Selasa, 25 Maret 2003.
Komisi Pengungsi PBB Mulai Bersiap di Perbatasan IrakSILOPI - Komisi Tinggi urusan Pengungsi PBB (UNHCR) mulai bersiaga hadapi pengungsi Irak. Kemarin, mereka mulai mengirimkan persediaan obat dan medis lainnya serta mempersiapkan infrastruktur di perbatasan Irak dengan Turki untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya lonjakan pengungsi akibat invasi Amerika ke Irak yang sudah berlangsung selama lima hari.
Pejabat UNHCR mengatakan bahwa iring-iringan 10 truk pertama dari pelabuhan Iskenderun memuat bahan-bahan medis diharapkan tiba hari ini di Silopi, di sebelah tenggara Turki. Silopi sendiri adalah desa terakhir yang letaknya sekitar 10 kiklometer dari zona perbatasan militer Turki dan berbatasan dengan kantong wilayah Kurdi di Irak Utara.
Menurut pejabat PBB dari Perancis yang bertugas di Istanbul, Estelle Salavin, UNHCR saat ini tengah sibuk mempersiapkan infrastruktur penunjang di Silopi. �Tim kedua kami telah berada di lokasi sejak Sabtu lalu dan dua tim lainnya siap untuk dikirim,� kata Salavin. �Setiap hari kami pergi ke perbatasan untuk memantau situasi,� tambah dia. Saat ini sendiri, menurut Salavin, suasana di perbatasan masih sepi, belum ada seorang pun warga Irak berani menyeberanginya.
Wilayah perbatasan itu sendiri dipandang sensitif oleh Turki karena besarnya populasi warga Kurdi lokal. Pasukan Turki telah melakukan patroli di sepanjang perbatasan itu sejak 1990-an. Setelah perang Teluk 1991 lalu, ratusan ribu warga Kurdi meninggalkan angkatan bersenjata Saddam Hussein, membawa para pengungsi menyeberangi perbatasan dan menjadikan pemerintah Turki yang saat itu tidak siap sangat terkejut.
�Informasi tidak langsung yang kami terima meyakinkan kami bahwa telah ada pergerakan massa yang besar di utara Irak, bahkan sebelum adanya serangan di hari pertama. Namun mereka belum ada yang bergerak hingga ke perbatasan,� kata perwakilan UNHCR di Turki, Metin Corabatir.
Metin memperkirakan bahwa 20 ribu hingga 30 ribu warga Irak telah meninggalkan rumahnya masing-masing. Namun demikian, Metin menambahkan, UNHCR sendiri belum dapat memberikan konfirmasi terhadap angka itu karena sebagian warga Irak ternyata ada yang kembali.
Sementara, untuk persiapan menampung aliran pengungsi, Salavin mengatakan bahwa pihaknya medapat dukungan yang cukup dari pemerintah Turki. �Sejauh ini kami belum menemukan masalah,� kata dia.
Seorang sumber di badan kemanusiaan mengatakan bahwa pemerintah Turki telah merencanakan untuk membuka 12 kamp pegungsian di wilayah Irak, dan enam lainnya di dalam wilayah Turki. Seluruhnya di sekitar perbatasan. Menurut sumber itu, pemerintah Turki telah memutuskan untuk memberikan izin kepada sekitar 80 ribu warga Irak untuk menyeberangi perbatasan, masuk ke wilayah Turki.
Namun demikian, sumber itu, meragukan inisiatif baik itu semua. Khususnya dengan telah dikerahkannnya pasukan Turki di Irak Utara, sebagai perkembangan terakhir. �Kita tidak yakin lagi dengan apa yang akan mereka lakukan,� kata sumber itu.
Namun informasi tentang inisiatif pemerintah Turki itu didukung Corabatir. Dia mengatakan bahwa warga sipil dan tentara telah menentukan lokasi kamp-kamp yang akan dibangun. Mereka, kata Corabatir, bahkan telah mulai membangun pondasi awal.
PM Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan dalam siaran televisi nasional bahwa pemerintahnya dan AS telah mencapai kesepakatan tentang pengerahan pasukan Turki secara terbatas di sepanjang tepi garis perbatasan di Irak Utara. Dia mengatakan bahwa Ankara dan Washington telah membuat kesepakatan militer itu untuk mengendalikan arus pengungsi yang mungkin terlalu besar �Dan mencegah adanya ancaman-ancaman terhadap keamanan nasional kami,� tambah Erdogan.
Sementara dari Amman, Yordania, juru bicara UNHCR, Peter Kessler, pada Minggu (23/3) kemarin menginformasikan pemerintah Suriah juga telah setuju untuk membangun fasilitas transit bagi pengungsi Irak. Persetujuan yang dicapai pada Sabtu malam itu dilakukan antara UNHCR dengan Gubernur Propinsi Hasakah yang berbatasan dengan Irak.
�Pusat (transit) Al Yarubiyah akan dibuka pada akhir minggu ini dan akan mencakup pula sebuah tim medik serta juga suplai bahan makanan dan air bersih untuk para pengungsi yang datang,� kata Peter. Al Yarubiyah sendiri berlokasi 100 kilometer dari kamp pengungsi UNHCR di El Hol. Di lokasi yang terakhir ini UNHCR telah mendirikan 340 tenda, dan masih terus akan menambahnya dengan fasilitas lain. afp/wuragil
No comments:
Post a Comment