Cari Berita berita lama

Tempointeraktif.com - Dubes AS Mengunjungi Pesantren Al-Hikam

Senin, 10 November 2003.

Nasional
Dubes AS Mengunjungi Pesantren Al-Hikam
10 November 2003
TEMPO Interaktif, Malang:Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Ralph L. Boyce mengunjungi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Hasyim Muzadi, Senin (10/11). Didampingi Konsul Jenderal AS di Surabaya, Phillips Anweiler, Boyce menjanjikan bantuan bagi pendidikan, khususnya untuk pengembangan pesantren di Indonesia.

Pengamanan terhadap kedatangan Boyce amat longgar. Ia hanya dikawal sekitar 10 personel Kepolisian Resor Kota Malang. Sedangkan petugas sekuriti kedutaan hanya dua orang. Kendati demikian, Boyce bersikap rileks saja. Sedikit pun tiada kesan ia tampak waspada.

Boyce tiba di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam, Malang, sekitar pukul 12.40. Kedatangannya langsung disambut KH Hasyim Muzadi di rumahnya. Hampir sejam Hasyim dan Boyce melakukan perbincangan. Usai berdiskusi, Hasyim mengajak Boyce berdialog bersama santri Al-Hikam.

Boyce mendapat sejumlah pertanyaan, yang umumnya berkisar tentang kebijakan politik luar negeri Amerika khususnya yang berkenaan dengan kampanye antiterorisme dan keterlibatan Amerika di Irak. Boyce sempat digugat menyangkut kebijakan pemerintahannya terhadap nasib Palestina.

Menanggapi pertanyaan-pertanyaan itu, Boyce berkilah bahwa telah terjadi kekeliruan persepsi. Hampir semua negara yang dihuni masyoritas muslim, terutama di Indonesia, menyamakan kampanye global melawan teror sama dengan perang melawan Islam. Penyamarataan seperti ini yang membuat Presiden George Walker Bush terheran-heran.

'Mengapa beliau heran? Karena beliau tidak pernah berpikir sama sekali tentang kampanye melawan terorisme sebagai perang melawan Islam. Anggapan itu keliru. Presiden Bush amat memahami bahwa banyak teroris yang berkeliaran di muka bumi yang berasal dari berbagai bangsa dan banyak dari mereka yang mengatasnamakan agama-agama. Mereka hanya sekumpulan orang pengecut, dan mereka sama sekali tidak mewakili satu dari agama-agama besar di dunia,' ujar Boyce.

Oleh karena itu, Boyce berharap, umat Islam di Indonesia jangan terlalu berlebihan menilai kebijakan pemerintahnya dalam memerangi terorisme, apalagi sampai menuduh Pemerintah AS tidak menyukai pesantren dan madrasah karena dianggap sebagai sarang terorisme dan sumber radikalisme.

Pemerintah Amerika, kata Boyce, mengetahui betapa banyak pesantren dan madrasah di Indonesia. Menurut data statistik Departemen Agama, di seluruh Indonesia terdapat sekitar 13 ribu pesantren dan 36 ribu madrasah. Berdasarkan dialog dengan sejumlah tokoh Islam ditambah kunjungan ke daerah-daerah, Boyce semakin yakin bahwa mayoritas pesantren dan madrasah tidaklah mengajarkan pesan radikal dan ekstrem.

Di akhir dialog, Boyce menyinggung kebijakan pemerintah Amerika yang hendak membantu dunia pendidikan di Indonesia. Saat ini, mengutip komitmen Presiden Bush kepada Presiden Megawati Soekarnoputri di Bali tempo hari, pemerintah Amerika berniat membantu dunia pendidikan sebesar US$ 157 juta. Walau belum pasti kapan bantuan dicairkan, Boyce berharap pihaknya bisa bekerja sama lebih dekat dan akrab dengan pemerintah di pusat dan daerah, juga komponen masyarakat lainnya untuk bersama-sama memajukan kualitas pendidikan dasar di sekolah negeri dan swasta, sekolah umum dan agama.

Namun buru-buru ia mengingatkan bahwa bantuan pendidikan itu sama sekali jauh dari niat mencampuri maupun mendikte perubahan kurikulum pesantren dan madrasah. Sebaliknya ia berkeyakinan, lewat bantuan itu, pemerintahnya benar-benar hendak bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk memperkuat kemampuan pendidikan dasar dan sumber daya manusia Indonesia.

Abdi Purmono - Tempo News Room

No comments:

Post a Comment