Cari Berita berita lama

KoranTempo - Alternatif dari Tong Ren Tang

Jumat, 28 Januari 2005.
Alternatif dari Tong Ren TangTempat di kawasan Cokroaminoto, Menteng, itu menawarkan wewangian khas. Memasuki ruang tunggu, embusan aroma obat-obatan khas dari Cina merebak sampai ke penjuru ruangan. Bagi orang sakit yang datang ke tempat itu, kabarnya kontan akan sembuh atau raib penyakitnya. Namun, tunggu dulu, apa sebenarnya tempat itu?

Toko obatkah, gudang obatkah? Selidik punya selidik, tempat tersebut merupakan klinik Beijing atau dikenal dengan sebutan rumah obat Tong Ren Tang. Lantas apa keistimewaannya sampai sejumlah mantan pejabat, pengusaha, selebritas, dan pejabat sekarang pun menjadi pelanggannya? Sama dengan jejeran toko obat Tionghoa yang dengan mudah ditemukan di kawasan Glodok, Jakarta Barat? Menurut Liem Sian Tie, manajer umum yang dipercayai mengawasi operasional Beijing Tong Ren Tang Indo, di sini yang ditawarkan solusi dan pilihan bagi yang menginginkan pengobatan alternatif.

Liem mengamati banyak orang yang memutuskan menjalani pengobatan tradisional ketimbang medis. Atau bisa juga mereka melakukan kedua pilihan itu bersamaan. Yang pasti, kata dia, orang memilih pengobatan tradisional dengan ramuan Cina karena terbukti khasiatnya. Tak mengherankan, banyak orang Indonesia yang ingin mendapat pengobatan jenis ini bolak-balik ke Negeri Tirai Bambu. Mereka tak peduli soal dana yang mesti disiapkan.

Kini, kata Liem, orang Indonesia tak perlu lagi bersusah payah ke luar negeri sebab sejak Juni tahun lalu rumah obat yang sama dengan Cina telah hadir di sini. Menurut Petrus Lugito, Wakil Presiden Direktur PT Tong Ren Tang Indo, yang juga menjabat sebagai ketua kehormatan Ikatan Naturopatis Indonesia (IKNI), pada peresmian rumah obat ini, sudah berpuluh tahun masyarakat Indonesia mencari pengobatan alternatif ke Beijing, RRC. Sebab, mereka tak kunjung sembuh oleh pengobatan Barat. "Jumlahnya kian bertambah, bahkan dari ratusan ribu orang turis asal Indonesia yang pergi ke RRC, sepertiganya pergi untuk kepentingan berobat," ujarnya.

Liem menjelaskan, PT Tong Ren Tang merupakan usaha patungan penanaman modal asing (PMA) antara Beijing Tong Ren Tang dan Traditional Chinese Medicine (TCM)--sebuah perusahaan nasional yang bergerak di bidang obat-obatan tradisional Tiongkok. Di tempatnya memang tersedia obat-obatan yang secara khusus didatangkan langsung dari Cina. Ia menambahkan, TCM berkembang pesat dan dikenal luas di dunia pengobatan Barat, terutama Inggris, sebagai pengobatan alternatif.

"Kalau di tempat aslinya, Beijing, klinik atau rumah obat ini sudah terkenal luas sejak 2.000 tahun lalu ketika zaman kekaisaran Cina. Keistimewaan serta kelebihannya, sangat mujarab menyembuhkan aneka penyakit. Setahu saya di Inggris, Pangeran Charles meminta agar TCM diterima dalam program National Health Service (NHS), semacam program asuransi kesehatan yang biayanya bisa diganti oleh perusahaan atau instansi si pasien," tutur Liem bangga seraya menyebutkan, Beijing Tong Ren Tang sendiri memiliki lebih dari 300 cabang di seluruh Cina dan di lebih dari 20 negara.

Dia berharap setelah sukses di Jakarta, rumah obat serupa akan dibuka di sejumlah kota besar, seperti Semarang, Surabaya, dan Medan. Ia mengutip harapan senada yang pernah dipaparkan Sampoerno, Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM), pada peresmian kliniknya. Pejabat itu berharap kehadiran para dokter dan profesor Cina di rumah obat itu diikuti transfer ilmu dan pengalamannya kepada para tenaga kesehatan di Indonesia. "Menurut Bapak Sampoerno, kehadiran klinik dan rumah obat tradisional dari Cina sangat penting, terutama untuk meningkatkan kualitas obat tradisional di Indonesia. Sekaligus juga tak perlu orang bersusah payah berobat ke Cina, Singapura, Kuala Lumpur, dan Thailand."

Selain kemujaraban obat ramuan Cina, tempatnya juga memiliki ruangan yang cukup luas untuk dianggap sebagai klinik atau rumah obat. Pada bagian depan ada ruang tunggu yang berfungsi sebagai arena konsultasi dengan para dokternya. Uniknya, pendaftarannya menggunakan sistem tunggu. Artinya, bila pasien datang mendaftar hari ini, baru tiga bulan kemudian dipanggil. Penantian yang cukup lama!

"Di sini, kami hanya memiliki tiga dokter yang didatangkan langsung dari Cina sebagai konsultan pengobatannya, yaitu Lie De Quan, Shong Sheng Yuan, dan Zhang Zhong. Mereka datang ke sini karena penunjukan resmi dari pihak Tong Ren Tang Beijing yang praktek kerjanya sangat diawasi ketat oleh Departemen Kesehatan, pemerintah, pengadilan, dan Kedutaan Besar Cina di sini. Jadi tidak bisa sembarangan, setiap tiga bulan sekali kami masih mengurus perizinan mereka di kantor Imigrasi," papar lelaki asal Yogya itu.

Seorang dokter hanya menangani 5-10 pasien. Dengan jam operasional, pukul 10.00-18.00. Namun, kadang diberi kelonggaran satu jam bila pasien minta waktu tambahan konsultasi dan pengobatan. Tempat ini juga memberikan waktu khusus bagi pasien yang dalam kondisi gawat darurat.

"Kami sering menyisipkannya ketika ada pasien lain yang tidak bisa datang atau mengundurkan diri," kata Liem seraya menjelaskan, tempatnya menganut filosofi pengobatan tradisional Cina Yin Yang dan falsafah Wuxing (pergerakan lima unsur). Ia menyebutkan, tempatnya mengobati penyakit secara holistik, jadi tidak terpusat pada keluhan yang dideritanya saja.

Ia menyebutkan, perlahan tapi pasti sesuai dengan saran tim IDI dan Depkes, pihaknya akan merekrut tim medis Indonesia supaya belajar dan bisa tertular ilmu pengobatan yang dikenal khas dan ampuh dari Negeri Panda itu. Tapi, "Nama rumah obat ini sangat termasyhur menjadi legenda ribuan tahun lalu karena kekhasiatannya. Jadi peran pemerintah Cina sangat ketat mengawasi perizinan, praktek, metode terapi, pembuatan, sampai pemberian ramuan obat-obatnya kepada para pasien. Semua detail yang ada di sini mengacu pada pusatnya langsung."

Mengenai jenis penyakit yang bisa diobati, ia mengatakan, cukup beragam. Penyakit dalam atau luar, penyakit yang biasa diderita anak-anak, orang tua, sampai penyakit khusus yang sering diderita kaum wanita. Misalnya, penyakit pernapasan, pencernaan, peradangan pembuluh darah, lever, ginjal, jantung, saraf, kelumpuhan saraf wajah, kejang urat wajah, diabetes, mengurangi proses penuaan, efek samping kemoterapi, gejala kanker dini, penyakit tulang, keseleo, penyempitan pembuluh darah, dan kemandulan. "Dokter konsultan yang kami miliki mahir melakukan pengobatan Tionghoa dengan teori-teori akupunktur, keahlian tuina (anmo), serta memiliki keahlian terapi dengan memadukan teknik akupunktur dan obat-obatan."

Tentang biaya Liem menyebutkan, untuk sekali konsultasi dan terapi sekitar Rp 100 ribu ke atas. Sementara itu, untuk obat bervariasi, mulai Rp 80 ribu sampai jutaan rupiah tergantung pada kasus, keluhan penyakit, dan bahan yang digunakan. Liem mengatakan, tempatnya memiliki ruang ramuan khusus serta dapur yang dipakai untuk memasak obat-obatan.

Saking ketatnya, dan memang harus sesuai dengan acuan klinik di Beijing, timbangan yang dipakai pun timbangan kuno ala Cina, kecil dan antik. Ruang obat atau biasa disebut apotek ini sangat terbuka. Para tamu bisa melihat jelas prosesnya, sambil menghirup aroma khas rempah asal Cina, seperti kayu manis, cendana, dan ginseng. Selain itu, tempatnya juga menjual ginseng bersertifikat. Maksudnya, ginseng yang sudah berusia puluhan, bahkan ratusan tahun dipakai untuk obat. Tapi jangan kaget, harganya setara dengan sebuah mobil Kijang baru. Wow! hadriani p

No comments:

Post a Comment