Senin, 24 Juli 2006.
Teknik Terapi untuk Kanker Nasofaring
Kasus kaker nasofaring di Idonesia terus meningkat. Terapi apa yang efektif?
RS Dr Sardjito mengembangkan terapi kombinasi untuk penderita kanker nasofaring stadium lokal lanjut. Dosis obat diberikan lebih rendah dan waktu lebih cepat, sehingga efek samping lebih ringan, efektivitasnya lebih baik, dan biaya bisa lebih murah. Hal itu dikemukakan Kepala Instalasi Kanker Terpadu Tulip RS Dr Sardjito/FK UGM, dr Johan Kurnianda SpPD-KHOM, kepada Republika, pekan lalu. Kanker nasofaring adalah tumor ganas di belakang rongga hidung. Gejalanya antara lain: telinga mendenging atau pendengaran berkurang, mimisan, hidung buntu, dan terdapat benjolan di leher yang tidak terasa sakit. Menurut Johan, penanganan kanker nasofaring agak berbeda dengan kanker yang lain yaitu: pertama, biasanya tidak dilakukan operasi karena lokasinya sulit; kedua, kalau kanker nasofaring sudah stadium lokal lanjut, penanganannya harus kombinasi antara kemoterapi dan radioterapi (sinar). Terapinya harus dijalankan bersamaan (combine modality treatment) dengan cara concurrent chem!
oradiotherapy: pada saat bersamaan diberikan kemoterapi dan radiasi. Jadi, biasanya pagi dikemoterapi, siang disinar. ''Hal ini akan memberikan hasil yang paling baik,'' kata Johan. Selama ini, concurrent chemoradioterapi yang dipakai masyarakat Barat (teknik pengobatan yang lama), mempuyai efek samping yang tinggi. Bila diterapkan pada pasien di Indonesia tidak visible (pasien tidak sanggup menerima efek samping yang tinggi). Efek sampingnya terutama mulut akan menjadi kering dan terjadi peradangan pada rongga mulut yang berat. Yaitu, selaput di rongga mulut akan mengalami radang yang berat dan mengelupas, akan nyeri, dan bisa menimbulkan infeksi yang berat. ''Karena itu kami melakukan modifikasi terapi untuk kanker nasofaring stadium lokal lanjut. Program tetap concurrent chemoradiotherapy, tetapi dosis obatnya (Cisplatin) lebih kecil yaitu 40 mg/m2/minggu,'' tutur dia. Ini diberikan seminggu sekali selama delapan minggu (delapan kali) dan saat itu juga dilakukan sinar. K!
euntungan pengobatan ini dosis lebih kecil, sehingga bisa dite!
rima ole
h penderita dan waktunya menjadi lebih singkat. Dulu dengan teknik yang lama pengobatan kanker nasofaring memakan waktu 4-5 bulan dan dosis obat Cisplatin yang diberikan 100 mg/m2/3 minggu. ''Dengan demikian, dengan teknik pengobatan modifikasi terapi yang kami lakukan obatnya bisa lebih murah, waktu pengobatan lebih cepat, efek samping lebih ringan, dan efektivitasnya lebih baik,'' jelas Koordinator Penelitian Klinik Terapi Kombinasi pada Kanker Nasofaring RS Dr Sardjito/FK UGM ini. Dengan teknik pengobatan lama, angka drop out-nya tinggi. Hal itu terjadi karena waktu pengobatannya lama dan efek sampingnya lebih berat, serta biayanya lebih mahal. ''Kalau dengan teknik terapi yang sekarang pengurangan biaya bisa sekitar 50 persen,'' ujar Johan. Johan mengatakan jenis efek samping terapi kombinasi yang sekarang dengan dulu hampir sama. Yaitu peradangan mulut yang membuat penderita kehilangan rasa pencecapnya (kurang bisa merasakan manis, asin, dan sebagainya), serta mulut ker!
ing, tetapi tingkatnya relatif ringan. Penderita kanker nasofaring yang melakukan pengobatan dengan terapi kombinasi bisa kehilangan rasa pencecap sekitar enam bulan sampai satu tahun. ''Oleh karena itu, edukasi untuk penderita seperti pengobatannya bagaimana, efek samping yang timbul, cara mengatasi bagaimana, harus dijelaskan sejak awal. Sehingga pada saat penderita mengikuti program ini harus betul betul sudah siap,'' kata dia. Bila pengobatan itu berhasil, probabilitas kesembuhannya tinggi, di atas 70 persen. Kalau tanpa pengobatan, rata-rata penderita kanker nasofaring stadium lokal lanjut tidak akan survive lebih satu tahun. Bila diobati dengan terapi kombinasi dengan cara sekarang, bisa sembuh total walaupun stadiumnya sudah lokal lanjut. Menurut Johan, temuan kasus kanker nasofaring di Indonesia meningkat. ''Hal ini karena kesadaran masyarakat makin tinggi dan kita makin aktif mencari kasusnya. Kini di RS Dr Sardjito setiap tahun ada sekitar 100 kasus kanker nasof!
aring baru atau 6-8 kasus per bulan. Sedangkan tiga tahun yang!
lalu ka
sus kanker nasofaring sekitar 3-4 kasus per bulan,'' ungkapnya. Peningkatan temuan kasus sejak RS Dr Sardjito mempunyai program Asialink dengan negara-negara Eropa (Belanda, Swedia dan Perancis) sejak tahun 2003. Penyakit ini jarang terjadi pada anak-anak. ''Penderita termuda yang kami temui di RS Dr Sardjito berusia 11 tahun dan persentasenya kecil, kata Johan. Yang paling banyak pasien berusia di atas 40 tahun lebih dari 70 persen. Sekitar 60-65 persen penderita adalah mereka yang berasal dari tingkat ekonomi menengah ke bawah. Obat Cisplatin masuk dalam tanggungan asuransi kesehatan pegawai negeri maupun asuransi kesehatan miskin (askeskin). Fakta Angka 70 Persen Pasien kanker nasofaring yang berusia di atas 40 tahun.
(nri )
No comments:
Post a Comment