Sabtu, 29 Maret 2008.
Laba BRI Lampaui Mandiri dan BCA
JAKARTA -- Selama tahun 2007 Bank Rakyat Indonesia (BRI) membukukan laba bersih Rp 4,838 triliun. Laba BRI ini melampaui laba dua bank nasional terbesar yaitu Bank Mandiri Rp 4,35 triliun dan BCA Rp 4,5 triliun. Namun perolehan laba bank dengan jaringan terbesar di Indonesia ini hanya naik 13,63 persen dari laba tahun 2006 yang tercatat Rp 4,258 triliun. Direktur Utama BRI, Sofyan Basir, mengatakan, dari segi industri sebenarnya pertumbuhan laba BRI sudah cukup baik dan stabil. ''Kondisi laba stabil hanya pada beberapa bank saja dalam 4-5 tahun ini. Bank ada yang labanya naik hanya 10-20 persen tapi ada yang turun 30 persen atau naik 40 persen. Fluktuasi luar biasa dahsyat. Untuk BRI kita stabil saja selama beberapa tahun dan akan kita pertahankan tahun ini,'' kata Sofyan, Kamis (26/3) lalu. Sebagian besar laba diperoleh dari pendapatan bunga sebesar Rp 23,24 triliun atau meningkat 10,3 persen dibanding 2006. Penyaluran kredit menyumbang 77,4 persen dari pendapatan!
bunga. Beban bunga Rp 6,55 triliun atau turun 10,24 persen dari 2006 sebesar Rp 7,3 triliun. Penurunan ini disertai kenaikan pendapatan bunga yang menyebabkan pendapatan bunga bersih (net interest margin/NIM) BRI naik 21,2 persen menjadi Rp 16,688 triliun. BRI juga mampu mempertahankan NIM yang tinggi pada tahun 2007 sebesar 10,86 persen. Sofyan juga menambahkan, fee based income juga naik tinggi. ''Fee based income BRI naik 73 persen dari Rp 800 miliar menjadi Rp 1,4 triliun,'' kata Sofyan. Total aset BRI tumbuh 31,59 persen dari Rp 154,725 triliun pada 2006 menjadi Rp 203,6 triliun. Pertumbuhan aset yang konsisten menjadikan BRI sebagai bank nasional terbesar ketiga di Indonesia. Penyaluran kredit BRI naik 26 persen dari Rp 90,28 triliun pada 2006 menjadi Rp 113,85 triliun. Segmen UMKM masih mendominasi kredit dengan 82,6 persen dari total portofolio kredit BRI. Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun BRI mencapai Rp 165,475 triliun atau naik 32,95 persen dibanding 2006 !
Rp 124,47 triliun. Komposisi DPK terdiri giro 22,45 persen, ta!
bungan 4
3,67 persen, dan deposito 33,88 persen. Rasio kredit dan DPK (LDR) mencapai 68,8 persen, dan kredit macet (NPL) gross tercatat 3,44 persen dan NPL net 0,88 persen. Untuk target 2008, menurut Sofyan ekonomi RI masih dimotori konsumsi dan ekspor komoditas. Dia optimistis walau situasi ekonomi dunia sedang tidak stabil, namun terjadi kenaikan harga komoditas terutama pertanian yang menjadi salah satu fokus pembiayaan BRI. ''Kredit kita targetkan naik 20-22 persen,'' kata Sofyan. Sebagian kredit menurutnya sudah banyak yang dalam plafon seperti kredit revitalisasi perkebunan, kredit petani plasma, dan kredit usaha rakyat yang sudah tersalur Rp 1,2 triliun. ''Jadi pada tahun ini kita tinggal breakdown saja,'' ujar dia. Fokus kredit masih di UMKM, minimum 80 persen dari portofolio kredit. Ekspansi nasabah baru UMKM dengan kredit usaha rakyat terutama di luar Jawa. Sementara kredit korporasi fokus ke sektor agribisnis dan BUMN. Tahun ini BRI menargetkan pertumbuhan DPK 20 persen !
dengan komposisi dana murah 60 persen. Analis recapital, Poltak Hotradero, mengatakan, stabilnya laba BRI disebabkan manajemen diversifikasi portofolio kredit bank tersebut bagus sekali. Namun pendapatan BRI juga banyak ditunjang banyaknya proyek-proyek pemerintah seperti KUR dan krediit petani plasma. Namun Poltak mengingatkan, pembiayaan pada komoditas perkebunan tahun ini mempunyai risiko. Walaupun harga CPO naik tinggi, namun itu karena terpengaruh kenaikan harga minyak bumi. ''Sementara harga minyak fluktuatif, riskan sekali,'' kata Poltak. rto
( )
No comments:
Post a Comment