Cari Berita berita lama

Republika - Pemasangan Tenda Tandai 'Kepergian' Satimin

Senin, 16 Januari 2006.

Pemasangan Tenda Tandai 'Kepergian' Satimin












Rumah Satimin bin Ngadiyorejo (67 tahun) tiba-tiba dikunjungi warga silih berganti. Tayangan televisi dan berita koran, yang memuat nama Satimin termasuk korban meninggal pada insiden di Jamarat, Mina, Makkah, 12 Januari lalu, membuat rumahnya semakin padat orang. Satimin, salah satu dari ratusan jamaah haji yang meninggal pada insiden tersebut. Ia termasuk dalam kloter 40 JKS yang berjumlah 442 jamaah. Almarhum meninggalkan seorang istri, Samiyem, 14 anak, dan 13 cucu. Keluarga besarnya bermukim di Jl Mega II RT 02/02, Dusun Pekon Lom, Pekon Talangpadang, Kabupaten Tanggamus, Lampung (sekitar 130 km dari Kota Bandar Lampung). Kematian Satimin, saat peristiwa tersebut diekspos televisi dan koran, sempat mencemaskan pihak keluarga dan warga Talangpadang. Belum adanya informasi resmi dari pemerintah pusat dan daerah terhadap jamaah haji asal Indonesia, terutama asal Lampung, membuat keluarga Satimin tidak beranjak dari televisi. Menurut Yunarno, salah satu anak mantu ter!
tua Satimin, keluarganya semakin cemas tatkala telepon seluler bapaknya tak kunjung aktif. ''Saat diketahui kejadian tersebut, kami langsung menghubungi bapak. Namun, handphone-nya tidak aktif,'' tutur Yunarno di rumah Satimin yang telah dipadati warga bertakziah. Sejumlah nomor telepon dihubungi untuk memastikan kondisi bapaknya. Tersiar kabar, korban yang meninggal juga termasuk dalam KBIH Al Fatah, tempat almarhum bergabung. Namun, pimpinan dan anggota KBIH tersebut, menyatakan tidak melihat Satimin dalam jejeran mayat tersebut. Kepastian meninggalnya Satimin setelah dikabarkan tayangan televisi pada Jumat (13/1) pagi. Tak urung, saat nama Satimin masuk dalam daftar korban insiden Jamarat tersebut, suasana di rumah Satimin turut berurai air mata. Duka keluarga besar Satimin, dirasakan warga Pekon Talangpadang. Pihak keluarga, kembali mencoba menghubungi HP bapaknya dan ternyata sudah aktif. Setelah mengetahui yang memegang HP Satimin orang lain, barulah keluarga yakin ba!
paknya meninggal dalam insiden tersebut. Informasi dari Massai!
di, peme
gang HP Satimin, menambah panjang kedukaan keluarga dan masyarakat Lampung umumnya. Kepergian Satimin di Tanah Suci Makkah, mengingatkan pihak keluarga korban. Saat itu, sebelum berangkat menunaikan rukun Islam kelima, tahun ini, Satimin berpesa.. Bapak yang bermatapencarian sebagai agen pembuat bakso dalam partai besar ini, meninggalkan amanat kepada anak-anaknya. Pesan pertama almarhum, pasang tenda sehari sebelum kepulangannya dari Makkah. Kedua, jaga ketiga adiknya, karena masih memerlukan pengawasan dan bimbingan. Tiga anaknya yang perlu dijaga adalah Tian (23 tahun), mahasiswa, Eti (22) dan Jono (20), masih sekolah. Amanat Satimin yang pertama, tutur Yunarno, menjadi tanda kepergian mertuanya. Tenda yang seharusnya dipasang sehari sebelum kepulangan ke kampung halaman, pada 31 Januari mendatang, ternyata dipasang lebih awal dari niatnya. Maksud Satimin memasang tenda di depan rumahnya, kata Yunarno, untuk mengajak keluarga dan warga dalam rangka syukuran. ''Bahkan tar!
up (tenda) tersebut, rencananya dipasang tiga hari, untuk syukuran,'' ujarnya. Namun, tenda itu ternyata dipasang lebih awal. Rumah Satimin pun semakin padat dikunjungi warga. Shalat ghaib pun dilakukan silih berganti oleh pelayat. Kepergian Satimin, telah menorehkan tanda, lewat amanatnya untuk memasang tenda sehari sebelum kepulangannya. Satimin telah pulang menghadap Sang Pencipta, selepas menunaikan panggilan Allah SWT.
(mur )

No comments:

Post a Comment