Senin, 3 Juni 2002.
Tentara Thailand dan Myanmar Kontak SenjataYANGON -- Konflik di sepanjang perbatasan tidak hanya terjadi antara India dan Pakistan. Hal yang hampir sama juga terjadi di sepanjang perbatasan Thailand dan Myanmar. Sikap pemerintah Thailand dinilai terlalu lemah. Sedang di Myanmar terjadi pengerahan massa di sepanjang perbatasan.
Puluhan ribu orang hari Sabtu lalu menghadiri demonstrasi di kota Kentung, Myanmar, yang berbatasan dengan Thailand. Pengerahan massa ini adalah manuver baru junta militer Myanmar dalam menghadapi konflik perbtasan dengan Thailand.
Para demonstran yang berkumpul di lapangan terbuka sambil membawa spanduk yang bertuliskan seperti "Mereka yang melanggar kedaulatan wilayah kami adalah musuh!", "Mari kita tentang negara asing yang intervensi". Orator yang memimpin aksi itu juga meneriakkan hal yang kurang lebih sama.
Ketegangan antara kedua negara mencapai puncaknya pada Sabtu malam saat gerilyawan suku minoritas terlibat kontak senjata dengan militer Myanmar di sepanjang perbatasan. Junta militer di Myanmar menuduh militer Thailand turut campur dalam kontak senjata itu dengan membantu para pemberontak dan menembaki tentara Myanmar.
Myanmar selama ini menuduh Thailand telah membantu dan memberikan perlindungan kepada gerilyawan minoritas anti pemerintahan Yangon, seperti Karen National Union (KNU) dan Shan United Revolutionary (SURA). SURA adalah nama yang dipakai Yangon untuk Shan State ARmy yang seperti KNU telah melawan rejim militer selama bertahun-tahun.
Karena ketagangan itu Myanmar menutup empat gerbangnya dengan Thailand dan mengancam tidak akan memberikan visa kepada delegasi Thailand.
Hari Sabtu kemarin Myanmar juga mengusir 500 orang pekerja Thailand yang sebagian besar adalah pengelola kasino dan pertambangan patungan di sepanjang perbatasan.
Di saat yang sama kelompok oposisi Thailand menyerang Perdana Menteri Thaksin Shinawatra yang dinilai terlalu lembek dalam menghadapi Myanmar.
Kelompok Demokrat mengatakan penarikan mundur pasukan Thailand dari garis depan perbatasan Thailand dianggap sebagai suatu kepengecutan. "Bersikap lembek membuat Burma (Myanmar) berpikir bahwa Thailand lemah," kata anggota parlemen dari kubu Demokrat Sukhumbhand Paribatra kepada koran berbahasa Inggris Bangkok Post.
Ia mengatakan bahwa kelompok oposisi telah berkali-kali memperingatkan pemerintah Thaksin untuk tidak terlalu lunak kepada rezim militer yang hanya memahami bahasa kekerasan itu. "Myanmar menghargai kekerasan, karenanya kita harus bersikap tegas tidak mentolerir serangan yang melewati garis perbatasan."
Namun politisi dari kelompok Thaksin mengatakan bahwa tuduhan yang dikeluarkan oleh tokoh Demokrat itu tak lain karena ia memiliki bisnis di sepanjang perbatasan yang kini berantakan karena konflik antara kedua negara. afp/qaris
No comments:
Post a Comment