Senin, 4 Juni 2007.
Mengekspor Mebel ke Lima Benua
Selalu menjaga kepercayaan pelanggan merupakan salah satu kunci sukses Yani dalam berbisnis.
Melihat gurita bisnisnya saat ini, agak sulit membayangkan bahwa Mursupriyani mengawalinya dengan modal seadanya. Bahkan, ia sempat menggadaikan surat kendaraan roda dua miliknya untuk menambah modal. Namun berkat ketekunan, kerja keras, dan semangat pantang menyerah, wanita yang beken dengan panggilan Yani Ambar ini akhirnya menuai sukses. Produk mebelnya digemari tak hanya oleh orang Indonesia, tapi juga masyarakat mancanegara yang tersebar di lima benua. Percayakah Anda, wanita pengusaha yang sukses ini awalnya bercita-cita menjadi petani. Itu mengapa, ia sempat kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta, walau tak sampai lulus. Skripsinya terbengkalai karena ia sibuk mengurus bisnis di bidang kerajinan tangan dan mebel. Kehilangan peluang menjadi sarjana pertanian, Yani berkibar di dunia bisnis. Didukung penuh suaminya, Ambar Tjahjono, Yani mengawali usahanya pada tahun 1987/1988 dengan membuka galeri kecil di Tirtodipuran, sa!
tu daerah di Yogyakarta yang banyak didatangani wisawatan asing. Galeri ini lebih banyak memajang barang kerajinan dan barang antik. ''Tetapi penghasilan tidak bisa rutin karena tergantung turis yang jalan di depan galeri,'' cerita Yani. Suatu ketika, Ambar bertemu dengan turis dari Australia dan Belanda, dan diajak jalan-jalan mencari barang kerajinan dan barang antik. Turis tersebut ternyata buyer yang tengah mencari barang-barang kerajinan. Turis inipun kemudian 'menantang' Ambar untuk membuatkan barang-barang kerajinan yang ia butuhkan. Ambar dan Yani tentu melihat ini sebagai peluang bisnis yang menjanjikan. Mereka pun menyanggupi tantangan sang turis, walaupun untuk itu mereka harus menggadaikan surat kendaraan roda dua untuk menambah modal. Berbekal modal seadanya dan kerja keras, mereka berhasil memenuhi pesanan. Sejak itulah, buyer dari luar negeri itu terus memesan barang-barang kerajinan kepada Yani yang mengibarkan bendera bisnis berlabel Griya Kriyasta Nugraha !
(GKN) Art Antique, Furniture & Handicraft. Pesanan dalam juml!
ah banya
k dari luar negeri itu, membuat perusahaan ini terus berkembang. Kebutuhan akan karyawan juga meningkat. Jika awalnya hanya dibantu lima karyawan, Yani belakangan terus menambah karyawannya. Mulai dari 40, 150, bahkan pernah mencapai 1000 karyawan. Namun pada tahun 1996-1997, Yani mulai mengurangi karyawan. Ini karena yang dibutuhkan oleh perusahaannya bukan lagi kuantitas tenaga kerja, melainkan kualitas dan ketrampilan para karyawan. Yani menilai, ketrampilan dari sebagian besar karyawannya yang mencapai 1.000 orang, ternyata di bawah rata-rata. Karena itu, ia memutuskan untuk lebih selektif dalam mempekerjakan karyawan. Kini, karyawannya tinggal 300 orang, tetapi omzet penjualan terus meningkat. ''Alhamdulillah selama 18 tahun, kami bisa dipercaya oleh buyer. Itu karena kami tidak pernah menyelewengkan kepercayaan mereka,'' ungkap Yani yang selalu menghasilkan produk berstandar internasional. Ke lima benua Yani, yang kini berkibar di bisnis mebel, awalnya adalah penghas!
il produk kerajinan seperti topeng dan aneka aksesori. Usaha mebel mulai ditekuni pada 1992. Saat itu, ia lebih banyak mengumpulkan lalu menjual mebel-mebel antik. Barulah pada 1993, ia mencoba untuk memproduksi mebel sendiri. Sekarang, sekitar 75-80 persen mebelnya merupakan produksi sendiri, dan sisanya diserahkan ke subkontraktor. Saat ini, produk GKN sudah tersebar di seluruh dunia, mulai dari Asia, Australia, Eropa, Amerika, sampai Afrika. ''Tetapi sekarang yang mengimpor produk GKN dalam jumlah besar adalah buyer dari Belanda dan Afrika Selatan,'' tutur Yani, yang aktif di bidang organisasi, salah satunya pengurus DPD IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) cabang Daerah Istimewa Yogyakarta Bidang Luar Negeri. Saat terjadi gempa bumi dahsyat di Yogyakarta, Mei tahun lalu, tempat usaha dan produksi mebel GKN rata dengan tanah. Namun, musibah itu tak membuat Yani putus asa. Ia selalu optimistis, dan terbukti hingga saat ini GKN tetap survive ''Waktu itu, barang-bara!
ng pesanan yang sudah siap diekspor hancur terkena gempa dan t!
anah lon
gsor, sehingga harus memproduksi ulang. Alhamdulillah, kami punya kedekatan tersendiri dengan para customer/buyer sehingga mereka memaklumi.'' Lalu, apa kiat suksesnya dalam berbisnis? ''Harus mempunyai kemauan yang keras dan betul-betul ditekuni serta disukai,'' jawab Yani. Kunci sukses lainnya adalah, tidak pernah menyelewengkan kepercayaan pelanggan, dan selalu bersikap terbuka, baik dengan buyer maupun karyawan. Dengan para karyawan, Yani selalu menerapkan cara berkomunikasi secara kekeluargaan. ''Artinya, bila karyawan ada masalah, masalah mereka itu juga masalah perusahaan.'' Yani juga selalu meluangkan waktu untuk menyambangi tempat produksi dan menyapa karyawan. Jika sedang pergi ke luar kota atau luar negeri, para karyawan tetap ia sapa lewat telepon. Sukses mengekspor mebel ke lima benua, Yani melebarkan sayap dengan mengembangkan bisnis perhotelan. Hotel Bintang Fajar adalah hotel miliknya yang diharapkan bisa menangguk sukses seperti halnya bisnis mebel. ''Tam!
u yang datang ke hotel kami diharapkan merasa seperti di rumah. Mereka juga bisa menikmati mebel-mebel yang kami punya.'' nri Nama : Mursupriyani Tempat/Tanggal Lahir : Yogyakarta, 28 Maret 1965 Suami : Ambar Tjahjono Anak : Bismo AK (18 tahun) : Shinta MP (17 tahun) Nama Usaha : Griya Krisyasta Nugraha (Art antique, Furniture & Handicraft) dan Hotel Bintang Fajar Alamat : Jl Perintis Kemerdekaaan No. 87 Yogyakarta No Kontak : 0274-41730, Faks. 0274-415101
( )
No comments:
Post a Comment