Rabu, 16 Pebruari 2005.
Kondisi Pertambangan Indonesia MemburukJAKARTA -- Kondisi pertambangan di Indonesia semakin memburuk. Hal ini ditunjukkan dengan nilai investasi di sektor ini yang turun drastis dari tahun ke tahun dan volume produksi yang menurun sejak 2001.
Peneliti LLPEM UI, Chatib Basri, mengatakan bahwa penurunan tersebut dapat dilihat dari indeks. Angka indeks produksi timah pada 2003 sebesar 100, turun drastis dari tahun sebelumnya yang mencapai 300. Penurunan angka indeks juga terjadi pada produksi emas dan tembaga.
Dibandingkan negara lain, menurut dia, Indonesia juga tertinggal jauh dalam hal investasi. Pada 2003, investasi baru di sektor pertambangan hanya sekitar US$ 12 juta, jauh di bawah Argentina yang mencapai US$ 40 juta. Padahal potensi mineral di negara itu lebih rendah daripada Indonesia.
Menurut Chatib, penurunan ini disebabkan adanya kebijakan yang tidak memihak pada industri pertambangan. Karena itu, dalam kesimpulannya, ia menyarankan dibuatnya undang-undang pertambangan yang mengakomodasi seluruh permasalahan dan dapat menarik investor. "Sistem perizinan juga perlu disederhanakan."
Secara terpisah, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Purnomo Yusgiantoro, mengatakan bahwa dalam kunjungannya ke Singapura dan Malaysia Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan menawarkan sejumlah proyek infrastruktur sektor energi dan migas. Lima proyek yang ditawarkan, yaitu pembangunan pipanisasi gas Grissik-Semarang, pipanisasi Semarang-Cilegon, pipanisasi Tuban-Surabaya, pembangunan terminal transit BBM di Tuban, Jawa Timur, dan pembangunan PLTU berkapasitas 400-600 megawatt di Cilegon, Banten. sutarto/retno
No comments:
Post a Comment