Sabtu, 5 April 2008.
Turbolensi Politik Pemilu 2009 Ancam Golkar
JAKARTA -- Para pengamat politik melihat Partai Golkar tengah mengalami turbolensi atau ketidakstabilan politik internal. Salah satu penyebabnya adalah terlalu banyak tokoh di internal partai. Hal ini terungkap dalam Diskusi Pakar 'Partai Golkar, Turbolensi Politik, dan Stabilitas Pemerintahan' yang berlangsung di DPP Golkar, Jumat (4/4) siang. Pengamat politik, Saiful Mudjani, mengatakan, salah satu sumber tarikan turbolensi politik Golkar adalah Pemilu 2009. Ia melihat banyak tokoh yang satu level di Golkar yang akan berlomba dalam pemilu itu. ''Elit politiknya sangat paralel dan tidak ada monopoli kekuasaan atau tokoh, layaknya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Demokrat, dan Partai Kebangkitan Bangsa,'' katanya. Untuk itu ia menyarankan Golkar berkoalisi, namun tidak dengan parpol besar, seperti PDIP atau Demokrat. Selain itu Golkar pun harus melakukan koalisi sedini mungkin. Pendapat senada dikatakan Direktur Indo Barometer, M Qodari. Kata dia, m!
asalah utama di Golkar adalah tokoh. ''Terlalu banyak tokoh, tapi tidak ada yang menonjol.'' Qodari lantas menganalogikan Golkar sebagai kesebelasan sepak bola. ''Banyak sekali pemain tengahnya tapi kekurangan play maker atau pengatur serangan. Ini tidak seperti sejumlah parpol lain.'' Pemain tengah yang dikatakan pengamat-pengamat itu adalah seperti Jusuf Kalla, Surya Paloh, dan Agung Laksono. Untuk memenangi Pemilu 2009, menurut Indo Barometer, Golkar perlu kembali menggarap pemilih kelas bawah dari level pendidikan dan pendapatan. Selain itu, Golkar juga harus menggarap pemilih dari usia muda di Pulau Jawa. Segmen pemilih ini sebelumnya dikuasai oleh PDIP. Itu berarti membuat Golkar dan PDIP bertarung di kelas pemilih yang sama, menurut Qodari tidak bisa dihindarkan. ''Kalau tidak ya tidak bisa menang,'' katanya. Menanggapi turbolensi politik di partainya, Wakil Ketua Umum Golkar, Agung Laksono, mengatakan itu pendapat pengamat. Sebagai orang dalam, Agung mengklaim tidak!
ada turbolensi di internal parpol. Kalaupun ada, ia meyakinka!
n Golkar
memiliki mekanisme tersendiri untuk menyelesaikan. ''Turbolensi saya lihat belum sampai ke sana. Sekarang adalah saatnya bagaimana membuat pemerintah stabil dan Golkar stabil menghadapi ancaman turbolensi itu,'' ujarnya.
(evy )
No comments:
Post a Comment