Cari Berita berita lama

Republika - BMT Mardlotillah Ingin Membantu Pengusaha Mikro

Rabu, 8 Pebruari 2006.

BMT Mardlotillah Ingin Membantu Pengusaha Mikro












Ingin membantu pengusaha mikro dan golongan ekonomi lemah. Begitulah tekad sejumlah alumnus Fakultas Hukum dan Ekonomi Universitas Pasundan Bandung pada akhir 1990-an. Keinginan itu didorong oleh keprihatinan mereka terhadap kondisi perekonomian masyarakat kecil, khususnya pengusaha mikro dan ekonomi lemah yang seringkali kesulitan mendapatkan modal dari perbankan. Untuk mewujudkannya, mereka pun menghimpun dana dan mendirikan lembaga keuangan syariah Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Mardlotillah. ''Dari tujuh orang pendiri, dana yang terkumpul hanya Rp 5 juta. Padahal, tadinya kita sudah komitmen per orang menyetorkan masing-masing Rp 2,5 juta,'' ujar Asep Sudrajat, SH, General Manager BMT Mardlotillah. Sekalipun dana yang terkumpul amat terbatas, kata Asep, tekad mereka tidak surut. Sarana dan prasarana pun dipersiapkan. Saat itu, ujar dia, yang bertindak sebagai penggerak modal awal dan yang menghimpun calon pendiri adalah Teddie Subarsyah, SH, SSos, CN, CQM, yang saa!
t itu menjabat sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Unpas. BMT Mardlotillah telah mempunyai badan hukum sebagai koperasi BMT No 34/KDK/10.13/XII/1998. Pengurus BMT Mardlotillah saat ini adalah, Teddie Subarsyah, SH,S Sos,CN,CQM (Ketua), H Asep Sudrajat, SH (Sekretaris I), Rusli Subrata, SH (Sekretaris II), Cecep R.Zhahir, SH (Bendahara). Anggotanya adalah Raffie R Soemarta, SE, Cece Suryana, SH, Yudhi Prihartanto, SH Didi Rachman, SH. Adapun Dewan Syariah terdiri dari Drs KH Sobana dan Drs K Aten Khotib Syarbini. Saat ini, BMT ini dikelola oleh 16 orang dengan Asep Sudrajat sebagai general manager. Wilayah kerja dan garapan pun lantas ditetapkan di Kecamatan Tanjungsari Kab Sumedang. Sosialisasi kepada tokoh ulama dan tokoh masyarakat di wilayah Tanjungsari terus digencarkan. Kegiatan soft opening dibuka oleh Muspika Kec Tanjungsari, Sumedang. Langkah selanjutnya adalah mengadakan pengurusan perizinan ke Pinbuk. Asep yang dosen STMIK dan STAI Universitas Sebelas Apri!
l Sumedang ini menambahkan, visi yang diusung BMT Mardlotillah!
adalah
menjadikan BMT Mardlotillah sebagai lembaga keuangan mikro syariah yang sehat, maju, dan mengakar di masyarakat menuju ridlo Allah di Kabupaten Sumedang Tahun 2013. Sedangkan misi yang diemban adalah menjadi lembaga mediasi keuangan dan perekonomian umat dengan menciptakan sarana penghimpunan dan penyaluran dana sesuai prinsip syariah melalui: meningkatkan produktivitas anggota, pengurus dan pengelola dengan kekuatan sumber daya insani dan manajemen organisasi. Selain itu, sambung Asep, misi yang lain adalah menumbuhkembangkan sikap dan perilaku yang peduli terhadap umat dengan konsep baitul maal yang edukatif, produktif dan bernilai ibadah; menjadi mitra bagi pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat dalam rangka pemberdayaan ekonomi umat di Kabupaten Sumedang, khususnya, dan Indonesia pada umumnya. Sementara strategi yang dirancang adalah melalui optimalisasi produk simpanan dengan pola syariah; peningkatan pembiayaan dan kualitas aktiva produktif lainnya dengan !
prinsip profesional, sesuai syariah, tepat sasaran dan menguntungkan; optimalisasi peran baitulmaal dengan pengelolaan yang amanah, edukatif dan profesional; pemberdayaan pengurus, pengelola, dewan syaraih dan anggota BMT Mardlotillah dengan sistem pembinaan yang optimal. Ditambahkan Asep, produk yang dilkeluarkan oleh BMT Mardlotillah antara lain: dari sisi simpanan ada tabungan Tamalah, Tasima, Walimah, Qurban dan Aqiqah, Haji dan Umroh, berjangka Tamaka 3-6-12 bulan, SMM (simpanan karekateristik Keanggotaan). Sedangkan dari sisi pembiayaan, BMT ini menyalurkan pembiayaan melalui skema bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), pembelian/pemilikan barang (murabahah, BBA, Bai Salam), gadai (Al-Rahn), sewa beli (al-Ijarah Muntaha Bitamlik), dan pinjaman kebajikan (Qordul Hasan). Selain itu dari sisi baitul maal, mereka lakukan melalui penghimpunan dana zakat, infaq dan shodaqoh dan pendistribusian dana ZIS untuk delapan ashnaf dan kegiatan sosial keagamaan. Saat ini, sambung!
Asep, BMT ini membina beberapa kelompok usaha, di antaranya 2!
0 orang
pengrajin tape (peuyeum), 15 perajin layang-layang, 14 peternak sapi perah, 25 kelompok agrobisnis/sayuran. Kemudian, 20 orang kelompok makanan ringan/bakul gendong, 20 orang pengrajin wayang golek, 17 orang pengrajin bilik/ giribig dan 12 orang pengusaha kerupuk. Pola pembinaan yang diterapkan, menurut Asep, antara lain, identifikasi calon penerima manfaat, sosialisasi program pembinaan usaha kelompok, pelatihan/orientasi program usaha kelompok. Ada pula penghimpunan syarat administratif dan kelengkapannya. ''Kita juga melakukan survei kelayakan pencairan pembiayaan dan monitoring serta pembinaan kepada anggota,'' ujar Pemuda Pelopor Bidang Koperasi Tingkat Kabupaten Sumedang ini. Kunci sukses Asep yang juga menjabat Direktur Pinbuk Kabupaten Sumedang ini menuturkan BMT Mardlotillah memiliki beberapa kunci sukses hingga mencapai kondisi sekarang. Di bidang SDM, ungkap dia, rekrutmen karyawan dilakukan secara profesional, independen dan tanpa KKN. Semua karyawan yang masuk !
diwajibkan mampu membaca Alquran. Selain itu, untuk semua karyawan diwajibkan mengikuti pelatihan dasar, pembinaan mingguan. ''Setiap senin pagi ada pengajian dan evaluasi serta rencana kerja, upgrading berupa inhouse dan outdoor training,'' katanya. Di bidang organisasi, ungkap Asep, setiap perumusan rencana strategis dilakukan oleh seluruh stakeholders, pengorganisasian sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan business plan. Tahap selanjutnya, kata dia, dibuat SOP, SK Pegawai dan perizinan lembaga. Sedangkan dari sisi usaha, kata Asep, rasio kesehatan BMT sangat diperhatikan, terutama likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan NPL. Persoalan manajemen pemasaran, khususnya bahasa komunikasi dengan media ruang maupun luar ruang, lanjut dia, juga diperhatikan. Untuk kemitraan dengan lembaga donor, tutur Asep, pihaknya proaktif sehingga terjalin hubungan harmonis. Sedangkan dari sisi keanggotaan, hubungan komunikatif dan kekeluargaan dengan anggota terus dijalin. Pihaknya ju!
ga tak segan memberikan reward atau penghargaan terhadap tokoh!
yang me
mang layak mendapatkannya. Ayah dua orang anak ini menuturkan, BMT Mardlotillah tidak hanya berorientasi kepada bisnis atau profit semata. Penguatan ruhiyah pun dilakukan. Untuk pengelola, cetus dia, dilakukan dengan corporate culture, antara lain melalui disiplin waktu dan kualitas kerja, berpakaian rapi, sopan dan sesuai aturan yang berlaku. Kemudian, berperilaku ramah, amanah, profesional dan komunikatif. Ditambahkan oleh mahasiswa S2 Program MM STIE Pasundan in, para karyawan juga melaksanakan kewajiban selaku muslim dengan baik, melaksanakan amalan sunnah dengan sukarela. menyusun laporan dan rencana kerja rutin. Sejauh ini, aku Asep, kendala yang dihadapi, adalah pemahaman umat masih kurang terhadap ekonomi syariah. Tidak adanya penjamin (avalis) bagi BMT serta kompetitor yang banyak. Tak cuma itu, sambung dia, pemerintah saat ini tak lagi memberikan jaminan terhadap pengusaha kecil. ''Terbukti Danamon SP juga menggarap pasar yang sama dengan BMT,'' ujarnya. Asep jug!
a memaparkan persoalan lain, yaitu, aspek legalitas yang masih sebatas Kepmen tentang KJKS, belum optimal untuk memberikan jaminan perlindungan bagi BMT dan pengguna jasanya dalam melaksanakan usaha yang optimal. Dikatakannya, aspek legalitas dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang relatif lemah, berdampak pada tingginya pembiayaan bermasalah. Terus berkembang Dari waktu ke waktu, BMT Mardlotillah terus berkembang. Jumlah nasabah dan anggota yang aktif saat ini mencapai 5.342 orang. Dijelaskan Asep, hingga akhir 2005, jumlah asetnya mencapai Rp 2 miliar, pembiayaan yang disalurkan Rp 1,279 miliar, volume pembiayaan Januari-Desember 2005 mencapai Rp 1,7 miliar. dari PNM Rp 200 juta, BISMA Rp 185 juta. Simpanan tertinggi Rp 101 juta dan simpanan terendah Rp 2.500. Sedangkan pembiayaan tertinggi Rp 15 juta dan terendah Rp 60 ribu. Asep menuturkan, laba yang berhasil dibukukan sebesar Rp 35,2 miliar, financing to deposit ratio (FDR) sebesar 95,57 persen dengan pembiayaan b!
ermasalah (nonperforming financing, NPF) 10,48 persen. Hingga !
kini, un
gkap Asep, jenis usaha yang dibiayai oleh BMT ini adalah perdagangan sebesar 70 persen, pertanian dua persen, peternakan delapan persen, industri rumah tangga delapan persen, pembiayaan untuk pegawai/karyawan empat persen dan jasa delapan persen. Menjawab pertanyaan mengenai potensi unggulan anggota BMT Mardlotillah, Asep menuturkan, tahu sumedang, ubi cilembu, susu, kerajinan wayang golek, layang-layang dll. ''Belum semua potensi digali. Insya Allah BMT kami akan terus maju, sehat dan mengakar di masyarakat serta mampu meningkatkan pendapatan masyarakat,'' ujar Asep yang semasa mahasiswa aktif di Paduan Suara Mahasiswa LISMA Unpas Bandung. Kerja sama Republika Jabar dengan Himbanas
(harry maksum )

No comments:

Post a Comment