Cari Berita berita lama

Republika - Doktor Komunikasi yang Jadi Kontraktor

Rabu, 25 April 2007.

Doktor Komunikasi yang Jadi Kontraktor












Memercayai kawan dalam urusan bisnis nampaknya tidak mudah dilakukan. Tapi untuk Dyah Kartika Rini Djoemadi, hal ini tidak membuatnya kapok. Meski ia sudah pernah ditipu oleh kawannya sendiri. ''Bagi saya, berarti dia bukan teman berbisnis, hanya teman main. Teman untuk berbisnis masih banyak,'' katanya. Wanita yang bergerak di bidang properti ini memang mengandalkan pertemanan dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya. Sejak awal, ia membangun perusahaan konstruksi dan pembangunan, PT Catur Partial Fastindo, bersama tiga kawannya. Ketiganya memiliki latar belakang di bidang konstruksi sipil. Sementara Deedee, panggilan akrab Dyah, baru menyelesaikan pendidikannya sebagai sarjana manajemen marketing. Terjun ke dunia properti berawal dari keisengan masa kuliah. Saat itu, 1992, ia masih duduk di tingkat dua Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI). Wanita yang kini menjabat sebagai Ketua Departemen Perumahan dan Permukiman DPP Hipmi ini, menjadi stand guide di s!
ebuah pameran perumahan bersama kawan-kawan. Ketika itu, hasil penjualannya cukup lumayan. Maka ia pun mendapatkan tawaran bekerja di PT Jaya Real Properti. Di sana ia menjadi staf penjualan dan pemasaran selama satu tahun. Setelah itu tiga kali Deedee beralih haluan ke beberapa perusahaan non konstruksi. Anak kedua dari tiga bersaudara ini, memfokuskan diri bekerja di bidang keekonomian, komunikasi pemasaran. Satu tahun di perusahaan manufaktur minyak dan gas (migas) asal Jerman, Schlumberger Indonesia, dua tahun di perusahaan manufaktur elektronik asal Prancis, Schneider Electric, satu tahun di perusahaan manufaktur migas asal Australia, Heat Exchanger International Limited, dan dua tahun di perusahaan teknologi penerbangan asal Malaysia, IG Technologies Sdn Bhd. Namun keberanian membuka usaha justru muncul saat ia bekerja di perusahaan konsultan, Andersen Consulting (sekarang Accenture). Di perusahaan ini, wanita yang sekarang menjabat sebagai Wakil Ketua Komite Tetap Ke!
agenan Kadin Indonesia ini, menjadi konsultan manajemen. Di si!
ni lah i
a bertemu perusahaan-perusahaan besar yang menjadi koleganya. Dari mereka juga ia mendapat banyak ilmu dan dorongan untuk membuka usaha sendiri. Pada 1999, setelah menyelesaikan fellowship untuk gelar Master Communication Management di New York, Deedee kembali ke Jakarta dan membangun perusahaan kontraktor. Mulanya ia tidak mengeluarkan banyak dana. Bekalnya, keberanian bekerja sama bersama ketiga rekannya. Lahan milik orang tua di Bojong Gede dan Citayam, Bogor, dikerjasamakannya secara bisnis bersama orang tua. Jadilah lahan seluas total 18 hektare itu dikembangkan untuk pembangunan 200 unit rumah sederhana tipe 27 dan 36 bagi pegawai institusi pemerintah. Modal awal untuk pembangunan perusahaan ini, diperolehnya dari hasil program pemutusan hubungan kerja (PHK) dari beberapa perusahaan yang pernah disambanginya. ''Setiap ada program PHK, saya ambil untuk pesangonnya bisa jadi modal,'' kata dia. Setelah itu, ia menjual mobil. Terkumpullah sekitar Rp 150 juta. Sehingga tert!
utuplah modal dan working capital selama enam bulan. Melalui dana ini pula ia menggaji tujuh orang karyawannya. Saat ini karyawan perusahaan tersebut sudah mencapai 30 orang. Belum termasuk pegawai tidak tetap yang akan bekerja jika ada proyek pembangunan. Melihat perkembangan ke depan, Deedee berganti haluan. Sejak 2004, ia bergerak di bidang properti kelas menengah (town house) dengan pembangunan cluster. Menurut Ketua Departemen Komunikasi Kreatif DPP Partai Amanat Nasional (PAN), rumah seperti ini lebih memberi kepuasan kepada dirinya lantaran bisa memberikan kepuasan kepada pelanggan sesuai apa yang dimau konsumen. Dengan pengalihan sasaran ini, Deedee merasa tidak perlu bermodal besar. Hal ini bisa dikerjasamakan dengan teman atau kontrakstor besar. Pasalnya ia tidak menyukai sistem peminjaman perbankan. ''Saya takut tidak bisa tidur kalau pinjam dari bank,'' kata wanita kelahiran Jakarta, 21 April 1973. Wanita yang tengah menuntaskan pendidikan program doktoral S3 !
di UI ini juga senang menjemput bola. Tak segan-segan ia memba!
wa brosu
r ke setiap acara yang dikunjunginya. Di sinilah ia bisa mendapatkan pelanggan baru. Dengan cara seperti ini, ia bisa menghemat biaya promosi hingga 30 persen dibandingkan mengikuti pameran perumahan. Meskipun terbilang lama mendapatkan pelanggan, tapi baginya lebih memuaskan. Dari usaha propertinya ini, Deedee mendapatkan total revenue rata-rata setiap bulan Rp 2 miliar. Sedangkan tahun ini ia menargetkan total revenue Rp 25 miliar. Namun ternyata masih banyak impian yang belum terwujudkan. Cita-citanya membangun sekolah. ''Saya sekolah sampai S3 ini supaya bisa terjun di dunia akademis,'' katanya.
(rima ria lestari )

No comments:

Post a Comment