para pejabat ini. Tadi Bapak Wapres sempat menanyakan perihal kehidupan pribadinya, seperti bagaimana tentang keluarganya, pekerjaannya, perasaannya selama ini. Tapi jawabannya, Anda bisa tahu sendiri kalau orang dalam keadaan seperti itu, bukan?'' tutur Iman. Setelah kejadian itu, menurut Iman, Wiratno mengalami gonc!
angan jiwa. Apalagi ia melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana hiruk- pikuk, teriakan histeris minta tolong, dan kekacauan saat kapal mulai miring dan akhirnya tenggelam di perairan Laut Jawa. ''Siapapun orangnya, yang mengalami kejadian yang sangat mengguncangkan jiwa seperti ini, pasti tidak akan kuat. Demikian pula Wiratno. Dia sangat terguncang karena posisinya sebagai nahkoda kapal yang bertanggungjawab atas keselamatan seluruh penumpang,'' ujar Imam. Bagaimana nasib bocah kecil yang tewas dalam pelukannya itu, Iman tidak mengetahui lagi kelanjutannya. Kemungkinan besar karena sudah tidak bisa bertahan, ia melepaskan mayat bocah itu. Hal inilah yang membuat Wiratno tambah terguncang. Diperkirakan, sedikitnya butuh waktu dua minggu untuk masa pemulihan (recovery) mental Wiratno. ''Masalah kejiwaan sangat individual. Ketahanan masing-masing orang berbeda satu sama lain. Bisa saja dalam dua minggu atau bahkan lebih dia baru bisa stabil,'' kata Imam. Ia minta agar!
semua pihak bersabar dan membantu dengan tidak menekannya. Sa!
mpai kin
i, kata Iman, Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang sangat membutuhkan keterangannya juga belum bisa mewawancarainya. ''Percuma saja jika diwawancarai sekarang. Nanti bisa-bisa jawabannya bias,'' ucap Imam. KM Mega Top terdampar Sementara itu, akibat gelombang besar, sebuah kapal motor (KM) Mega Top III asal Bengkulu, terdampar di perairan Teluk Lampung. Hingga Ahad (7/1), kapal naas itu berhasil disandarkan di pelabuhan kapal nelayan Pusat Pelelangan Ikan (PPI), Lempasing, Bandar Lampung. KM Mega Top membawa 28 anak buah kapal (ABK), semuanya ditemukan dalam kondisi selamat. Mereka berangkat dari Bengkulu pada 29 Desember 2006 untuk mencari ikan. Selama dua malam di laut, mereka diterpa gelombang besar di sekitar Pulau Enggano. ''Ombaknya sampai tiga meter,'' kata Yanto, salah seorang ABK KM Mega Top III. Awak KM Mega Top terpaksa menghentikan aktivitas mencari ikan. Mereka berusaha mencari informasi di Bengkulu soal cuaca hari itu. Ombak semakin besar dan!
kencang. Mereka berlindung di Pulau Tabuan, Tanggamus, Lampung. Setelah mendapatkan kondisi cuaca dari pihak Syahbandar Bengkulu, mereka melanjutkan pelayaran dan terdampar di perairan teluk Lampung. Saat ini kondisi awak kapal tersebut dalam kehabisan bekal hidup maupun kebutuhan solar kapalnya untuk kembali ke Bengkulu. edo
( )

No comments:

Post a Comment