Cari Berita berita lama

KoranTempo - Bulog Sulit Penuhi Permintaan Menteri Pertanian Soal Beras

Senin, 2 Agustus 2004.
Bulog Sulit Penuhi Permintaan Menteri Pertanian Soal BerasJAKARTA � Perusahaan Umum Bulog memasrahkan persoalan anjloknya harga beras di sejumlah kawasan pantai utara (pantura) Jawa dan sentra perdagangan beras di Jakarta kepada mekanisme pasar.

"Pada dasarnya Bulog membeli gabah, bukan beras,� kata Direktur Operasi Bulog Bambang Budi Prasetyo kepada Tempo News Room di kantornya, Jumat lalu. Ia juga menjelaskan, dilihat dari proporsinya, pengadaan gabah oleh Bulog bahkan mencapai lebih dari 90 persen. �Sisanya (beras) di tempat-tempat tertentu saja.�

Penegasan itu disampaikan Bambang saat dimintai tanggapannya atas lontaran Menteri Pertanian Bungaran Saragih yang meminta agar Bulog membeli beras untuk menyelamatkan harganya yang sedang anjlok.

Menurut Bambang, persoalan itu sesungguhnya bisa diselesaikan dengan mengandalkan mekanisme pasar, antara lain menyangkut kelancaran arus perdagangan beras antar pulau.

Dia melihat, ada sesuatu yang tidak beres dalam perlintasan beras sehingga harganya anjlok di tempat-tempat tadi. "Kok (beras) ini semua menyerbu ke Jakarta, apa antar pulau itu macet?� katanya. Padahal, akibat semua beras masuk ke Jakarta, terjadi kelebihan pasokan beras dan pasar menjadi jenuh. Buntutnya, harga beras pun anjlok.

Selain itu, perlu dilihat kualitas beras tersebut. Sebab, beras yang harganya mengalami penurunan, menurut Bambang, adalah beras yang kualitasnya jelek, seperti beras kualitas II dan III. "Sedangkan beras dengan kualitas I harganya stabil.� Oleh karena itu, kata dia, perlu dilakukan perbaikan proses produksi dari mulai penanaman sampai penggilingan.

Di sisi lain, Bambang menegaskan, sesuai dengan Inpres No. 9 Tahun 2002 tentang penetapan kebijakan perberasan, peran Bulog adalah meningkatkan pendapatan petani bukan pedagang.

Menurut dia, Bulog dalam hal ini kesulitan untuk mengatahui apakah beras tersebut benar-benar milik petani atau sudah menjadi milik pedagang. Karena itu, kata Bambang, "Kalau kami beli (beras) nanti yang untung pedagang, bukan petani. Sedangkan Inpres No. 9 itu adalah (untuk) meningkatkan petani bukan pedagang.�

Hal lain yang dikhawatirkan Bulog, jangan-jangan nanti yang dibeli adalah beras impor. Sebab, dengan mata telanjang sulit membedakan apakah itu beras petani lokal atau beras impor. Untuk mengeceknya memang bisa digunakan peralatan berteknologi, tapi harganya terlalu tinggi.

Atas dasar itu, Bambang menekankan, pembelian beras oleh Bulog terbatas pada tempat-tempat tertentu yang tidak ada perdagangan gabah., seperti Merauke, Aceh Tenggara, Kampar (Riau), Kerinci (Jambi), dan Palangkaraya (Kalimantan Tengah). �Jadi nggak semua tempat kami beli," tuturnya.

Di samping persoalan suplai beras, menurut Bambang, anjloknya harga beras juga bisa jadi karena banyaknya beras impor ilegal yang masuk ke Indonesia. Direktur Utama Bulog Widjanarko Puspoyo beberapa waktu lalu mengungkapkan, sepanjang 2002-2003 setidaknya terdapat 1 juta ton beras selundupan yang masuk ke Indonesia. Awal Juli lalu, sejumlah kontainer beras selundupan kembali ditemukan aparat Bea-Cukai di kepulauan Batam. muchamad nafi-tnr

No comments:

Post a Comment