Cari Berita berita lama

Republika - Menarik Minat Lulusan SMP Melalui Gebyar SMK

Selasa, 11 Juli 2006.

Menarik Minat Lulusan SMP Melalui Gebyar SMK












Sebagian besar lulusan sekolah menengah pertama (SMP) akan memilih sekolah menengah atas (SMA) untuk melanjutkan pendidikannya. Langkah tersebut bisa dipahami. Pemahaman para siswa, juga orangtua, bahwa setelah lulus SMA peluang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi (universitas) lebih terbuka dibanding lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK). Orientasi para siswa dan orangtua seperti itu, tampaknya harus mulai diubah. Apalagi, saat ini, angka pengangguran khususnya lulusan SMA, terus mengalami peningkatan. Jika pemahaman tersebut dibiarkan, bukan tidak mungkin angka pengangguran, khususnya lulusan SMA akan semakin membengkak. Mengubah pemahaman yang sudah lama terpatri di kalangan siswa dan orangtua, dilakukan Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung. Meski tak menjamin bisa mengubah secara cepat pemahaman tersebut, upaya Disdik Kota Bandung ini patut diteladani. Paling tidak, upaya membuka wawasan orangtua dan siswa ini, sebagai langkah baru di dunia pen!
didikan. Apa gerangan upaya yang Disdik Kota Bandung untuk menarik minat lulusan SMP ke SMK? Melalui 'Gebyar SMK' yang digelar 26-28 Juli lalu, Disdik Kota Bandung berupaya menyosialisasikan kepada lulusan SMP untuk melanjutkan pendidikan ke SMK. Setiap tahun, berdasarkan data yang ada di Disdik Kota Bandung, siswa SMK yang berasal dari lulusan SMP di Kota Bandung hanya 50 persen. Sisanya, justru berasal dari siswa lulusan SMP di luar Kota Bandung, seperti Kota Cimahi, Kab Bandung, Sumedang, hingga Garut. Padahal, Kota Bandung memiliki 82 SMK. Jumlah itu terdiri dari 15 SMK negeri dan 67 SMK swasta. ''Kami mencoba mendorong minat lulusan SMP di Kota Bandung masuk SMK. Itu tujuan Gebyar SMK ini,'' kata Kasubdin Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung, Dedi Darmawan. Gebyar SMK yang digelar di SMK 3 Bandung ini diisi dengan berbagai lomba. Setiap SMK membuka stan lengkap dengan alat peraga, hasil kegiatan, dan penjelasan seputar sekola!
h tersebut. Contohnya, SMKN 14 yang memiliki program pendidika!
n seni d
an kerajinan. Di stan ini para siswa mempraktikan pembuatan keramik dan cara menenun benang menjadi kain. Stiap tahun, sambung Dedi, ada empat SMK yang daya tampungnya selalu tidak terpenuhi. Yaitu SMKN 5 Bandung dengan program keahlian bangunan dan analis kimia, SMKN 10 (seni tari, musik, karawitan, dan seni teater), SMKN 14 (seni rupa dan kerajinan, multimedia, dan teknik body otomotif), serta SMKN 15 (pekerjaan sosial dan akomodasi perhotelan). ''Kuota di empat SMK itu selalu tidak terpenuhi karena programnya jarang diminati oleh masyarakat. Misalnya, di SMKN 10 daya tampungnya 240 orang tapi biasanya yang terisi 200 orang,'' kata Dedi. Untuk SMKN 1, lanjut Dedi, program keahliannya penjualan, akuntansi, administrasi perkantoran, dan usaha jasa pariwisata dengan daya tampung 369 orang. Sedangkan SMKN 2, program keahliannya teknik mesin, teknik gambar, teknik las, dan teknik komputer jaringan dengan daya tampung 468 orang. Selain itu ada SMKN 8 (program keahlian teknik me!
kanik otomotif, body otomotif, dan sepeda motor) dengan kapasitas 268 orang. SMKN 9 (keahlian akomodasi perhotelan, hotel dan restoran, tata busana, dan tata kecantikan) dengan daya tampung 320 orang. SMKN 11 (akuntansi, administrasi perkantoran, penjualan, dan rekayasa piranti lunak) dengan daya tampung 392 orang. SMKN 12 (program keahlian machining, metal forming and welding, fabrication and assembly, aircraft electrical, dan avionics. Serta, SMKN 13 dengan program analis kimia dengan daya tampung 180 orang. Menurut siswa kelas 2 SMKN 3 Bandung, Ria dan Puspita, keduanya memilih belajar di SMK karena memiliki banyak pilihan setelah tamat. Selain bisa melanjutkan ke perguruan tinggi, kalau ingin bekerja, kata Ria, dirinya lebih percaya diri karena memiliki keterampilan. ''Jadi lebih siap untuk bekerja,'' ujarnya. Kepala Disdik Kota Bandung, Edi Siswadi, mengatakan, dari 31 ribu lulusan SMA sebanyak 20 melanjutkan kuliah, 20 persen bekerja di sektor informal, dan 60 persen!
nya menjadi pengangguran karena tak memiliki keahlian. ''Penga!
ngguran
ini yang harus kita tekan dengan sosialisasi SMK,'' katanya. Edi berharap, Gebyar SMK ini bisa lebih membuka wawasan para orangtua dan lulusan SMP. ''Bagi orangtua dan siswa yang ingin cepat bekerja, SMK adalah pilihannya. Bahkan, ada SMK di Kota Bandung yang lulusannya sudah dipesan oleh sejumlah perusahaan,'' ujarnya.
(kie/jok )

No comments:

Post a Comment