Jumat, 28 Juni 2002.
Pakar Komunikasi: Perlu Dikembangkan, Jurnalisme PresisiSurabaya, 28 Juni 2002 10:18Pakar komunikasi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya yang juga aktivis Lembaga Konsumen Media (LKM), Henri Subiakto MA, mengemukakan jurnalisme presisi perlu terus dikembangkan guna menghindari tulisan wartawan yang merugikan masyarakat akibat ketidakakuratan data yang ditampilkan.
"Dengan pola penulisan seperti itu, diharapkan berita yang dibaca masyarakat pun tidak menyesatkan," katanya di Surabaya, Jumat, menanggapi pemberitaan masalah kerang dan kupang di Sidoarjo yang diduga tercemar timah (Pb), sehingga berdampak tidak lakunya komoditi tersebut di pasaran.
Jurnalisme presisi (precision jurnalism) adalah jurnalisme yang mengedepankan asas kehati-hatian dengan didukung data dan fakta yang akurat.
Seperti diberitakan sebelumnya, sebuah media masa terbitan Surabaya beberapa waktu lalu menurunkan tulisan wartawannya tentang kupang dan kerang di Sidoarjo berbahaya untuk dikonsumsi karena tercemar limbah hitam yang cukup tinggi.
Namun, berita tersebut kemudian mendapat sanggahan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, karena berita tersebut dinilai tidak benar.
Kepala Dinkes Sidoarjo dr Faisol Ama mengakui bahwa dari sampel yang diambil untuk penelitian Kali Porong, kupang dan kerang di daerah tersebut memang berkadar limbah hitam (Pb) cukup tinggi yakni 1,27 ppm.
"Tapi, teman-teman pers tampaknya kurang paham, bahwa kupang dan kerang itu sebagai alat ukur untuk penelitian Pb, yang sebenarnya bisa dikonsumsi oleh manusia, asalkan tidak terus menerus dan Pb-nya bisa diturunkan dengan teknologi memasak," katanya didampingi ahli gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Dr Bambang Wier beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut Henri mengatakan, pemberitaan masalah kerang dan kupang tersebut hendaknya bisa dijadikan bahan renungan wartawan dan pengelola media massa bahwa dampak tulisan yang mereka turunkan cukup besar, bisa menyesatkan atau sebaliknya mendidik dan informatif.
"Pers hendaknya tidak `mencari-cari` masalah tetapi lebih mendorong pemecahan masalah. Jika hal itu bisa diwujudkan maka jurnalisme damai (peace jurnalism) pun akan tercipta," katanya menambahkan. [Tma, Ant]
No comments:
Post a Comment